75
yang terbentuk di pasar akan naik tanpa adanya kesepakatan diantara pelaku pemasaran yang terlibat. Di antara sesama pedagang pengecer juga
tidak ditemui adanya kerjasama baik dalam hal pembelian maupun penjualan kembali. Masing-masing pedagang pengecer membeli dan
menjual bawang merah di pasar secara individual.
6.5. Analisis Efisiensi Pemasaran
1. Analisis Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh petani produsen. Selisih harga
tersebut memperlihatkan total biaya yang dikeluarkan oleh pelaku pemasaran, serta keuntungan, jasa dan peningkatan nilai tambah yang
dilakukan oleh pelaku pemasaran yang terlibat. Analisis margin pemasaran digunakan untuk melihat tingkat efisiensi teknik pemasaran bawang merah
di Kelurahan Brebes. Analisis margin pemasaran bawang merah pada saat dilakukan penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.
Dari Tabel 12 terlihat bahwa komponen dari pemasaran adalah biaya pemasaran, dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran dalam hal
ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam memasarkan bawang merah dari Kelurahan Brebes hingga ke konsumen
akhir. Biaya pemasaran tersebut meliputi biaya tenaga kerja untuk pemanenan, pembersihan, penjemuran, sortasi, standarisasi dan grading,
pengemasan dan pengangkutan, penyusutan dan transportasi. Sedangkan keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga jual dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat.
Harga jual petani untuk komoditas bawang merah di Kelurahan Brebes berbeda untuk setiap saluran pemasarannya. Hal tersebut terjadi
karena harga penjualan tergantung dari jumlah pembelian yang dilakukan oleh lembaga pemasaran. Pedagang yang membeli dalam jumlah besar
akan mendapat harga yang lebih murah per kilogramnya dibandingkan dengan pedagang yang membeli dalam jumlah kecil. Selain itu perbedaan
76
harga tersebut juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi yang dilakukan oleh petani di masing-masing saluran pemasarannya.
Tabel 10 Analisis Margin Pemasaran Bawang Merah pada Bulan Februari-
Maret 2011 di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes
Keterangan Pola I
Pola II Pola III
Pola IV RpKg RpKg RpKg RpKg
Petani Biaya
Pemasaran 417,50
3,34 464,16
3,71 - Harga Jual
9.800,00 56,00
9.800,00 65,33 10.300,00
82,40 10.850,00 86,80
Pedagang Pengumpul
- Harga Beli 9.800,00 56,00 9.800,00 65,33
- -
- -
- Biaya 267,50 1,53 427,50
2,85 -
- -
- - Keuntungan 2.432,50 13,90 2.272,50
15,15 -
- -
- - Margin
2.700,00 15,43 2.700,00 18,00
- -
- -
- Harga Jual 12.500,00 71,43 12.500,00 83,33
- -
- -
Pedagang Pengirim
- Harga Beli 12.500,00 71,43 12.500,00
83,33 -
- -
- - Biaya
852,86 4,87 112,86 0,75
- -
- -
- Keuntungan 147,10 0,84 887,14 5,91 -
- -
- - Margin
1.000,00 5,71 1.000,00 6,67 -
- -
- - Harga Jual
13.500,00 77,14 13.500,00 90,00
- -
- -
Pedagang Besar
- Harga Beli 13.500,00 77,14 13.500,00
90,00 10.300,00
82,40 -
- - Biaya
728,57 4,16 100,00 0,67
100,00 0,80
- -
- Keuntungan 2.771,43 15,84
900,00 6,00
950,00 7,60
- -
- Margin 3.500,00 20,00 1.000,00 6,67
1.050,00 8,40
- -
- Harga Jual 17.000,00 97,14 14.500,00
96,67 11.350,00
90,80 -
-
Pedagang Pengecer
- Harga Beli 17.000,00 97,14 14.500,00
96,67 11.350,00
90,80 10.850,00 86,80
- Biaya 233,30
1,33 150,00 1,00
166,67 1,33 233,34
1,87 - Keuntungan 266,70 1,52 350,00
2,33 983,33
7,87 1.416,67 11,33
- Margin 500,00 2,86 500,00
3,33 1.150,00
9,20 1.650,00 13,20
- Harga Jual 17.500,00 100,00
15.000,00 100,00 12.500,00
100,00 12.500,00 100,00
Total Biaya 2.082,23 11,90
790,36 5,27 684,17
5,47 697,50 5,58
Total Keuntungan
5.617,73 32,10 4.409,64 29,40 1.933,33
