52
6.1.3. Pola Saluran Pemasaran III
Pola saluran pemasaran III digunakan oleh 2 orang petani responden atau sebesar 3,10 persen. Dalam pola saluran pemasaran ini petani menjual hasil
panennya kepada pedagang besar lokal untuk kemudian dijual kepada pedagang pengecer. Melalui saluran pemasaran ini, petani dapat menjual 3.500 kilogram
bawang merah kepada pedagang besar lokal. Sistem penentuan harga pada saluran ini yaitu dengan sistem tawar
menawar antara petani dengan pedagang besar lokal hingga mencapai kesepakatan. Petani memperoleh informasi harga dari rekan sesama petani dan
dari harga pasar, sedangkan pedagang besar memperoleh informasi harga dari pedagang pengecer dan rekan sesama pedagang besar lainnya.
6.1.4. Pola Saluran Pemasaran IV
Pola saluran pemasaran IV digunakan oleh 2 orang petani responden atau sebesar 3,01 persen. Pola saluran pemasaran ini digunakan oleh petani yang
memiliki skala usaha kecil dengan luas lahan kurang dari 0,25 hektar. Melalui pola saluran pemasaran ini, petani dapat memasarkan 3.400 kilogram bawang
merah. Karena petani tersebut hanya menghasilkan sedikit hasil panen, maka petani lebih memilih untuk memasarkan hasil panennya di pasar lokal dengan
menjual hasil panennya ke pedagang pengecer yang memiliki kios di Pasar Bawang Klampok. Hal ini dilakukan petani untuk mempermudah memasarkan
hasil panennya yang berjumlah kecil. Sistem penentuan harga antara petani dengan pedagang pengecer pada saluran ini adalah dengan sistem tawar menawar
hingga mencapai kesepakatan harga. Baik petani dan pedagang pengecer mendapatkan informasi harga dari harga yang berlaku di pasar.
6.2. Fungsi Lembaga Pemasaran
Setiap lembaga pemasaran yang berkontribusi dalam pemasaran bawang merah hingga ke tangan konsumen memiliki fungsi-fungsi yang berbeda. Fungsi
lembaga pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes, dapat dilihat di Tabel 11.
Tabel 9 Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran bawang Merah di
Kelurahan Brebes
Saluran dan
Lembaga
Pemasaran
Fungsi-fungsi Pemasaran Pertukaran Fisik
Fasilitas Penju
alan Pembe
lian Pengang
kutan Penyim
panan Pengol
ahan Standa
risasi, Grading
Penang gungan
Risiko Pembi
ayaan Info
Pasar
Pola Saluran Pemasaran I
− Petani D
- - - - - D D
D − P. Pengumpul
D D
D D
- -
D D
D − P. Pengirim
D D
- D
- -
D D
D − P. Besar
D D
D D
D D
D D
D − P. Pengecer
4
D D
D D - - D
D D
Pola Saluran Pemasaran II
− Petani D
- - - - - D D
D − P. Pengumpul
D D
D D
D -
D D
D − P. Pengirim
D D
- D
- -
D D
D − P. Besar
D D
D D
- D
D D
D − P. Pengecer
5
D D
D D
- - D D
D
Pola Saluran Pemasaran III
− Petani D
- D
D D
- D
D D
− P. Besar D
D -
D -
D D
D D
− P. Pengecer D
D D
D -
- D
D D
Pola Saluran Pemasaran IV
− Petani D
- D
D D
- D
D D
− P. Pengecer D
D D
D -
D D
D D
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Keterangan :
D Melakukan fungsi pemasaran -
Tidak melakukan fungsi pemasaran
1. Petani
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh sebagian besar petani responden hanyalah fungsi pertukaran berupa penjualan dan fungsi
fasilitas berupa fungsi, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan
4
Data diperoleh dari hasil wawancara melalui telepon dengan Bapak Indra Wijaya pada tanggal 25 Februari 2011
5
Data diperoleh dari hasil wawancara melalui telepon dengan Bapak Alam pada tanggal 28 Februari 2011
53
54
dan fungsi informasi pasar. Hal tersebut karena sebagian besar
petani responden yaitu petani responden pada saluran pemasaran I dan II menjual hasil panennya dengan cara tebasan atau cabutan. Sistem
penjualan dengan cara tebasan atau cabutan merupakan sistem penjualan dimana petani menjual hasil panennya sebelum melakukan kegiatan
