Potensi Komoditas Subsektor Tanaman Bahan Makanan Unggulan

Selain mengetahui keunggulan komparatif yang dimiliki oleh setiap komoditas pertanian di kabupaten Majalengka perlu pula diketahui bagaimana tingkat keunggulan kompetitif yang juga menunjukkan kinerja dan tingkat pertumbuhan dari komoditas-komoditas tersebut. Adapun ukuran yang digunakan untuk mengetahui komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif dalam penelitian ini adalah jika komponen differential shift bernilai positif. Hasil analisis differential shift untuk komoditas tanaman pangan di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Hasil Analisis Differential Shift Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten Majalengka No Komoditas Nilai Differential Shift Luas Tanam Luas Panen Produksi 1 Padi -0,33 -0,02 -0,09 2 Jagung 0,24 0,18 0,12 3 Kedelai 0,23 -0,04 0.08 4 Kacang Tanah -0,44 -0,38 -0,48 5 Kacang Hijau 0,36 0,31 0.05 6 Ubi Kayu -0,18 -0,19 -0,35 7 Ubi Jalar -0,31 -0,33 -0,30 Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010 Berdasarkan nilai differential shift komoditas tanaman pangan tersebut dapat diketahui bahwa komoditas yang memiliki pertumbuhan positif dari aspek luas tanam, luas panen dan produksi hanya ada 2 komoditas yaitu jagung dan kacang hijau. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua komoditas tersebut unggul secara kompetitif dibandingkan dengan komoditas lainnya dari aspek luas tanam, luas panen dan jumlah produksinya. Hasil analisis differential shift untuk komoditas sayuran di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6, 7 dan 8. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 5 komoditas yang memiliki nilai differential shift positif berdasarkan aspek luas tanam. Kelima komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 29. Hal ini menunjukkan bahwa kelima komoditas sayuran tersebut mengalami pertumbuhan luas tanam yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga tingkat pertumbuhan luas tanamnya positif. Oleh karena itu, kelima komoditas tersebut merupakan komoditas sayuran Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan kompetitif dari aspek luas tanam. Tabel 29. Differential Shift Luas Tanam Komoditas Sayuran Yang Positif No. Komoditas Nilai Differential Shift 1 Kentang 6,80 2 Terung 0,86 3 Sawi 0,64 4 Tomat 0,50 5 Kembang Kol 0,20 Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010 Apabila dilihat dari aspek luas panen terdapat 6 komoditas sayuran yang memiliki nilai differential shift positif. Keenam komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 30. Hal ini menunjukkan bahwa keenam komoditas sayuran tersebut mengalami pertumbuhan luas panen yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga memiliki tingkat pertumbuhan yang positif. Oleh karena itu, keenam komoditas tersebut merupakan komoditas sayuran Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan kompetitif dari aspek luas panen. Tabel 30. Differential Shift Luas Panen Komoditas Sayuran Yang Positif No. Komoditas Nilai Differential Shift 1 Terung 0,61 2 Sawi 0,58 3 Tomat 0,43 4 Labu siam 0,19 5 Wortel 0,03 6 Kembang kol 0,005 Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010 Selanjutnya, dilihat dari aspek produksi terdapat 7 komoditas sayuran yang memiliki nilai differential shift positif. Ketujuh komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 31. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh komoditas sayuran tersebut mengalami pertumbuhan produksi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga memiliki tingkat pertumbuhan yang positif. Oleh karena itu, ketujuh komoditas tersebut merupakan komoditas sayuran Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan kompetitif dari aspek produksi. Tabel 31. Differential Shift Produksi Komoditas Sayuran Yang Positif No. Komoditas Nilai Differential Shift 1 Terung 0,99 2 Buncis 0,26 3 Kacang panjang 0,25 4 Sawi 0,17 5 Kentang 0,10 6 Bawang merah 0,09 7 Kembang Kol 0,02 Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010 Berdasarkan Tabel 29, Tabel 30 dan Tabel 31 dapat dilihat bahwa ada tiga jenis komoditas sayuran yang memiliki nilai differential shift positif baik dari aspek luas tanam, luas panen dan produksi. Ketiga jenis komoditas tersebut adalah terung, sawi dan kembang kol. Hasil analisis differential shift untuk komoditas buah-buahan di Kabupaten Majalengka secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9-10. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dilihat bahwa dari aspek jumlah pohon terdapat 16 komoditas dari 22 jenis komoditas buah-buahan yang dianalisis yang memiliki nilai differential shift positif. Keenam belas belas komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 32. . Tabel 32. Differential Shift Jumlah Pohon Komoditas Buah-buahan Yang Positif No. Komoditas Nilai Differential Shift 1 Sukun 0,91 2 Mangga 0,58 3 Alpukat 0,55 4 Salak 0,53 5 Sawo 0,41 6 Jambu biji 0,38 7 Petai 0,36 8 Durian 0,25 9 Nenas 0,21 10 Pepaya 0,13 11 Pisang 0,11 12 Melinjo 0,05 13 Nangka 0,05 14 Dukuh 0,04 15 Rambutan 0,04 16 Sirsak 0,03 Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010 Hal ini menunjukkan bahwa keenam belas komoditas sayuran tersebut mengalami pertumbuhan jumlah pohon yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga memiliki tingkat pertumbuhan yang positif. Oleh karena itu, keenam belas komoditas tersebut merupakan komoditas buah-buahan Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan kompetitif dari aspek jumlah pohon. Selain itu, hal ini juga menunjukkan bahwa ada banyak komoditas buah- buahan di Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan kompetitif dari aspek jumlah pohon yang ditanam. Selanjutnya, dilihat dari aspek produksi terdapat 12 komoditas buah- buahan yang memiliki nilai differential shift positif. Kedua belas komoditas tersebut dapat dilihat pada Tabel 33. Hal ini menunjukkan bahwa kedua belas komoditas sayuran tersebut mengalami pertumbuhan produksi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas lain sehingga memiliki tingkat pertumbuhan yang positif. Oleh karena itu, kedua belas komoditas tersebut merupakan komoditas buah-buahan Kabupaten Majalengka yang memiliki keunggulan kompetitif dari aspek produksi. Tabel 33. Differential Shift Produksi Komoditas Buah-buahan Yang Positif No. Komoditas Nilai Differential Shift 1 Manggis 1,99 2 Melinjo 1,75 3 Jambu biji 1,21 4 Petai 0,93 5 Jambu Air 0,82 6 Mangga 0,48 7 Salak 0,47 8 Alpukat 0,45 9 Rambutan 0,42 10 Pisang 0,31 11 Sukun 0,23 12 Jeruk 0,15 Sumber : Diolah dari Dinas Pertanian TP Prop. Jabar 2010 Berdasarkan Tabel 32 dan Tabel 33 dapat dilihat bahwa ada sembilan jenis komoditas buah-buahan yang memiliki nilai differential shift positif baik dari aspek jumlah pohon dan produksi. Komoditas-komoditas tersebut adalah mangga, alpukat, sukun, salak, jambu biji, petai, pisang, melinjo dan rambutan. Hasil analisis LQ dan shift share dari luas tanam, luas panen, produksi dan jumlah pohon kemudian dikombinasikan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengelompokkan komoditas berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitifnya. Pengelompokkan komoditas-komoditas