Arahan Pengembangan Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Majalengka bagian selatan yang meliputi Kecamatan Talaga, Banjaran, Cikijing dan Cingambul. Berdasarkan Gambar 40 dapat diketahui bahwa lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas mangga sebesar 29,03 dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka. Dari hasil evaluasi kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk komoditas mangga tersebut maka arahan untuk lokasi pengembangan komoditas mangga adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Jatiwangi, Panyingkiran dan Majalengka. Gambar 38. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Padi Gambar 39. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Jagung Gambar 40. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Mangga

5.6. Pembahasan Umum

Tujuan pembangunan pada hakekatnya adalah untuk menciptakan sebesar- besarnya kesejahteraan bagi masyarakat. Bagi daerah-daerah perdesaan yang berbasis pertanian pelaksanaan pembangunan terus diupayakan untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan yang timbul antara desa dengan kawasan perkotaan. Kemajuan pembangunan daerah diantaranya dapat dilihat dari indikator ekonomi dan indikator sosial. Kemajuan perekonomian daerah seringkali dijadikan landasan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan mengoptimalkan potensi wilayah. Berlakunya otonomi daerah menyebabkan setiap daerah berlomba-lomba untuk dapat mengangkat potensi spesifik lokasi yang dimiliki agar mampu bersaing dengan daerah lainnya. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi lokal di sektor pertanian. Apabila dilihat dari indikator ekonomi berupa PDRB, maka subsektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Majalengka adalah subsektor tanaman bahan makanan. Untuk itu subsektor ini perlu mendapat perhatian khusus dengan berbagai kebijakan pembangunan serta didukung oleh ketersediaan data dan informasi yang akurat tentang potensi subsektor ini di wilayah Kabupaten Majalengka. Syafruddin et al. 2004 mengemukakan bahwa untuk membangun sektor pertanian yang kuat, tingkat produksi tinggi, efisien, berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, perlu dilakukan penataan sistem pertanian dan penetapan komoditas unggulan di setiap wilayah pengembangan disertai kebijakan pemerintah daerah yang tepat. Untuk itu maka berbagai hasil analisis dalam penelitian ini diperlukan untuk menyusun arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan dalam rangka pengembangan wilayah di Kabupaten Majalengka. Arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka berdasarkan hasil dari beberapa analisis dalam penelitian ini adalah : 1. Fokus pada pengembangan komoditas unggulan yang meliputi : padi, jagung, mangga, kedelai, pisang dan melinjo. 2. Peningkatan keterkaitan antara subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor-sektor lainnya. 3. Peningkatan kinerja subsektor tanaman bahan makanan yang diarahkan pada penerapan konsep agribisnis. Peningkatan kinerja komoditas subsektor tanaman bahan makanan dilakukan agar komoditas-komoditas subsektor tanaman bahan makanan Kabupaten Majalengka senantiasa selalu dapat bersaing dengan komoditas- komoditas dari wilayah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Peningkatan kinerja subsektor tanaman bahan makanan diarahkan pada penerapan konsep agribisnis. Berdasarkan hasil analisis prioritas kebijakan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan menurut persepsi para stakeholder, diketahui bahwa permasalahan yang ada di Kabupaten Majalengka masih berada pada subsistem usahatani sehingga subsistem ini mendapat prioritas pertama untuk dikembangkan diikuti oleh subsistem agribisnis hulu, hilir dan jasa layanan pendukung. Pengembangan subsistem usahatani diarahkan pada peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas hasil produksi. Hal ini sejalan dengan isu strategis yang tercantum dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD, 2009 yang menyebutkan bahwa tingkat produksi dan produktivitas komoditas pertanian di Kabupaten Majalengka masih rendah. Secara lebih rinci pengembangan subsistem ini dilakukan melalui : a. Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia baik petani maupun petugas pertanian terkait, dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan yang kontinyu. Dalam hal ini, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia diarahkan pada transfer teknologi budidaya yang efektif dan efisien. b. Pengembangan sarana prasarana, diarahkan pada pengembangan sarana irigasi dan peralatan panen. Pengembangan sarana irigasi dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan air sedangkan pengembangan peralatan panen dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya kehilangan hasil dan menjaga kualitas produk. c. Pengembangan kelembagaan, diarahkan pada pengembangan kerjasama kelompok tani untuk meningkatkan skala usaha sehingga diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar petani. Khusus untuk peningkatan produksi padi, menurut Ilham 2008 peningkatan produksi padi membutuhkan dukungan teknologi yang diprioritaskan pada sistem irigasi. Keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah menyebabkan pembangunan sistem irigasi ini perlu melibatkan peranserta masyarakat. Peranserta masyarakat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan sistem irigasi yang telah dibangun oleh pemerintah. Selain itu, keberadaan sistem penyuluhan diperlukan sebagai pendukung peningkatan produksi. Pengembangan subsistem agribisnis hulu diarahkan pada ketersediaan sarana produksi bermutu. Penggunaan sarana produksi yang berkualitas baik akan mendukung terwujudnya peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas produk yang baik pula. Selain itu, adanya jaminan ketersediaan sarana produksi yang bermutu dapat meningkatkan partisipasi petani dalam melakukan usahatani. Hal ini terungkap dari hasil penelitian Zakaria et al. 2010 yang menyebutkan bahwa rendahnya tingkat partisipasi petani dalam melakukan usahatani kedelai terkendala oleh kurang tersedianya benih unggul bermutu sehingga resiko usahatani cukup tinggi dan tidak adanya jaminan harga jual yang layak. Sesuai dengan hasil analisis prioritas pembangunan berdasarkan persepsi stakeholders maka pengembangan subsistem agribisnis hulu secara berurutan diprioritaskan pada : pengembangan sarana prasarana, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan pengembangan kelembagaan. Pengembangan subsistem agribisnis hilir diarahkan pada pengembangan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil komoditas subsektor tanaman bahan makanan. Secara berurutan prioritas pengembangan subsistem ini berdasarkan persepsi stakeholder adalah : pengembangan sumberdaya manusia pelaku pemasaran dan pengolahan hasil pertanian, pengembangan sarana prasarana dan pengembangan kelembagaan. Selain pengembangan ketiga subsistem agribisnis diatas, menurut Jaya 2009, pengembangan agribisnis memerlukan dukungan dari lembaga penunjang seperti kebijakan pemerintah, pembiayaanpermodalan, pendidikan, penelitian, perhubungan dan pertanahan. Lembaga pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang profesional, sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan teknologi dan informasi. Pengembangan subsistem agribisnis jasa layanan pendukung yang diperlukan di Kabupaten Majalengka lebih ditekankan pada masalah permodalan. Hal ini dapat dilakukan melalui pengembangan kelembagaan permodalan di kawasan-kawasan sentra produksi, pengembangan sarana prasarana untuk memudahkan petani mengakses informasi permodalan serta peningkatan kapasitas sumberdaya manusia untuk lebih memahami mengenai masalah-masalah permodalan. Menurut Supriatna 2009, pola pelayanan kredit permodalan yang ideal bagi petani yaitu menghindari penetapan agunan sertifikat tanah, memberikan kredit berbentuk uang tunai, memberikan kredit jangka pendek dengan pengembalian musiman, jumlah plafon kredit mencukupi untuk membeli benih, pupuk dan obat-obatan serta pengajuanpenyaluran kredit melalui kelompok tani. Di sisi lain petani perlu memahami prinsip penggunaan kredit yang benar, berusaha membangun modal sendiri dan menciptakan diversifikasi usaha yang memberikan penerimaan secara harian, mingguan atau musiman. Dengan dilaksanakannya pengembangan subsistem-subsistem agribisnis tersebut di Kabupaten Majalengka, diharapkan dapat meningkatkan kinerja subsektor tanaman bahan makanan dan meningkatkan keterkaitannya baik keterkaitan antar subsistem maupun keterkaitan dengan sektor lainnya diluar subsistem agribisnis sehingga pada akhirnya mampu menggerakkan perekonomian wilayah dan mengatasi isu-isu strategis aspek ekonomi yang tercantum dalam dokumen RPJMD. Peningkatan ekonomi wilayah diharapkan mampu menjadi landasan bagi pengembangan wilayah yang berbasis pertanian di Kabupaten Majalengka.