pemanenan. Dalam sistem penjualan ini petani tidak melakukan fungsi fisik seperti fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan dan fungsi
penyimpanan serta kegiatan pasca panen lainnya. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan oleh pedagang pengumpul yang membeli hasil panen
petani. Dari 30 orang petani responden, sebanyak 25 orang petani
responden melakukan penjualan hasil panennya dengan sistem tebasan, yaitu petani pada pola saluran pemasaran I dan II. Bagi petani yang
menjual hasil panennya melalui pedagang pengumpul dengan sistem tebasan atau cabutan, dalam penentuan harga petani melakukan kegiatan
tawar menawar harga dengan pedagang pengumpul hingga tercapai harga yang disepakati oleh kedua belah pihak. Kegiatan tawar menawar harga
bawang merah ini dilakukan oleh petani dan pedagang pengumpul ketika tanaman bawang merah mendekati masa panen. Pedagang pengumpul
yang akan membeli bawang merah hasil panen petani akan mendatangi petani untuk meminta persetujuan pembelian. Setelah petani menyetujui
sistem pembelian yang diajukan oleh pedagang pengumpul, maka pedagang pengumpul akan mendatangi lahan petani untuk memperkirakan
jumlah bawang merah yang akan dipanen oleh petani. Dalam melakukan perkiraan, selain melihat kondisi tanaman dan
melakukan pengambilan sampel pada beberapa tanaman bawang, pedagang pengumpul membutuhkan data-data hasil panen petani pada
periode tanam sebelumnya. Biasanya jumlah produksi yang diperkirakan oleh pedagang pengumpul lebih rendah dari hasil sebenarnya, namun
sering pula jumlah produksi lebih sedikit dari jumlah yang diperkirakan oleh pedagang pengumpul. Dalam kasus tersebut petani akan diuntungkan
karena menerima hasil pembayaran yang lebih tinggi dari pedagang
55
pengumpul. Setelah melakukan perkiraan, pedagang pengumpul akan melakukan tawar menawar harga dengan petani hingga tercapai harga
kesepakatan. Untuk lahan seluas 0,5 hektar, pedagang pengumpul memperkirakan bawang merah yang dihasilkan sebanyak 4.000 kilogram.
Harga kesepakatan yang dicapai dari kegiatan tawar menawar tersebut adalah Rp 39.200,000. Setelah tercapai kesepakatan, pedagang pengumpul
akan membayar uang muka kepada petani sebesar Rp 2.000,000. Sebagian besar petani memilih menjual hasil panennya melalui
pedagang pengumpul agar tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan fungsi fisik dan kegiatan pasca panen lainnya. Seluruh kegiatan
pasca panen, fungsi pengolahan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengangkutan akan dilakukan oleh pedagang pengumpul hingga bawang
merah siap diangkut ke gudang penyimpanan pedagang pengumpul. Semua biaya panen dan kegiatan pasca panen lainnya hingga fungsi fisik
ditanggung oleh pedagang pengumpul. Harga jual bawang merah dengan sistem tebasan atau cabutan akan
lebih rendah dari harga jual bawang merah langsung ke pedagang besar, hal itu disebabkan oleh banyaknya biaya-biaya yang harus ditanggung
oleh pedagang pengumpul seperti biaya pekerja pemanenan, biaya penanganan pasca panen, biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya
penyimpanan dan biaya penyusutan bobot bawang merah. Jika petani melakukan sendiri kegiatan pemanenan, maka petani yang menanggung
sendiri biaya-biaya tersebut. Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan petani adalah fungsi
penanggungan risiko gagal panen akibat bencana alam dan hama, penanggungan risiko jika harga yang dibayarkan pedagang pengumpul
jauh lebih rendah daripada harga yang terjadi di pasar, serta penanggungan risiko jika harga jual bawang merah lebih rendah daripada biaya produksi
yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman bawang merah.