tersebut disajikan dalam bentuk matriks daya saing. Hasil pengelompokkan komoditas berdasarkan luas tanam tersaji pada Gambar 13. KEUNGGULAN KOMPARATIF Komoditas Non basis Komoditas Basis - Kedelai - Jagung P o stif K E U N G G U L A N K O MP E T IT IF - Kentang - Kacang hijau - Sawi - Kembang kol - Tomat - Terung - Padi N eg at if - Kacang tanah - Bawang merah - Ubi kayu - Bawang daun - Ubi jalar - Kubis - Wortel - Cabe besar - Lobak - Cabe rawit - Kacang merah - Kacang panjang - Buncis - Ketimun - Labu siam - Kangkung Gambar 13. Matriks Daya Saing Luas Tanam Komoditas Subsektor Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Majalengka Dari matriks daya saing komoditas berdasarkan luas tanam diatas terdapat tiga komoditas yang memiliki potensi dan daya saing tinggi karena memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif dari aspek luas tanam yaitu jagung, kacang hijau dan kembang kol. Hasil pengelompokkan komoditas berdasarkan luas panen tersaji pada Gambar 14. Dari matriks daya saing komoditas berdasarkan luas panen tersebut terdapat dua komoditas yang memiliki potensi dan daya saing tinggi karena memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif dari aspek luas panen yaitu jagung dan kacang hijau. KEUNGGULAN KOMPARATIF Komoditas Non basis Komoditas Basis P o si tif K E U N G G U L A N K O MP E T IT IF - Kembang kol - Jagung - Sawi - Kacang hijau - Wortel - Tomat - Terung - Labu siam N eg at if - Padi - Kacang tanah - Kedelai - Ubi kayu - Bawang merah - Ubi jalar - Bawang daun - Kentang - Kubis - Lobak - Cabe besar - Kacang merah - Cabe rawit - Kacang panjang - Buncis - Ketimun - Kangkung Gambar 14. Matriks Daya Saing Luas Panen Komoditas Subsektor Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Majalengka Adapun hasil pengelompokkan komoditas berdasarkan produksi tersaji pada Gambar 15. Dari matriks daya saing komoditas berdasarkan produksi tersebut terdapat sepuluh jenis komoditas yang memiliki potensi dan daya saing tinggi karena memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif dari aspek produksi yaitu jagung, kedelai, kacang hijau, bawang merah, alpukat, jambu biji, jeruk, mangga, melinjo dan petai. KEUNGGULAN KOMPARATIF Komoditas Non basis Komoditas Basis - Kentang - Jagung P o si tif K E U N G G U L A N K O MP E T IT IF - Kembang kol - Kedelai - Sawi - Kacang hijau - Kacang panjang - Bawang merah - Terung - Alpukat - Buncis - Jambu biji - Jambu air - Jeruk - Manggis - Mangga - Pisang - Melinjo - Rambutan - Petai - Sukun - Salak - Kacang tanah - Belimbing N eg at if - Ubi kayu - Duku - Padi - Ubi jalar - Durian - Bawang daun - Kubis - Jeruk Besar - Cabe rawit - Wortel - Nenas - Nangka - Lobak - Pepaya - Kacang merah - Sawo - Cabe besar - Markisa - Tomat - Sirsak - Ketimun - Labu siam - Kangkung Gambar 15. Matriks Daya Saing Produksi Komoditas Subsektor Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Majalengka Adapun hasil pengelompokkan komoditas buah-buahan berdasarkan jumlah pohon tersaji pada Gambar 16. Dari matriks daya saing komoditas buah- buahan berdasarkan jumlah pohon terdapat 12 jenis komoditas yang memiliki potensi dan daya saing tinggi karena memiliki keunggulan secara komparatif dan kompetitif dari aspek jumlah pohon yaitu alpukat, mangga, durian, jambu biji, pisang, nangka, papaya, sawo, melinjo, petai, sirsak dan sukun. KEUNGGULAN KOMPARATIF Komoditas Non basis Komoditas Basis - Duku - Alpukat P o si tif K E U N G G U L A N K O MP E T IT IF - Nenas - Mangga - Sawi - Durian - Rambutan - Jambu biji - Salak - Pisang - Nangka - Pepaya - Sawo - Melinjo - Petai - Sirsak - Sukun N eg at if - Jeruk besar - Belimbing - Manggis - Jambu air - Markisa - Jeruk Gambar 16. Matriks Daya Saing Jumlah Pohon Komoditas Buah-buahan Kabupaten Majalengka Berdasarkan matriks daya saing, maka untuk komoditas non basis tetapi memiliki nilai differential shift positif kuadran II, komoditas-komoditas tersebut sebetulnya masih memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki pertumbuhan yang diatas rata-rata pertumbuhan komoditas lain maupun komoditas sejenis di wilayah lain di provinsi Jawa Barat. Hanya saja diperlukan usaha untuk terus meningkatkan kapasitasnya secara keseluruhan agar menjadi komoditas basis. Begitupula dengan komoditas yang berada di kuadran IV basis tetapi differential shift negatif, komoditas ini sebetulnya masih memiliki potensi untuk dikembangkan karena memiliki aktivitas yang memusat basis, hanya saja diperlukan usaha untuk meningkatkan aktivitas tersebut agar mengalami peningkatanpertumbuhan dari tahun ke tahun secara positif. Selain memiliki potensi luas tanam, luas panen, produksi dan jumlah pohon atas komoditas-komoditas diatas, Kabupaten Majalengka juga memiliki potensi atas beberapa komoditas yang menjadi varietas unggul. Menurut Dirjen Hortikultura 2010, varietas unggul adalah varietas yang telah dilepas oleh pemerintah yang Surat Keputusannya ditandatangani oleh Mentri Pertanian. Keunggulan varietas itu sendiri dicirikan oleh adanya superioritas dan atau keunikan satu atau lebih karakter yang dibuktikan dari hasil pengujian dengan mengikuti prosedur baku. Beberapa varietas unggulan Kabupaten Majalengka tersebut adalah Perwira, Bokor dan Siriwig untuk komoditas Durian dan Gedong untuk komoditas mangga. Adapun nomor Keputusan Mentri Pertanian tentang pelepasan masing-masing varietas tersebut dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Nomor SK Pelepasan Varietas Tanaman Buah Unggulan Kab. Majalengka No. JenisVarietas No. KEPMENTAN Pengusul I Durian BPSBTPH Jabar 1 Perwira 458KptsTP.24071993 BPSBTPH Jabar 2 Bokor 460KptsTP.24071993 BPSBTPH Jabar 3 Siriwig 461KptsTP.24071993 BPSBTPH Jabar II Mangga 1 Gedong 28KptsTP.240I1995 BPSBTPH Jabar Sumber : Dirjen Hortikultura, 2011

5.2. Peranan Subsektor Tanaman Bahan Makanan dalam Perekonomian

Kabupaten Majalengka Peranan subsektor tanaman bahan makanan dalam perekonomian wilayah Kabupaten Majalengka dapat diketahui melalui analisis Produk Domestik Regional Bruto PDRB dan analisis Input-Output I-O. Analisis PDRB digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian Kabupaten Majalengka Tahun 2009 sedangkan analisis I-O digunakan untuk mengetahui keterkaitan sektoral dan multiplier effect. Analisis I-O yang dilakukan dalam pembahasan ini didasarkan pada Tabel I- O Kabupaten Majalengka Tahun 2009 yang diperoleh dari hasil RAS Tabel I-O Kabupaten Ciamis 2008. Metode RAS dilakukan atas asumsi ada kemiripan struktur ekonomi antar Kabupaten Ciamis dengan Kabupaten Majalengka. Kabupaten Ciamis dipilih karena berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Tabel I-O Kabupaten Majalengka Tahun 2009 yang berasal dari hasil RAS Tabel I-O Provinsi Jawa Barat Tahun 2003 kurang memiliki kemiripan struktur perekonomian dengan kondisi yang ada di Kabupaten Majalengka. Hal tersebut terlihat dari adanya dominasi sektor-sektor urban dalam struktur perekonomiannya. Adapun Tabel I-O Kabupaten Majalengka yang diperoleh berdasarkan hasil RAS dari Tabel I-O Kabupaten Ciamis menunjukkan adanya peran sektor pertanian dalam perekonomiannya sehingga dianggap lebih mempunyai kemiripan struktur perekonomian dengan Kabupaten Majalengka.

