Margin Tataniaga Kerangka Pemikiran Teoritis

30

3.1.5. Efisiensi Pemasaran

Sebagai suatu kegiatan ekonomi, pemasaran menghendaki adanya efisiensi. Sistem pemasaran yang tidak efisien akan mengakibatkan kecilnya bagian yang diterima produsen, dan tingginya harga yang dibayarkan oleh konsumen. Pemasaran disebut efisien jika tercipta keadaan dimana pihak produsen, lembaga pemasaran dan konsumen memperoleh kepuasan dengan adanya aktivitas pemasaran tersebut Limbong dan Sitorus, 1985. Bagi lembaga pemasaran dan produsen, tujuan utama dari efisiensi pemasaran adalah untuk menemukan langkah dalam meningkatkan kepuasan konsumen dengan biaya seminimal mungkin. Pemasaran produk pertanian dapat dilihat dalam sistem input-output. Menurut Kohl dan Uhl 2002, input pemasaran terdiri dari sumber daya tenaga kerja, modal, alat produksi, dan bahan produksi. Output pemasaran terdiri dari waktu, bentuk, tempat dan kepemilikan yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Sumber daya yang digunakan dalam kegiatan pemasaran merupakan biaya dan kepemilikan merupakan manfaat dari rasio efisiensi pemasaran. Pemasaran yang efisien adalah maksimisasi dari rasio input dan output tersebut.

3.1.6. Margin Tataniaga

Menurut Kohl dan Uhl 2002, margin tataniaga memiliki pengertian sebagai selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan yang diterima oleh petani produsen. Adanya perubahan atau selisih harga tersebut merupakan indikator yang memperlihatkan total biaya yang dikeluarkan, keuntungan serta jasa dan peningkatan nilai tambah yang dilakukan oleh pelaku pemasaran yang terlibat. Dengan kata lain, margin tataniaga merupakan harga dari keseluruhan aktivitas penambahan nilai serta kinerja dan fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Harga dalam hal ini termasuk biaya dalam kinerja pemasaran dan semua biaya yang menggerakkan produk dari produsen hingga ke konsumen akhir serta keuntungan dari lembaga pemasaran yang terlibat Harga yang dibayarkan konsumen menentukan persaingan dan posisi tawar dari petani dan lembaga pemasaran. Harga tersebut merefleksikan biaya dalam memproduksi produk pertanian dan biaya jasa pemasaran. Tinggi rendahnya margin tataniaga sering digunakan dalam menilai tingkat efisiensi pemasaran. Margin tataniaga yang rendah tidak selalu merefleksikan tingkat efisiensi pemasaran yang tinggi. Tinggi atau rendahnya margin tataniaga suatu produk dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik tataniaga seperti pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan lain sebagainya. Kesalahpahaman lain dalam menginterpretasikan tingkat margin tataniaga adalah margin yang tinggi menunjukkan banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam proses pemasaran dan margin dapat diturunkan dengan memperpendek saluran pemasaran. Pada kenyataannya, tinggi atau rendahnya margin tataniaga bergantung pada banyaknya fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran, bukan banyaknya lembaga yang terlibat. Harga yang dibayar konsumen akhir merupakan harga di tingkat pedagang pengecer. Bila digambarkan dalam suatu kurva, maka keseimbangan harga ditingkat pengecer merupakan perpotongan antara kurva penawaran turunan derived supply curve , dengan kurva permintaan primer primary demand curve. Sedangkan kesesimbangan harga ditingkat petani perpotongan antara kurva penawaran primer primary supply curve dengan kurva permintaan turunan derived demand curve. Atau dapat digambarkan dengan: Gambar 1. Konsep Margin Pemasaran 31 32 Keterangan: Sd : derived supply kurva penawaran turunan = penawaran produk di tingkat pedagang Sp : primary supply kurva penawaran primer = penawaran produk ditingkat petani Dd : derived demand kurva permintaan turunan = permintaan pedagang atau pabrik Dp : primary demand kurva permintaan primer = permintaan konsumen akhir Pr : harga ditingkat pedagang pengecer Pf : harga ditingkat petani MM : margin pemasaran marketing margin = Pr – Pf Q : kuantitas jumlah produk yang ditransaksikan, yaitu sama ditingkat petani dan ditingkat pengecer.

3.1.7. Farmer’s Share