Sebanyak 5 orang petani responden atau sebesar 16,67 persen melakukan kegiatan panen, pasca panen dan fungsi pertukaran berupa
56
penjualan serta fungsi fisik lainnya seperti fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan dan fungsi penyimpanan. Petani responden yang melakukan
fungsi tersebut adalah petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang besar lokal yaitu petani responden yang menggunakan pola
saluran pemasaran III dan petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang pengecer lokal yaitu petani responden yang menggunakan pola
saluran pemasaran IV. Setelah waktu panen tiba, petani yang melakukan kegiatan panen
dan pasca panennya, membayar pekerja untuk melakukan kegiatan pemanenan di lahan miliknya. Proses pemanenan dilakukan dengan cara
manual, yaitu dengan mencabut umbi bawang dengan tangan dari dalam tanah. Setelah umbi dipanen, maka akan dilakukan kegiatan pengikatan
dan pembersihan. Pembersihan umbi dilakukan bersamaan dengan proses pengikatan daun dari beberapa rumpun tanaman bawang merah. Proses
pembersihan bawang merah dilakukan dengan cara menggerak-gerakkan ikatan hingga tanah yang menempel pada umbi berjatuhan.
Setelah dibersihkan, bawang merah yang telah diikat dijemur di lahan-lahan bekas penanaman hingga kering. Setelah kering, bawang
merah dibersihkan dari daun-daun yang melekat dan kemudian dikemas ke dalam karung yang anyamannya jarang, untuk selanjutnya dibawa ke
gudang penyimpanan milik petani dengan menggunakan mobil pick up dengan kapasitas 2 ton untuk satu kali angkut.
Dalam melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, petani responden pada pola saluran pemasaran III menawarkan hasil panennya
kepada pedagang besar lokal yang ada di Kelurahan Brebes. Bila pedagang besar lokal setuju untuk membeli bawang merah yang
ditawarkan oleh petani, maka pedagang besar lokal dan petani akan tawar menawar mengenai harga jual dan harga beli bawang merah milik petani
hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah harga kesepakatan tercapai dan pedagang besar membayar bawang merah yang telah dibeli, maka petani
akan mengangkut bawang merah ke gudang milik pedagang besar.
57
Pada pola saluran pemasaran IV, dalam melakukan fungsi penjualan petani responden menawarkan hasil panennya kepada pedagang pengecer.
Jika pedagang pengecer setuju untuk membeli hasil panen petani, pedagang pengecer dan petani akan melakukan tawar menawar harga
hingga tercapai harga kesepakatan. Pada pola saluran pemasaran I, petani menjual bawang merah ke
pedagang pengumpul dengan harga Rp 9.800 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II petani juga menjual bawang merah ke pedagang
pengumpul Rp 9.800 per kilogram, sedangkan pada pola saluran pemasaran III petani menjual hasil panennya ke pedagang besar lokal
dengan harga sebesar Rp 10.300 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran IV petani menjual hasil panennya ke pedagang pengecer lokal
dengan harga Rp 10.850 per kilogram. Dengan demikian petani yang menjual hasil panennya dengan
sistem tebasan seperti pada saluran pemasaran I dan II hanya melakukan fungsi pertukaran, yaitu kegiatan penjualan dan fungsi fasilitas berupa
fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Sedangkan petani yang menjual hasil panennya langsung ke
pedagang besar lokal seperti pada saluran pemasaran III dan ke pedagang pengecer lokal seperti pada pola saluran pemasaran IV melakukan fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani sama dengan petani pada saluran pemasaran I dan II yaitu
fungsi penjualan. Fungsi fisik yang dilakukan oleh petani meliputi fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan dan fungsi pengolahan. Fungsi
fasilitas yang dilakukan berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan, dan fungsi informasi pasar.