15,47 1.416,67 11,33
Total Margin 7.700,00 44,00 5.200,00 34,67
2.200,00 17,60 1.650,00
13,20 Sumber : Data Primer diolah, 2011
=Persentase terhadap harga di tingkat pedagang pengecer =Informasi margin pedagang pengecer pada pola saluran pemasaran I dan II diperoleh dari
hasil wawancara melalui telepon
77
Pada pola saluran pemasaran I dan II, seluruh kegiatan panen dan pasca panen dilakukan oleh pedagang pengumpul, sehingga seluruh biaya
yang seharusnya dikeluarkan petani untuk melakukan fungsi tersebut diambil alih oleh pedagang pengumpul sehingga harga jual bawang merah
petani ke pedagang pengumpul pun menjadi lebih rendah. Sedangkan pada pola saluran pemasaran III dan IV, petani melakukan sendiri kegiatan
pasca panennya, sehingga biaya untuk melakukan fungsi tersebut ditanggung oleh petani yang menyebabkan harga jual bawang merah pun
meningkat. Berdasarkan total margin yang diperoleh pedagang perantara, pola
saluran pemasaran I memiliki margin pemasaran terbesar yaitu 44,00 persen dari harga jual pedagang pengecer yang kemudian diikuti oleh pola
saluran pemasaran II dan pola saluran pemasaran III yaitu sebesar 34,67 persen dan 17,60 persen dari harga jual pedagang pengecer. Pola saluran
pemasaran I memiliki margin yang paling besar diantara pola saluran pemasaran yang lain, hal ini disebabkan karena pola saluran pemasaran I
memiliki saluran yang paling panjang dengan lokasi tujuan pemasaran yang jauh dari tempat asal bawang merah diproduksi. Selain itu, konsumen
akhir dari produk bawang merah di jalur pemasaran I bukan penduduk lokal daerah Brebes, melainkan penduduk di daerah Palembang dan Jambi
sehingga pedagang dapat menjual komoditinya dengan harga yang lebih tinggi. Daerah Sumatra merupakan daerah potensial untuk memasarkan
bawang merah, karena Sumatra memiliki potensi pasar yang besar dengan harga jual yang tinggi. Pola saluran pemasaran IV memiliki total margin
terkecil yaitu hanya sebesar 13,20 persen dari harga jual pedagang pengecer. Hal ini disebabkan karena daerah tujuan pemasaran bawang
merah dari pola saluran pemasaran ini hanya pedagang pengecer di pasar lokal Brebes yang dianggap cukup dekat dari lokasi penanaman bawang
merah sehingga pedagang tidak menjual dengan harga yang tinggi. Selain itu, pola saluran pemasaran ini juga merupakan pola saluran pemasaran
terpendek diantara pola saluran pemasaran yang lain. Pada pola saluran
78
pemasaran I, II dan III besarnya margin pemasaran ditentukan oleh jarak distribusi serta fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang perantara.
Berdasarkan hasil analisis margin pemasaran tersebut, pola saluran pemasaran IV merupakan pola saluran pemasaran yang paling efisien,
karena memiliki total margin pemasaran paling kecil, yaitu sebesar Rp 1.650 atau sebesar 13,20 persen dari harga jual di tingkat pedagang
pengecer. Biaya pemasaran merupakan total keseluruhan biaya yang telah
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk untuk melakukan fungsi pemasaran dengan tujuan menyalurkan bawang merah dari produsen
hingga ke konsumen akhir. Biaya pemasaran terbesar yang dikeluarkan yaitu pada pola saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp 2.082,23 per
kilogram atau sebesar 11,90 persen dari harga jual pedagang pengecer. Pada pola saluran pemasaran II dan III biaya pemasaran yang dikeluarkan
yaitu sebesar Rp 790,36 dan Rp 684,17 per kilogram atau sebesar 5,27 persen dan 5,47 persen dari harga jual pedagang pengecer. Biaya pada
pola saluran pemasaran IV yaitu sebesar Rp 697,50 per kilogram atau sebesar 5,58 persen dari harga jual di tingkat pedagang pengecer.
