9
Bima dan jenis Kuning. Menurut Wibowo 1999, varietas Bima merupakan salah satu varietas yang memiliki tingkat produktivitas tertinggi dibanding dengan
varietas lainnya. Varietas Bima sangat terkenal dengan produksinya yang sangat tinggi
hingga mencapai 10.000 kilogram per hektar. Varietas ini sangat unik, karena memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tingkat curah hujan yang tinggi. Umbi
yang dihasilkan berukuran besar, bercincin kecil dengan warna merah muda. Umur panen dari varietas Bima termasuk pendek, yaitu sekitar 60-65 hari.
Sedangkan varietas Kuning memiliki tingkat produktivitas yang sedikit lebih rendah dari varietas Bima, yaitu sekitar 7.000 kilogram per hektar. Varietas ini
sangat cocok untuk ditanam pada musim kemarau. Umbi yang dihasilkan berbentuk bulat dengan cincin-cincin umbi lapis yang jelas. Umur panen dari
varietas ini tergolong panjang, yaitu sekitar 80 hari.
2.2. Syarat Tumbuh dalam Budidaya Bawang Merah
Menurut Rukmana 1994, dalam budidaya bawang merah terdapat beberapa syarat dan perlakuan agar tanaman bawang merah dapat berproduksi
dengan baik, yaitu : 1.
Iklim Bawang merah akan berproduksi dengan sangat baik jika ditanam di
daerah yang berikilim kering dengan suhu yang cenderung panas dan cuaca cerah. Tanaman bawang merah memiliki akar yang pendek, sehingga
walaupun ditanam di daerah yang beriklim kering, tanaman ini harus diberikan pengairan yang baik. Musim yang sangat tepat untuk menanam
bawang merah adalah pada akhir musim hujan atau pada awal musim kemarau.
2. Suhu dan Ketinggian Tempat
Tanaman bawang merah sangat baik diusahakan di tempat yang memiliki ketinggian kurang dari 30 meter di atas permukaan laut atau di
dataran rendah dengan suhu rata-rata berkisar antara 25 - 32
o
C. Pada suhu di bawah 22
o
C, tanaman bawang merah akan mengalami kesulitan untuk berumbi, sehingga tingkat produktivitasnya akan sangat rendah.
10
3. Tanah
Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi atau dapat juga ditanam di tanah darat seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanah
yang sangat baik untuk pertumbuhan bawang merah adalah tanah yang gembur, subur, dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Selain
itu, dibutuhkan tanah yang memiliki aerasi yang baik dan tidak becek. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong perkembangan umbi,
sehingga umbi yang dihasilkan akan berukuran lebih besar.
2.3. Perlakuan Pasca Panen
Penanganan panen dan pasca panen merupakan satu rangkaian dengan kegiatan budidaya tanaman. Kegiatan ini juga perlu mendapat perhatian khusus
dan hati-hati agar hasil yang akan dipasarkan mempunyai kualitas baik dan bernilai ekonomis tinggi.
Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan untuk menghindari kerusakan bawang merah setelah panen meliputi pembersihan, pengeringan,
sotrasi dan grading, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. 1.
Pembersihan Umbi bawang merah yang baru dipanen keadaannya masih sangat
kotor, karena banyak tanah yang melekat pada umbi. Pembersihan umbi dapat dilakukan bersamaan dengan proses pengikatan daun dari beberapa
rumpun tanaman. Setelah pengikatan selesai, pembersihan umbi dapat dilakukan dengan menggerak-gerakkan ikatan bawang merah tersebut
dibantu juga dengan tangan sehingga tanah yang menempel berjatuhan. Setelah bawang merah bersih, ikatan dapat diletakkan di tempat
penjemuran. 2.
Pengeringan Proses pengeringan bawang merah dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu penjemuran, pengasapan dan pengeringan mekanis. Penjemuran bawang merah umumnya dilakukan di lahan-lahan bekas penanaman. Areal
yang dibutuhkan untuk penanaman sekitar 50 hingga 60 persen dari luas area penanaman. Saat penjemuran berlangsung, bagian umbi bawang merah
11
tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung untuk menghindari terjadinya sengatan luka bakar pada umbi. Pada saat penjemuran, umbi
diletakkan di bagian bawah dengan daun di bagian atas. Cara pengasapan dilakukan apabila kondisi cuaca sedang buruk dan
tidak mungkin dilakukan penjemuran. Pengasapan dilakukan di tempat khusus dengan membuat tungku-tungku berbahan bakar kayu atau sekam.
Untuk mengatur suhu, tempat pengasapan dilengkapi dengan jendela yang dapat dibuka dan thermometer sebagai pengatur suhu. Agar bawang merah
kering secara merata, perlu dilakukan pembalikan atau pertukaran tempat. Bila panas ruangan dipertahankan secara normal, dalam 12 jam umbi sudah
cukup kering. Umbi bawang merah dapat juga dikeringkan dengan menggunakan
pengering mekanis. Prinsip kerja alat tersebut yaitu dengan menggunakan sumber pemanas kompor. Pipa-pipa pemanas dipanaskan dengan kompor
hingga udara di dalam pipa ikut memanas. Kemudian udara tersebut dialirkan ke dalam ruangan pengering yang berisi rak-rak penyimpanan
bawang dengan menggunakan blower atau kipas angin. Selama berada di dalam bilik pengeringan, air yang terkandung di dalam umbi akan
menguap, hingga umbi akan mengering. 3.
Sortasi dan Grading Kegiatan sortasi dan grading dilakukan untuk memisahkan umbi
bawang merah yang baik dengan yang cacat, busuk, terkena hama penyakit atau kerusakan lainnya. Ukuran yang dijadikan acuan biasanya adalah
keseragaman, umur umbi, tingkat kekeringan, penyakit, bentuk umbi dan ukuran besar kecilnya umbi.
4. Penyimpanan
Dalam kegiatan penyimpanan bawang, diperlukan ruangan khusus berupa gudang penyimpanan yang bersuhu sekitar 25 hingga 30
o
C dengan tingkat kelembapan 60 hingga 70 persen dan memiliki ventilasi yang baik.
Bila bawang merah disimpan di ruangan dengan tingkat kelembapan tinggi, bawang merah akan mudah terserang penyakit, terutama oleh jamur. Untuk
mempermudah dalam kegiatan pengangkutan, bawang merah sebaiknya
12
dimasukkan dalam kemasan karung yang anyamannya jarang, sehingga udara dapat masuk.
5. Pengangkutan
Pengangkutan bawang merah dilakukan ke beberapa tempat seperti gudang, pasar, supermarket atau ekspor. Agar bawang merah tidak rusak
selama proses pengangkutan berlangsung, diperlukan kendaraan yang dapat memberikan tempat yang luas dan aman selama perjalanan. Agar kualitas
bawang merah terjamin, hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan terhadap umbi, seperti benturan fisik, kontaminasi
kotoran, ataupun terkena air hujan.
2.4. Studi Penelitian Terdahulu Tentang Tataniaga