5.2.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Majalengka Tahun 2009

Salah satu indikator yang dapat menggambarkan perekonomian wilayah adalah PDRB. Data PDRB merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan karena adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi BPS Majalengka, 2010. Pada Tabel 35 ditampilkan data PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Majalengka Tahun 2007 – 2009 atas dasar harga konstan Tahun 2000. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada Tahun 2007 sampai Tahun 2009, sektor perekonomian yang menjadi penyumbang terbesar bagi PDRB Kabupaten Majalengka adalah sektor pertanian. Apabila dilihat lebih jauh maka sektor pertanian yang menjadi penyumbang terbesar adalah subsektor tanaman bahan makanan. Adapun lima sektor penyumbang terbesar bagi PDRB Kabupaten Majalengka dalam kurun waktu 2007-2009 berturut-turut adalah subsektor tanaman bahan makanan, industri non migas, perdagangan besar dan eceran, pemerintahan umum dan pertahanan serta restoran. Tabel 36 menampilkan persentase nilai PDRB sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Majalengka Tahun 2009 yang terdiri dari 28 sektor dengan subsektor tanaman bahan makanan yang dirinci per komoditas. Pemecahan sektor perekonomian menjadi 28 sektor ini karena disesuaikan dengan sektor-sektor yang ada dalam Tabel I-O Kabupaten Ciamis Tahun 2008 yang menjadi dasarbasis untuk penyusunan Tabel I-O Kabupaten Majalengka Tahun 2009. Untuk subsektor tanaman bahan makanan dipecah menjadi enam sektor yang terdiri dari padi, jagung, ubi kayu, buah-buahan dan sayur-sayuran. Tabel 35. PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2007-2008 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 dalam juta rupiah No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 1 PERTANIAN 1.093.907,26 1.133.648,71 1.184.973,86 a. Tanaman Bahan Makanan 929.860,01 961.993,28 1.005.886,04 b. Tanaman Perkebunan 38.294,44 39.596,47 40.575,39 c. Peternakan dan hasil-hasilnya 97.494,29 103.072,99 108.488,65 d. Kehutanan 6.178,61 6.351,61 5.976,59 e. Perikanan 22.079,91 22.634,36 24.047,19 2 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 159.586,22 166.138,45 162.266,81 a. Minyak dan Gas Bumi 79.999,73 83.519,72 72.402,41 b. Pertambangan Tanpa Migas - - - c. Penggalian 79.586,49 82.618,73 89.864,40 3 INDUSTRI PENGOLAHAN 657.996,42 691.093,64 724.330,61 a. Industri Migas - - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - - 2. Gas Alam Cair - - - b. Industri Non Migas 657.996,42 691.093,64 724.330,61 4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 26.149,82 27.540,86 28.810,28 a. Listrik 24.581,92 25.835,14 26.997,72 b. Gas - - - c. Air Bersih 1.567,90 1.705,72 1.812,56 5 BANGUNAN 175.415,37 185.168,46 195.870,26 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 756.470,52 797.726,95 838.517,68 a. Perdagangan Besar dan Eceran 518.476,56 547.326,06 573.594,47 b. H o t e l 1.419,45 1.453,53 1.516,95 c. Restoran 236.574,51 248.947,36 263.406,26 7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 250.435,89 260.476,07 271.937,70 a. Angkutan 218.909,88 226.173,66 236.860,72 1. Angkutan Rel - - - 2. Angkutan Jalan Raya 203.174,35 209.818,15 219.799,89 3. Angkutan Laut - - - 4. Angk. Sungai, Danau Penyebr. - - - 5. Angkutan Udara - - - 6. Jasa Penunjang Angkutan 15.735,53 16.355,51 17.060,83 b. Komunikasi 31.526,01 34.302,41 35.076,98 