Berdasarkan keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran, pola saluran pemasaran I memiliki keuntungan terbesar yaitu Rp 5.167,73 per
kilogram, karena pola saluran pemasaran ini memiliki saluran pemasaran terpanjang dan konsumen akhirnya bukan merupakan konsumen lokal.
Keuntungan terkecil terdapat pada pola saluran pemasaran IV, yaitu sebesar Rp 1.416,67 per kilogram. Hal ini terjadi karena selain saluran
pemasarannya yang pendek, konsumen akhir dari pola saluran pemasaran ini adalah penduduk lokal, sehingga keuntungan yang diambil pedagang
tidak besar.
2. Analisis
Farmer’s Share
Farmer’s share adalah perbandingan harga yang diterima petani
dengan harga yang diterima oleh konsumen akhir yang biasa dinyatakan dengan persentase. Farmer’s share berhubungan negatif dengan margin
79
pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka bagian yang akan diterima petani akan semakin rendah. Farmer’s share merupakan
bagian yang diperoleh petani sebagai bayaran atas kegiatan yang dilakukan dalam usahatani bawang merah. Farmer’s share yang diterima
petani pada saluran pemasaran bawang merah dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 11 Farmer’s Share pada Saluran Pemasaran Bawang Merah di
Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes Pola Saluran
Pemasaran Harga di Tingkat
Petani RpKg Harga di Tingkat
Konsumen RpKg
Farmer’s Share
Pola I 9.800,00
17.500,00 56,00
Pola II 9.800,00
15.000,00 65,33
Pola III 10.300,00
12.500,00 82,40
Pola IV 10.850,00
12.500,00 86,80
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Farmer’s share yang diterima petani pada pola saluran pemasaran
I yaitu sebesar 56,00 persen. Farmer’s share sebesar 56,00 persen berarti bahwa bagian yang diterima oleh petani sebesar 56,00 persen dari harga
yang dibayarkan oleh konsumen akhir. Pola saluran pemasaran ini memiliki farmer’s share terkecil diantara pola saluran pemasaran lainnya
karena pola saluran pemasaran ini merupakan pola saluran pemasaran terpanjang jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dan
daerah tujuan pemasaran. Pada pola saluran pemasaran ini, petani hanya melakukan sedikit fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran pada pola saluran
pemasaran ini sebagian besar dilakukan oleh pedagang perantara yang terlibat. Pada pola saluran pemasaran II farmer’s share yang diterima
petani sebesar 65,33 persen, sedangkan pada pola saluran pemasaran III sebesar 82,40 persen dan pada pola saluran pemasaran IV sebesar 86,80
persen dari harga jual pedagang pengecer. Pola saluran pemasaran IV merupakan pola saluran pemasaran dengan farmer’s share tertinggi
dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lainnya. Hal ini disebabkan karena pola saluran pemasaran IV merupakan pola dengan saluran
pemasaran terpendek jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dan pasar tujuan. Dari farmer’s share tersebut, terlihat bahwa pola
80
saluran pemasaran IV merupakan saluran pemasaran yang paling menguntungkan bagi petani karena memiliki nilai farmer’s share terbesar.
3. Analisis Rasio Keuntungan Biaya
Biaya pemasaran merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan penyaluran bawang
merah dari petani hingga ke konsumen akhir yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram. Sedangkan keuntungan pemasaran merupakan
selisih antara margin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan pemasaran.
Pada pola saluran pemasaran I, total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 2.082,23 per kilogram. Perhitungan komponen biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada saluran I dapat dilihat pada Lampiran 1. Biaya pemasaran terbesar pada pola saluran
pemasaran I ditanggung oleh pedagang pengirim yaitu sebesar Rp 852,86 per kilogram dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh pedagang
pengecer yaitu sebesar Rp 233,30 per kilogram. Sedangkan keuntungan terbesar diperoleh pedagang besar non lokal Sumatra yaitu sebesar Rp
2.771,43 per kilogram dan keuntungan terkecil diperoleh pedagang pengirim yaitu sebesar Rp 147,10 per kilogram.
