bahan makanan yang ditandai dengan nilai LQ 1 dan nilai differential shift yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan
Kabupaten Majalengka merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga memiliki posisi, daya saing dan potensi yang baik
dibandingkan dengan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupatenkota lainnya di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Tabel 21. Nilai LQ dan SSA Subsektor Tanaman Bahan Makanan KabKota di Jawa Barat
No KabKota
Nilai LQ
Differential Shift
No KabKota Nilai
LQ
Differential Shift
1 Garut
4,81 Negatif
14 Purwakarta 0,84
Positif 2
Cianjur 4,01
Negatif 15 Bandung Barat
0,70 Negatif
3 Tasikmalaya
3,41 Positif
16 Bandung 0,59
Negatif 4
Kuningan 3,07
Negatif 17
Kota Tasikmalaya
0,37 Negatif
5 Majalengka
2,74 Positif
18 Bogor 0,31
Positif 6
Sukabumi 2,39
Negatif 19 Kota Sukabumi
0,16 Negatif
7 Subang
2,29 Negatif
20 Bekasi 0,14
Positif 8
Sumedang 2,29
Negatif 21 Kota Depok
0,06 Negatif
9 Ciamis
2,27 Negatif
22 Kota Bekasi 0,04
Negatif 10
Cirebon 2,04
Positif 23 Kota Bogor
0,02 Negatif
11 Indramayu
1,56 Positif
24 Kota Cirebon 0,02
Negatif 12
Kota Banjar 1,29
Positif 25 Kota Bandung
0,01 Negatif
13 Karawang
1,10 Positif
26 Kota Cimahi 0,01
Negatif
Sumber : Hasil Analisis 2011
5.1.2. Potensi Komoditas Subsektor Tanaman Bahan Makanan Unggulan
Kabupaten Majalengka
Identifikasi komoditas pertanian unggulan Kabupaten Majalengka ini perlu dilakukan dalam rangka pengembangan wilayah berbasis sektor pertanian
khususnya sub sektor tanaman bahan makanan yang merupakan salah satu subsektor yang memiliki potensi untuk menggerakkan perekonomian wilayah di
Kabupaten Majalengka. Ukuran keunggulan yang digunakan dalam tulisan ini adalah keunggulan
komparatif dan kompetitif yang didasarkan atas nilai LQ dan SSA dengan
menggunakan data luas tanam, luas panen dan produksi untuk komoditas tanaman pangan dan sayur-sayuran serta data jumlah pohon dan produksi untuk komoditas
buah-buahan. Data-data tersebut digunakan sebagai representasi dari sumberdaya lokal yang dimiliki. Cakupan wilayah analisis adalah KabupatenKota se-Jawa
Barat, sedangkan data yang digunakan adalah data-data pada Tahun 2005 dan 2009.
Kriteria penilaian dalam menentukan komoditas basiskeunggulan komparatif adalah jika nilai indeks LQ lebih be
sar atau sama dengan satu LQ≥1, maka komoditas tersebut merupakan komoditas basisunggulan, sedangkan
apabila nilainya kurang dari satu LQ1, berarti komoditas tersebut termasuk ke dalam komoditas non basisbukan unggulan.
Nilai LQ yang lebih besar atau sama dengan 1 untuk variabel luas tanam menggambarkan bahwa ada pemusatan luas lahan yang digunakan untuk
usahatani suatu komoditas. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut unggul dalam aspek luas lahan yang digunakan untuk budidaya.
Nilai LQ yang lebih besar atau sama dengan 1 untuk variabel luas panen menggambarkan bahwa ada pemusatan luas panen suatu komoditas. Hal ini
menunjukkan bahwa komoditas tersebut unggul dalam aspek frekuensi panen yang juga berarti komoditas tersebut sangat produktif.