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan serta dengan memperhatikan kaitannya dengan tujuan penelitian maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Subsektor tanaman bahan makanan merupakan sektor basis di Kabupaten Majalengka sehingga memiliki posisi, daya saing dan potensi yang baik dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di wilayah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA komoditas subsektor tanaman bahan makanan yang unggul dari aspek luas tanam adalah jagung, kacang hijau dan kembang kol, komoditas yang unggul dari aspek luas panen adalah jagung dan kacang hijau, komoditas yang unggul dari aspek produksi jagung, kedelai, kacang hijau, bawang merah, alpukat, jambu biji, jeruk, mangga, melinjo dan petai, sedangkan komoditas yang unggul dari aspek jumlah pohon adalah alpukat, mangga, durian, jambu biji, pisang, nangka, pepaya, sawo, melinjo, petai, sirsak dan sukun. Kondisi dan potensi yang baik ini membawa implikasi bagi Kabupaten Majalengka untuk lebih memberi perhatian dan prioritas terhadap pembangunan subsektor tanaman bahan makanan agar mampu menjadi motor penggerak pengembangan wilayah di masa yang akan datang. 2. Subsektor tanaman bahan makanan memiliki peran yang besar dalam perekonomian wilayah Kabupaten Majalengka berdasarkan sumbangannya terhadap PDRB 23,80 dan pembentukan output total 16,23. Walaupun subsektor tanaman bahan makanan memiliki nilai yang rendah untuk semua indikator keterkaitan dan multiplier effect, namun demikian, subsektor ini memiliki potensi yang baik untuk menjadi sektor strategis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Majalengka. 3. Komoditas padi, jagung, kedelai, mangga, pisang dan melinjo merupakan komoditas unggulan Kabupaten Majalengka berdasarkan analisis pada level makro, meso dan mikro. 4. Prioritas pengembangan subsektor tanaman bahan makanan berdasarkan jenis komoditas unggulan secara berturut-turut adalah padi, jagung, mangga, kedelai, pisang dan melinjo. Dalam mendukung pengembangan komoditas unggulan tersebut, subsistem usahatani merupakan prioritas pertama diikuti oleh subsistem agribisnis hulu, subsistem agribisnis hilir dan subsistem jasa layanan pendukung. Berdasarkan faktor yang diperlukan dalam pengembangan subsistem-subsistem agribisnis tersebut maka faktor sumberdaya manusia harus menjadi perhatian utama diikuti dengan faktor sarana prasarana dan kelembagaan. 5. Arahan pengembangan subsektor tanaman bahan makanan dalam pengembangan wilayah adalah meningkatkan kinerja subsektor ini dan meningkatkan keterkaitan subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor- sektor lain sehingga perannya dalam perekonomian wilayah menjadi semakin besar. Untuk mendukung hal ini maka pembangunan subsektor tanaman bahan makanan diupayakan fokus pada komoditas unggulan dengan meningkatkan peran masing-masing subsistem agribisnis dan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, ketersediaan sarana prasarana serta dukungan kelembagaan yang kuat. Selain itu, arahan untuk lokasi pengembangan komoditas unggulan adalah pada lahan-lahan yang memiliki kriteria sesuai untuk pengembangan komoditas tersebut.

6.2. Saran

Beberapa saran yang dapat disumbangkan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan keterkaitan subsektor tanaman bahan makanan dengan sektor- sektor lain agar terus dilakukan, baik yang memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang sehingga mampu meningkatkan nilai tambah di dalam wilayah serta mengurangi terjadinya kebocoran wilayah. 2. Perlu dikembangkan rantai sistem agribisnis dalam pengembangan subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Majalengka sehingga dapat terbangun keterkaitan antar subsistem agribisnis maupun antar sektor lainnya. 3. Perlu dilakukan survey tanah yang lebih detil sehingga informasi mengenai evaluasi kesesuaian lahan untuk lokasi pengembangan komoditas subsektor tanaman bahan makanan akan lebih akurat.