8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 219.085,84 229.950,11 240.097,64 a. Bank 83.767,96 88.151,52 92.341,18 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 19.121,65 20.305,72 21.016,42 c. Jasa Penunjang Keuangan - - - d. Sewa Bangunan 96.859,03 101.285,49 105.737,04 e. Jasa Perusahaan 19.337,20 20.207,38 21.003,00 9 JASA-JASA 526.643,19 550.497,06 579.121,25 a. Pemerintahan umum pertahanan 384.323,14 399.104,80 419.799,12 b. Swasta 142.320,05 151.392,26 159.322,13 1 Sosial Kemasyarakatan 26.190,13 27.559,87 28.817,80 2 Hiburan dan Rekreasi 7.850,60 8.211,73 8.507,05 3 Perorangan dan Rumah tangga 108.279,32 115.620,66 121.997,28 PDRB DENGAN MINYAK DAN GAS BUMI 3.865.690,53 4.042.240,31 4.225.926,09 PDRB TANPA MINYAK DAN GAS BUMI 3.785.690,80 3.958.720,59 4.153.523,68 Sumber : PDRB Kabupaten Majalengka Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Tabel 36. Persentase Sumbangan Sektoral Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2009 Atas Dasar Harga Konstan No Sektor Perekonomian Nilai Persentase Juta Rupiah 1 Industri Pengolahan 724,330.61 17.14 2 Perdagangan Besar dan Eceran 573,594.47 13.57 3 Padi 571,755.68 13.53 4 Pemerintahan umum dan Pertahanan 419,799.12 9.93 5 Restoran 263,406.26 6.23 6 Angkutan Jalan Raya 219,799.89 5.20 7 Bangunan 195,870.26 4.63 8 Sayur-sayuran 193,180.41 4.57 9 Pertambangan dan Penggalian 162,266.81 3.84 10 Buah-buahan 127,978.88 3.03 11 Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 121,997.28 2.89 12 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 113,357.60 2.68 13 Peternakan dan hasil-hasilnya 108,488.65 2.57 14 Sewa Bangunan 105,737.04 2.50 15 Jagung 68,983.66 1.63 16 Tanaman Perkebunan 40,575.39 0.96 17 Komunikasi 35,076.98 0.83 18 Bahan makanan lainnya 32,842.18 0.78 19 Jasa Sosial Kemasyarakatan 28,817.80 0.68 20 Listrik 26,997.72 0.64 21 Perikanan 24,047.19 0.57 22 Jasa Perusahaan 21,003.00 0.50 23 Jasa Penunjang Angkutan 17,060.83 0.40 24 Ubi Kayu 11,145.22 0.26 25 Jasa Hiburan dan Rekreasi 8,507.05 0.20 26 Kehutanan 5,976.59 0.14 27 Air Bersih 1,812.56 0.04 28 H o t e l 1,516.95 0.04 Total 4,225,926.09 100.00 Sumber : Diolah dari Majalengka dalam Angka 2010 Berdasarkan tabel 36, besarnya perananan subsektor tanaman bahan makanan adalah sebagai berikut : padi berkontribusi sebesar 13,53 , menempati urutan ke-3, sayur-sayuran berkontribusi sebesar 4,57, menempati urutan ke-8, buah-buahan berkontribusi sebesar 3,03, menempati urutan ke-10, jagung berkontribusi sebesar 1,63, menempati urutan ke-15, bahan makanan lainnya berkontribusi sebesar 0,78, menempati urutan ke-18 dan ubi kayu berkontribusi sebesar 0,26 serta menempati urutan ke-24. Kontribusi keenam jenis komoditas sektor tanaman bahan makanan tersebut apabila digabungkan mencapai 23,80 dari total PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2009 atau menempati peringkat ke-1 dari 23 sektor perekonomian Adapun lima sektor yang memberikan sumbangan paling tinggi terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2009 berturut-turut adalah; sektor industri pengolahan 17,14, perdagangan besar dan eceran 13,57, padi 13,53, pemerintahan umum dan pertahanan 9,93 dan restoran 6,23. Sektor industri pengolahan menempati peringkat tertinggi karena di Kabupaten Majalengka terdapat beberapa industri yang cukup berkembang. Industri-industri tersebut diantaranya adalah industri genteng yang banyak terkonsentrasi di Kecamatan Jatiwangi, kerajinan