Karakteristik Petani Responden Tataniaga Bawang Merah

45 pada data monografi Kelurahan Brebes penduduk yang termasuk dalam usia kerja adalah penduduk yang berusia lebih dari 10 tahun. Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kelurahan Brebes didominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai pegawai dan pedagang. Jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani di daerah ini hanya sekitar 78 jiwa atau 0,67 persen, namun sebagian besar petani yang berada di daerah ini memiliki lahan lebih dari 0,5 Ha. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai buruh tani berjumlah 56 jiwa atau 0,48 persen. Tabel 7 Jumlah penduduk Kelurahan Brebes berdasarkan mata Pencaharian Tahun 2009 Mata Pencaharian Jumlah Penduduk jiwa Persentase Petani 78 0,67 Buruh Tani 56 0,48 Pengusaha 215 1,84 Buruh Industri 915 7,84 Buruh Bangunan 532 4,56 Pedagang 1879 16,11 Pekerja Angkutan 121 1,04 Pegawai Negeri Sipil 6321 54,19 Tentara Polisi 386 3,31 Pensiunan Purnawirawan 419 3,59 Pekerja Jasa 566 4,85 Pegawai Swasta 176 1,51 Sumber : Monografi Kelurahan Brebes, 2009

5.3. Karakteristik Petani Responden Tataniaga Bawang Merah

Berdasarkan hasil wawancara pada 30 petani responden, didapat data sebaran usia petani responden di Kelurahan Brebes yaitu antara usia 28-65 tahun dengan pengalaman bertani sebagian besar kurang dari 15 tahun. 46 Tabel 8 Karakteristik Petani Responden Usahatani Bawang Merah di Kelurahan Brebes tahun 2011 Karakteristik Jumlah jiwa Persentase Usia ≤30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun ≥60 tahun 1 3 5 2 8 6 3 2 3,33 10,00 16,67 6,67 26,67 20,00 10,00 6,67 Total 30 100,01 Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SDSR Tamat SDSR Tamat SLTPLebih 5 5 20 16,67 16,67 76,67 Total 30 100,01 Lama Pengalaman ≤15 tahun 15 tahun 21 9 70,00 30,00 Total 30 100,00 Luas Lahan Garapan 0,25 Ha 0,25 – 0,49 Ha ≥0,5 Ha 3 8 19 10,00 26,67 63,33 Total 30 100,00 Sumber : Data Primer, 2011 Dari Tabel 10 terlihat bahwa sebaran usia petani yang berusahatani bawang merah lebih banyak pada usia 46-50 tahun dan 51-55 tahun. Pada umumnya petani mulai menggeluti usahatani bawang merah sejak usia muda, baik dengan langsung menjadi petani maupun dengan menjadi buruh tani terlebih dahulu. Dari Tabel 10 juga terlihat bahwa rata-rata petani responden telah melaksanakan usahatani bawang merah selama kurang dari 15 tahun, yaitu 47 sebanyak 21 orang atau 70 persen dan lebih dari 15 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau 30 persen. Petani di Kelurahan Brebes umumnya mengusahakan bawang merah dalam skala usaha sedang hingga besar. Luas lahan petani responden kurang dari 0,25 hektar sebanyak 3 orang atau 10 persen, luas lahan 0,25 – 0,49 hektar sebanyak 8 orang atau 26,67 persen dan luas lahan lebih dari 0,5 Ha sebanyak 19 orang atau 63,33 persen. Terbatasnya jumlah lahan pertanian yang ada di Kelurahan Brebes menyebabkan sejumlah petani memilih melakukan usahatani bawang merah di wilayah kelurahan lain. Beberapa petani responden bahkan memiliki lahan di daerah Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka. Pemilihan daerah pengembangan usahatani bawang merah dilakukan karena daerah tersebut dianggap memiliki kesuburan tanah, cuaca dan tingkat curah hujan yang baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman bawang merah, sehingga umbi bawang yang dihasilkan memiliki kualitas yang hampir menyerupai bawang merah yang dihasilkan di Brebes. Petani responden sebagian besar telah menamatkan pendidikan SLTP, bahkan beberapa juga telah menamatkan tingkat pendidikan SLTA. Pengalaman serta pengetahuan yang dibutuhkan dalam berusahatani bawang merah didapatkan dari lapangan dengan mendalami kegiatan usahatani tersebut seblama bertahun- tahun. Alasan petani responden melakukan usahatani bawang merah adalah iklim, cuaca dan kesuburan tanah yang cocok, keuntungan tinggi, perawatan yang cukup mudah dan merupakan usaha turun temurun keluarga. Permasalahan utama yang dihadapi petani adalah masalah fluktuasi harga jual bawang merah. Harga jual bawang merah yang terus berubah-ubah tiap bulannya, seperti yang terlihat pada Tabel 2 dapat menyebabkan kerugian pada petani. Permasalahan cuaca yang tidak menentu pada tahun 2009 hingga tahun 2011 dan curah hujan yang tinggi turut menjadi penyebab kerugian petani, karena curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan petani gagal panen akibat umbi membusuk di dalam tanah dan menurunkan tingkat produktivitas tanaman.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN