Perdagangan, Hotel dan Restoran Industri Pengolahan
masih memiliki potensi untuk terus tumbuh dan berkembang meskipun faktor- faktor eksternal komponen proportional shift dan regional share tidak
mendukung. Variabel yang digunakan untuk mengetahui keunggulan kompetitif ini adalah nilai PDRB sedangkan rentang waktu yang digunakan untuk melihat
pergeseran adalah 5 tahun sehingga data PDRB yang digunakan adalah data PDRB Tahun 2005 dan 2009.
Hasil analisis SSA menunjukkan ada 7 sektor yang memiliki nilai differential shift yang positif yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa.
Berdasarkan hal tersebut maka keenam sektor tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif lebih tinggi daripada sektor lainnya sehingga keenam
sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif untuk wilayah Kabupaten Majalengka. Hasil analisis SSA secara lengkap disajikan pada
Tabel 20.
Tabel 20. Hasil Analisis Shift Share Sektor Perekonomian di Kabupaten Majalengka Tahun 2005 - 2009
Sektor Nilai
Differential Shift Keunggulan
Kompetitif Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan 0,009
Positif b. Tanaman Perkebunan
0,327 Positif
c. Peternakan dan Hasil-Hasilnya 0,062
Positif d. Kehutanan
-0,070 Negatif
e. Perikanan -0,081
Negatif Pertambangan dan Penggalian
0,040 Positif
Industri Pengolahan 0,005
Positif Listrik, Gas dan Air Bersih
-0,043 Negatif
Bangunan -0,007
Negatif Perdagangan, Hotel dan Restoran
-0,141 Negatif
Pengangkutan dan Komunikasi -0,085
Negatif Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,649 Positif
Jasa-jasa 0,003
Positif
Sumber : Diolah dari BPS Jabar 2010
Hasil analisis LQ dan shift share dapat dikombinasikan sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengelompokkan sektor-sektor
berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitifnya. Pengelompokkan sektor- sektor tersebut disajikan dalam bentuk matriks pada Gambar 12.
Dari matriks pengelompokkan sektor-sektor tersebut terdapat 6 sektor yang memiliki potensi dan daya saing tinggi karena memiliki keunggulan secara
komparatif dan kompetitif yaitu sektor pertanian tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, pertambangan dan penggalian, keuangan persewaan dan
jasa perusahaan serta jasa-jasa.
KEUNGGULAN KOMPARATIF Sektor Non basis
Sektor Basis - Industri pengolahan
- Tanaman bahan makanan P
o si
tif K
E U
N G
G U
L A
N K
O MP
E T
IT IF
- Tanaman perkebunan - Peternakan dan hasil-hasilnya
- Pertambangan dan galian - Keuangan, persewaan jasa
perusahaan - Jasa-jasa
- Kehutanan N
eg at
if - Perikanan
- Bangunan - Listrik, gas dan air bersih
- Pengangkutan dan Komunikasi - Perdagangan, hotel restoran
Gambar 12. Matriks daya saing sektor perekonomian Kabupaten Majalengka
Berdasarkan kombinasi hasil analisis LQ dan SSA yang tersaji pada matriks daya saing sektor perekonomian Kabupaten Majalengka diatas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa subsektor ini memiliki potensi dan daya saing yang baik dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Majalengka.
Adapun gambaran potensi subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Majalengka apabila dilihat dan dibandingkan dengan subsektor tanaman bahan
makanan di KabupatenKota di wilayah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat dari hasil analisis LQ dan SSA yang disajikan pada Tabel 21. Berdasarkan tabel
tersebut terlihat bahwa Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang memiliki pemusatan aktivitas dan kinerja yang baik pada subsektor tanaman
bahan makanan yang ditandai dengan nilai LQ 1 dan nilai differential shift yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor tanaman bahan makanan
Kabupaten Majalengka merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga memiliki posisi, daya saing dan potensi yang baik
dibandingkan dengan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupatenkota lainnya di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Tabel 21. Nilai LQ dan SSA Subsektor Tanaman Bahan Makanan KabKota di Jawa Barat
No KabKota
Nilai LQ
Differential Shift
No KabKota Nilai
LQ
Differential Shift
1 Garut
4,81 Negatif
14 Purwakarta 0,84
Positif 2
Cianjur 4,01
Negatif 15 Bandung Barat
0,70 Negatif
3 Tasikmalaya
3,41 Positif
16 Bandung 0,59
Negatif 4
Kuningan 3,07
Negatif 17
Kota Tasikmalaya
0,37 Negatif
5 Majalengka
2,74 Positif
18 Bogor 0,31
Positif 6
Sukabumi 2,39
Negatif 19 Kota Sukabumi
0,16 Negatif
7 Subang
2,29 Negatif
20 Bekasi 0,14
Positif 8
Sumedang 2,29
Negatif 21 Kota Depok
0,06 Negatif
9 Ciamis
2,27 Negatif
22 Kota Bekasi 0,04
Negatif 10
Cirebon 2,04
Positif 23 Kota Bogor
0,02 Negatif
11 Indramayu
1,56 Positif
24 Kota Cirebon 0,02
Negatif 12
Kota Banjar 1,29
Positif 25 Kota Bandung
0,01 Negatif
13 Karawang
1,10 Positif
26 Kota Cimahi 0,01
Negatif
Sumber : Hasil Analisis 2011