rotan yang banyak terdapat di Kecamatan Rajagaluh dan industri pengolahan makanan yang banyak terdapat di Kecamatan Cikijing. Selain itu sektor industri pengolahan itu sendiri merupakan salah satu sektor yang tergolong cepat memberikan nilai tambah bagi perekonomian. Selain melalui PDRB, peranan sektor ekonomi dapat dilihat melalui analisis Tabel input-output. Tabel input-output Kabupaten Majalengka Tahun 2009 terdiri atas 28 sektor yaitu : 1 padi, 2 jagung, 3 ubi kayu, 4 buah- buahan, 5 sayur-sayuran, 6 bahan makanan lainnya, 7 tanaman perkebunan, 8 peternakan dan hasil-hasilnya, 9 kehutanan, 10 perikanan, 11 pertambangan dan penggalian, 12 industri pengolahan, 13 listrik, 14 air bersih, 15 bangunan, 16 perdagangan besar dan eceran, 17 hotel, 18 restoran, 19 angkutan jalan raya, 20 jasa penunjang angkutan, 21 komunikasi, 22 bank dan lembaga keuangan lainnya, 23 sewa bangunan, 24 jasa perusahaan, 25 pemerintahan umum dan pertahanan, 26 jasa sosial kemasyarakatan, 27 jasa hiburan dan rekreasi dan 28 jasa perorangan dan rumah tangga. Struktur perekonomian Kabupaten Majalengka berdasarkan Tabel input-output Tahun 2009 yang terdiri dari 28x28 sektor disajikan pada Tabel 37. Berdasarkan Tabel 37 tersebut dapat diketahui bahwa dari struktur output Kabupaten Majalengka sebesar Rp 7.437.306,17 juta, sebanyak 26,99 Rp 2.007.422,80 juta merupakan permintaan antara dan sebanyak 73,01 Rp 5.429.883,37 juta merupakan permintaan akhir. Secara umum, komponen permintaan akhir yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap dan perubahan stok menggambarkan transaksi domestik, sedangkan komponen ekspor menggambarkan kegiatan transaksi antar wilayah. Besarnya nilai permintaan akhir dibandingkan dengan permintaan antara menggambarkan besarnya permintaan terhadap sektor-sektor ekonomi untuk keperluan konsumsi, pemerintah, investasi dan ekspor. Nilai permintaan antara yang kecil menggambarkan kecilnya permintaan yang terjadi antar sektor ekonomi yang berarti menunjukkan lemahnya keterkaitan antar sektor ekonomi dalam daerah sehingga akumulasi nilai tambah tidak terjadi di dalam wilayah. Tabel 37. Struktur Perekonomian Kabupaten Majalengka Berdasarkan Tabel I-O No. Uraian Jumlah Persentase Juta Rupiah Struktur Output 1 Jumlah Permintaan Antara 2.007.422,80 26,99 2 Jumlah Permintaan Akhir 5.429.883,37 73,01 3 Total Output 7.437.306,17 100,00 Struktur Input 4 Jumlah Input Antara 2.007.422,80 5 Jumlah Input PrimerNilai Tambah Bruto 121.997,28 100,00 - Upah dan Gaji 36.879,18 30,23 - Surplus Usaha 73.480,52 60,23 - Penyusutan 6.997,97 5,74 - Pajak Tak Langsung 4.639,60 3,80 Sumber : Hasil Analisis 2011 Struktur Tabel I-O dengan nilai total output yang lebih banyak dialokasikan sebagai permintaan akhir menunjukkan bahwa output yang ada cenderung digunakan untuk konsumsi secara langsung baik oleh masyarakat maupun belanja pemerintah, investasi dan langsung diekspor daripada digunakan untuk transaksi antar sektor dalam proses produksi. Berdasarkan struktur inputnya, perekonomian Kabupaten Majalengka Tahun 2009 terdiri atas input antara sebesar 94,27 Rp 2.007.422,80 juta dan input primer sebesar 5,73 Rp 121.997,28 juta. Input primer merupakan selisih antara total input dengan input antara. Input primer sering disebut juga nilai tambah bruto NTB. Nilai Tambah Bruto NTB adalah balas jasa pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri atas komponen upah dan gaji, surplus usaha,