Prioritas Pengembangan Aspek Pendukung

Pembangunan subsektor tanaman bahan makanan yang bijaksana dan mengikuti azas partisipatif perlu dilaksanakan dengan melibatkan stakeholders dalam menentukan aspek-aspek yang perlu diprioritaskan. Tiga komoditas unggulan yang mendapat prioritas dari stakeholders adalah padi, jagung dan mangga dengan subsistem agribisnis yang menjadi prioritas untuk dikembangkan adalah subsistem usahatani, dan aspek sumberdaya manusia menjadi prioritas pertama yang diperlukan dalam pengembangan subsistem agribisnis tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka arahan dalam pembangunan subsektor tanaman bahan makanan adalah peningkatan teknologi budidaya komoditas unggulan dan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia sebagai pelaku usahatani. Arahan untuk lokasi pengembangan tiga komoditas unggulan terpilih yang menjadi prioritas dari stakeholders disajikan pada Gambar 38, 39 dan 40. Arahan untuk lokasi pengembangan tiga komoditas unggulan tersebut didasarkan pada aspek kesesuaian dan ketersediaan lahan dari masing-masing komoditas. Aspek kesesuaian lahan dipilih menjadi faktor yang digunakan untuk menentukan arahan lokasi pengembangan komoditas karena pengembangan komoditas pada lahan yang sesuai diharapkan akan mampu meningkatkan produksi dan produktivitas dari komoditas tersebut. Aspek ketersediaan lahan digunakan dalam menentukan lokasi arahan karena pengembangan komoditas tersebut perlu disesuaikan dengan penggunaan lahan yang ada serta arahan tata ruang wilayah Kabupaten Majalengka. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi kesesuaian lahan pada tingkat ordo yang mengacu pada kerangka evaluasi lahan FAO Tahun 1976 dalam Sitorus 2004. Menurut konsep dasar kerangka evaluasi lahan FAO, 1976 sesuai dengan tujuannya kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan secara fisik kualitatif dan kesesuaian lahan secara ekonomik kuantitatif. Dalam penelitian ini evaluasi lahan hanya secara fisik kualitatif. Kriteria atau persyaratan tumbuh tanaman yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan ini mengacu pada dokumen yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian Djaenudin et al., 2003 yang secara rinci tersaji pada Lampiran 15, 16 dan 17. Namun, dalam penelitian ini tidak menggunakan semua kriteria yang dipersyaratkan tersebut hal ini disebabkan karena keterbatasan data. Evaluasi lahan yang dilakukan pada penelitian ini hanya didasarkan pada kriteria fisik lahan tidak mempertimbangkan kriteria kimia lahan. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sifat fisik lahan merupakan sifat yang relatif tidak akan berubah dalam jangka waktu yang lama sedangkan sifat kimia dan kondisi alamiah lainnya relatif lebih mudah berubah dalam jangka waktu yang pendek sehingga tidak bisa dijadikan acuan kesesuaian lahan untuk jangka panjang Evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas padi, jagung dan mangga didasarkan atas kriteria kepekaan erosi, lereng, tekstur, singkapan batuan dan drainase. Evaluasi ketersediaan lahan dilakukan dengan proses tumpang susun peta kesesuaian lahan dengan peta penggunaan lahan dan peta RTRW Kabupaten Majalengka. Dari hasil evaluasi tersebut akan diperoleh lokasi lahan yang memiliki kriteria sesuai dan tersedia, yaitu lahan yang berdasarkan sifat fisiknya memiliki kriteria sesuai untuk pengembangan komoditas yang dimaksud serta tersedia karena lahan tersebut belum dialokasikan untuk penggunaan lahan yang lain berdasarkan data penggunaan lahan landuse serta telah sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah RTRW Kabupaten Majalengka. Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk komoditas padi maka arahan untuk menjadi lokasi pengembangan padi adalah Kecamatan Ligung, Jatitujuh, Jatiwangi, Dawuan, Kertajati, Kadipaten, Palasah, Sumberjaya dan sebagian kecil kecamatan Kasokandel, Panyingkiran, Sukahaji, Talaga, Cikijing dan Cingambul Gambar 38. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa lahan yang sesuai dan tersedia untuk budidaya padi adalah sebesar 12,08 dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka. Hasil evaluasi kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk komoditas jagung menunjukkan bahwa lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas jagung adalah sebesar 29,03 dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka. Berdasarkan Gambar 39, maka arahan pengembangan komoditas jagung adalah wilayah Kabupaten Majalengka bagian utara yang meliputi Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kadipaten, Kasokandel, Panyingkiran, Cigasong, Sukahaji dan Kabupaten Majalengka bagian selatan yang meliputi Kecamatan Talaga, Banjaran, Cikijing dan Cingambul. Berdasarkan Gambar 40 dapat diketahui bahwa lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas mangga sebesar 29,03 dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka. Dari hasil evaluasi kesesuaian dan ketersediaan lahan untuk komoditas mangga tersebut maka arahan untuk lokasi pengembangan komoditas mangga adalah Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Jatiwangi, Panyingkiran dan Majalengka.