Nilai LQ yang lebih besar atau sama dengan 1 untuk variabel produksi menggambarkan bahwa ada pemusatan jumlah produksi dari suatu komoditas. Hal
ini menunjukkan bahwa komoditas tersebut unggul dalam aspek jumlah produksi Adapun hasil analisis LQ untuk komoditas tanaman pangan di Kabupaten
Majalengka secara lengkap disajikan pada Tabel 22. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa komoditas tanaman pangan yang unggul secara komparatif
dari aspek luas tanam, luas panen dan produksi hanya ada dua komoditas yaitu jagung dan kacang hijau. Komoditas lainnya, seperti padi hanya unggul pada
aspek produksi, kedelai unggul dari aspek luas panen dan produksi sedangkan komoditas kacang tanah, ubi jalar dan ubi kayu tidak unggul dari aspek ketiganya
yaitu aspek luas tanam, luas panen maupun produksi.
Tabel 22. Hasil Analisis LQ Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten
Majalengka
No Komoditas
Nilai LQ Luas Tanam
Luas Panen Produksi
1 Padi
0,97 0,97
1,03 2
Jagung 1,91
2,15 2,32
3 Kedelai
0,96 1,10
1,17 4
Kacang Tanah 0,32
0,33 0,31
5 Kacang Hijau
2,28 2,25
1,91 6
Ubi Kayu 0,50
0,48 0,43
7 Ubi Jalar
0,56 0,63
0,77
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Hasil analisis LQ untuk komoditas sayuran di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3. Dari hasil analisis tersebut
dapat dilihat bahwa dari aspek luas tanam terdapat 6 komoditas dari 20 jenis komoditas sayuran yang dianalisis yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu.
Keenam komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 23. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh komoditas sayuran tersebut merupakan komoditas sayuran
Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan komparatif dari aspek luas tanam.
Tabel 23. Nilai LQ Luas Tanam Komoditas Sayuran 1
No. Komoditas
Nilai LQ 1
Bawang Merah 3,95
2 Bawang Daun
2,48 3
Kembang Kol 1,15
4 Cabe Rawit
1,13 5
Kubis 1,10
6 Cabe Besar
1,05
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Apabila dilihat dari aspek luas panen, terdapat 5 komoditas sayuran yang memiliki nilai LQ lebih dari satu. Kelima komoditas tersebut dapat dilihat pada
Tabel 24. Hal ini menunjukkan bahwa kelima komoditas sayuran tersebut merupakan komoditas sayuran Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan
komparatif dari aspek luas panen.
Tabel 24. Nilai LQ Luas Panen Komoditas Sayuran 1
No. Komoditas
Nilai LQ 1
Bawang Merah 4,06
2 Bawang Daun
2,36 3
Cabe Rawit 1,42
4 Cabe Besar
1,18 5
Kubis 1,08
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Namun, apabila dilihat dari aspek produksi terdapat 3 komoditas sayuran yang memiliki nilai LQ lebih dari satu. Ketiga komoditas tersebut dapat dilihat
pada Tabel 25. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga komoditas sayuran tersebut merupakan komoditas sayuran Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan
komparatif dari aspek jumlah produksi.
Tabel 25. Nilai LQ Produksi Komoditas Sayuran 1
No. Komoditas
Nilai LQ 1
Bawang Merah 6,44
2 Bawang Daun
3,74 3
Cabe Rawit 1,10
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Berdasarkan Tabel 23, Tabel 24 dan Tabel 25 dapat dilihat bahwa ada tiga jenis komoditas sayuran yang memiliki nilai LQ lebih dari satu baik dari aspek
luas tanam, luas panen dan produksi. Ketiga jenis komoditas tersebut adalah bawang merah, bawang daun dan cabe rawit.