Pada pola saluran pemasaran II, total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 790,36 per kilogram. Perhitungan komponen biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada pola saluran pemasaran II dapat dilihat pada Lampiran 2. Biaya pemasaran terbesar
pada pola saluran pemasaran II ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp 427,50 per kilogram dan biaya pemasaran terendah
ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 150,00 per kilogram. Sedangkan keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengumpul yaitu
sebesar Rp 2.272,50 per kilogram dan keuntungan terkecil diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 350,00 per kilogram.
Pada pola saluran pemasaran III, total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 266,67 per kilogram. Perhitungan komponen biaya yang
81
dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada pola saluran pemasaran I dapat dilihat pada Lampiran 3. Biaya pemasaran terbesar pada
pola saluran pemasaran III ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 166,67 per kilogram dan biaya pemasaran terendah
ditanggung oleh pedagang besar yaitu sebesar Rp 100 per kilogram. Sedangkan keuntungan terbesar diperoleh pedagang pengecer yaitu
sebesar Rp 983,33 per kilogram dan keuntungan terkecil diperoleh pedagang besar yaitu sebesar Rp 950 per kilogram.
Pada pola saluran pemasaran IV, total biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp 233,33 per kilogram. Perhitungan komponen biaya yang
dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran pada pola saluran pemasaran I dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan keuntungan dalam
kegiatan pemasaran hanya diperoleh pedagang pengecer, karena pedagang pengecer merupakan satu-satunya lembaga pemasaran yang
menghubungkan antara petani dengan konsumen akhir. Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa total rasio keuntungan terhadap
biaya pemasaran bawang merah terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran III yaitu sebesar 7,25. Rasio 7,25 berarti untuk setiap Rp 100
per kilogram biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran tersebut akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 725 per kilogram bawang
merah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar pada pola saluran pemasaran III diperoleh pedagang besar, yaitu sebesar 9,50.
82
Tabel 12 Rasio Keuntungan dan Biaya pada Saluran Pemasaran Bawang
Merah di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes Tahun 2011
Lembaga Pemasaran
Saluran Pemasaran 1 2 3 4
Pedagang Pengumpul
Li RpKg 2.432,50
2.272,50 -
- Ci RpKg
267,50 427,50
- -
Rasio LiCi 9,09 5,32
- -
Pedagang Pengirim Li RpKg
147,10 887,14
- -
Ci RpKg 852,86
112,86 -
- Rasio LiCi
0,17 7,86
- -
Pedagang Besar Li RpKg
2.771,43 900,00
950,00 -
Ci RpKg 728,57
100,00 100,00
- Rasio LiCi
3,80 9,00 9,50 -
Pedagang Pengecer Li RpKg
266,70 350,00
983,33 1.416,67
Ci RpKg 233,30
150,00 166,67
233,33 Rasio LiCi
1,14 2,33 5,90 6,07
Total Li RpKg
5.617,73 4.409,64
1.933,33 1.416,67
Ci RpKg 2.082,23
790,36 266,67
233,33 Rasio LiCi
2,70 5,58 7,25 6,07 Sumber : Data Primer diolah, 2011
Keterangan : Li : Keuntungan Lembaga Pemasaran
Ci : Biaya Pemasaran
Pada pola saluran pemasaran I rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar diperoleh pedagang pengumpul, yaitu sebesar 9,09.
Pada pola saluran pemasaran II rasio keuntungan terhadap biaya terbesar diperoleh pedagang besar yaitu sebesar 9,00. Pada pola saluran pemasaran
III, rasio keuntungan terhadap biaya terbesar diperoleh pedagang besar, yaitu sebesar 9,50. Sedangkan pada pola saluran pemasaran IV rasio
keuntungan terhadap biaya terbesar diperoleh pedagang pengecer yaitu sebesar 6,07. Berdasarkan nilai rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran tersebut dapat disimpulkan bahwa pola saluran pemasaran
83
bawang merah tersebut tidak memberikan keuntungan yang merata pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat.
Berdasarkan identifikasi saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, terdapat empat pola saluran pemasaran. Analisis
margin pemasaran menunjukkan bahwa pola saluran pemasaran IV merupakan pola saluran pemasaran yang memiliki nilai margin pemasaran
terkecil, yaitu sebesar Rp 1.650 atau sebesar 13,20 persen dari harga jual di tingkat pedagang pengecer sehingga pola saluran pemasaran IV
dianggap sebagai pola saluran pemasaran paling efisien. Farmer’s share
juga dapat dijadikan sebagai indikator efisiensi pemasaran. Berdasarkan hasil analisis farmer’s share, farmer’s share yang
diterima petani terbesar terdapat pada pola saluran pemasaran IV yaitu sebesar 86,80 persen dari harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.
Berdasarkan hasil perhitungan farmer’s share tersebut dapat disimpulkan bahwa pola saluran pemasaran IV merupakan pola saluran pemasaran
yang paling menguntungkan bagi petani. Berdasarkan hasil analisis rasio keuntungan terhadap biaya, pola
saluran pemasaran III memiliki rasio keuntungan terhadap biaya terbesar, yaitu sebesar 7,25. Berdasarkan analisis efisiensi tataniaga yang dilakukan
terhadap empat pola saluran pemasaran bawang merah yang terjadi di Kelurahan Brebes, dapat disimpulkan bahwa pola saluran pemasaran IV
merupakan pola saluran pemasaran yang paling efisien karena memiliki margin pemasaran peling kecil, farmer’s share paling besar, dan nilai rasio
keuntungan terhadap biaya yang cukup besar dibandingkan dengan pola saluran pemasaran lainnya. Namun pada pola saluran pemasaran IV,
jumlah petani responden yang terlibat dalam kegiatan pemasaran relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah petani responden pada pola saluran
pemasaran I. Volume produk yang dipasarkan pada pola saluran pemasaran IV berjumlah kecil, sehingga nilai keuntungan total yang
diperoleh petani dan lembaga pemasaran lainnya relatif sedikit. Pola saluran pemasaran yang dianggap lebih menguntungkan bagi
petani dan lembaga pemasaran lainnya adalah pola saluran pemasaran I,
84
karena pada pola saluran pemasaran I petani dan lembaga pemasaran lainnya dapat menjual bawang merah dalam volume yang lebih besar
sehingga menhasilkan keuntungan total yang lebih besar pula meskipun dengan margin pemasaran terbesar, farmer’s share terkecil dan rasio
keuntungan terhadap biaya terkecil.
85
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada berbagai lembaga pemasaran di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes,
diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain: 1.
Terdapat empat pola saluran pemasaran yang terjadi di Kelurahan Brebes, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes yang menjembatani kegiatan
pemasaran antara petani dengan konsumen akhir. Pola saluran pemasaran tersebut terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu
pedagang pengumpul, pedagang pengirim, pedagang besar non lokal Sumatra, pedagang besar non lokal Jawa, pedagang besar lokal dan
pedagang pengecer. 2.
Masing-masing lembaga pemasaran yang berada di Kelurahan Brebes memiliki fungsi sesuai dengan peran dan kebutuhannya. Struktur pasar
yang dihadapi oleh petani bersifat pasar persaingan sempurna, struktur pasar yang dihadapi pedagang pengumpul dan pedagang pengirim lebih
mengarah kepada pasar oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi oleh pedagang besar bersifat oligopoli. Struktur pasar yang dihadapi oleh
pedagang pengecer adalah pasar persaingan monopolistik. Sistem penentuan harga yang terjadi baik di tingkat petani hingga di pedagang
pengecer terjadi melalui proses tawar menawar hingga tercapai kesepakatan bersama. Pembayaran yang dilakukan oleh petani dan
pedagang besar dilakukan dengan sistem pembayaran angsuran, sedangkan dari pedagang besar hingga ke pedagang pengecer,
pembayaran dilakukan dengan sistem pembayaran tunai. Kerjasama yang dilakukan antar lembaga pemasaran baik di tingkat pedagang pengumpul,
pedagang pengirim, pedagang besar dan pedagang pengecer berlangsung dengan baik dan telah dilakukan untuk waktu yang lama.
3. Berdasarkan hasil analisis rasio keuntungan terhadap biaya, pola saluran
pemasaran III memiliki rasio keuntungan terhadap biaya terbesar, yaitu sebesar 7,25. Berdasarkan analisis efisiensi tataniaga yang dilakukan