Hasil analisis LQ untuk komoditas buah-buahan di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5. Dari hasil analisis tersebut
dapat dilihat bahwa dari aspek jumlah pohon terdapat 15 komoditas dari 22 jenis komoditas buah-buahan yang dianalisis yang memiliki nilai LQ lebih besar dari
satu. Kelima belas belas komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 26. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak komoditas buah-buahan di Kabupaten
Majalengka yang memiliki keunggulan komparatif dari aspek jumlah pohon yang ditanam.
Tabel 26. Nilai LQ Jumlah Pohon Komoditas Buah-buahan 1
No. Komoditas
Nilai LQ 1
Melinjo 8,06
2 Mangga
4,49 3
Nangka 3,26
4 Alpukat
3,10 5
Petai 2,70
6 Belimbing
2,38 7
Sukun 2,30
8 Durian
2,12 9
Jambu Biji 2,02
10 Jambu Air
1,99 11
Jeruk 1,31
12 Pisang
1,26 13
Pepaya 1,09
14 Sawo
1,04 15
Sirsak 1,01
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Apabila dilihat dari aspek produksi terdapat 7 komoditas buah-buahan yang memiliki nilai LQ lebih dari satu. Ke tujuh komoditas tersebut dapat dilihat
pada Tabel 27. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terlalu banyak komoditas buah- buahan di Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan komparatif dari
aspek jumlah produksi apabila dibandingkan dengan aspek jumlah pohon. Tabel 27. Nilai LQ Produksi Komoditas Buah-buahan 1
No. Komoditas
Nilai LQ 1
Melinjo 9,73
2 Mangga
3,56 3
Petai 2,45
4 Alpukat
1,59 5
Nangka 1,19
6 Jambu Biji
1,17 7
Jeruk 1,09
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Berdasarkan Tabel 26 dan Tabel 27 diketahui bahwa ada 7 komoditas yang memiliki nilai LQ lebih besar dari satu baik dari aspek jumlah pohon dan
produksi. Ketujuh komoditas tersebut adalah melinjo, mangga, alpukat, petai, nangka, jambu biji dan jeruk.
Selain mengetahui keunggulan komparatif yang dimiliki oleh setiap komoditas pertanian di kabupaten Majalengka perlu pula diketahui bagaimana
tingkat keunggulan kompetitif yang juga menunjukkan kinerja dan tingkat pertumbuhan dari komoditas-komoditas tersebut. Adapun ukuran yang digunakan
untuk mengetahui komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif dalam penelitian ini adalah jika komponen differential shift bernilai positif. Hasil analisis
differential shift untuk komoditas tanaman pangan di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Hasil Analisis Differential Shift Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Majalengka
No Komoditas
Nilai Differential Shift Luas Tanam
Luas Panen Produksi
1 Padi
-0,33 -0,02
-0,09 2
Jagung 0,24
0,18 0,12
3 Kedelai
0,23 -0,04
0.08 4
Kacang Tanah -0,44
-0,38 -0,48
5 Kacang Hijau
0,36 0,31
0.05 6
Ubi Kayu -0,18
-0,19 -0,35
7 Ubi Jalar
-0,31 -0,33
-0,30
Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010
Berdasarkan nilai differential shift komoditas tanaman pangan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas yang memiliki pertumbuhan positif dari aspek
luas tanam, luas panen dan produksi hanya ada 2 komoditas yaitu jagung dan kacang hijau. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua komoditas tersebut unggul
secara kompetitif dibandingkan dengan komoditas lainnya dari aspek luas tanam, luas panen dan jumlah produksinya.
Hasil analisis differential shift untuk komoditas sayuran di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6, 7 dan 8. Dari hasil
analisis tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 5 komoditas yang memiliki nilai differential shift positif berdasarkan aspek luas tanam. Kelima komoditas tersebut
dapat dilihat pada Tabel 29. Hal ini menunjukkan bahwa kelima komoditas sayuran tersebut mengalami pertumbuhan luas tanam yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditas lain sehingga tingkat pertumbuhan luas tanamnya positif. Oleh karena itu, kelima komoditas tersebut merupakan