2. Pedagang Pengumpul
Dalam melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian, pedagang pengumpul pada pola saluran pemasaran I dan II mendatangi
petani yang memiliki tanaman bawang merah mendekati masa panen untuk melakukan negosiasi mengenai sistem pembelian yang akan
58
dilakukannya. Setelah mencapai kesepakatan mengenai sistem pembelian yang akan dilakukan, kemudian pedagang pengumpul mendatangi lahan
petani untuk memperkirakan berapa hasil panen yang akan diperoleh petani pada musim panen tersebut. Perkiraan hasil yang dilakukan oleh
pedagang pengumpul dilakukan dengan cara melihat data hasil panen pada musim tanam sebelumnya dan melihat kondisi umbi bawang dengan
mengambil sampel pada beberapa tanaman bawang merah untuk dapat memperkirakan hasil yang diperoleh dari keseluruhan luas lahan milik
petani. Setelah perkiraan ditentukan oleh pedagang pengumpul akan kembali melakukan tawar menawar dengan petani mengenai harga yang
akan dibayarkan, hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah waktu panen tiba, pedagang pengumpul yang telah membeli
bawang merah petani dengan sistem tebasan atau cabutan akan datang ke lahan petani untuk melakukan pemanenan, dengan membawa 7 orang
pekerja pemanenan untuk mengerjakan pemanenan di lahan seluas 0,5 hektar. Pemanenan dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara
pencabutan umbi bawang dengan tangan dari dalam tanah. Setelah umbi dipanen, maka akan dilakukan kegiatan pengikatan dan pembersihan.
Pembersihan umbi dilakukan bersamaan dengan proses pengikatan daun dari beberapa rumpun tanaman bawang merah. Proses pembersihan
bawang merah dilakukan dengan cara menggerak-gerakkan ikatan hingga tanah yang menempel pada umbi berjatuhan.
Setelah dibersihkan, kemudian bawang merah yang telah diikat dikeringkan dengan cara dijemur. Proses penjemuran dilakukan di lahan
bekas penanaman. Proses penjemuran dilakukan selama satu hari di lahan bekas penanaman, dan sisanya yaitu selama kurang lebih dua hari
dilakukan di halaman gudang milik pedagang pengumpul. Setelah dijemur bawang merah dibawa ke gudang penyimpanan milik pedagang
pengumpul dengan menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram untuk satu kali pengangkutan.
Kegiatan sortasi dilakukan setelah bawang merah kering. Sortasi dilakukan untuk memisahkan umbi bawang merah yang baik dengan yang
59
cacat, busuk, terkena hama penyakit atau kerusakan lainnya. Untuk pedagang pengumpul pada saluran pemasaran II, setelah dilakukan sortasi
bawang merah kemudian dibersihkan dari daun-daun yang melekat. Untuk kegiatan pembersihan dilakukan oleh 5 orang tenaga kerja dengan upah Rp
13.000 per karung berkapasitas 50 kg. Selanjutnya dilakukan kegiatan pengemasan untuk memudahkan
dalam penyimpanan bawang merah di gudang penyimpanan, penimbangan dan pengangkutan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung
yang anyamannya jarang, agar sirkulasi udara tetap terjaga dan mencegah bawang merah busuk. Setelah dikemas dan ditimbang, kemudian bawang
merah disimpan di gudang milik pedagang pengumpul. Dalam melakukan fungsi penjualan, pedagang pengumpul
menunggu pesanan dari pedagang pengirim. Untuk dapat memenuhi pesanan pedagang pengirim yang berjumlah besar, pedagang pengumpul
bekerjasama dengan beberapa petani. Setelah pedagang pengirim mengajukan pesanan dan pedagang pengumpul menyatakan sanggup
untuk memenuhi pesanan bawang merah pedagang pengirim, maka pedagang pengumpul dan pedagang pengirim akan melakukan tawar-
menawar mengenai harga yang akan dibayarkan dan waktu pengiriman hingga mencapai kesepakatan. Pada saat waktu pengiriman tiba, pedagang
pengumpul mengirimkan bawang merah ke gudang milik pedagang pengirim dengan menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram
untuk satu kali pengangkutan. Pedagang pengumpul memiliki modal yang besar untuk dapat
menyimpan bawang merah hasil panen petani. Pada saat harga bawang merah rendah, yaitu ketika musim panen bawang merah pedagang
pengumpul akan menyimpan hasil panen petani untuk jangka waktu tertentu hingga harga bawang merah kembali stabil yaitu hingga harga jual
bawang merah lebih besar daripada harga yang dibayarkan pedagang pengumpul kepada petani. Hal ini dilakukan pedagang pengumpul untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
60
Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah penanggungan risiko jika harga jual bawang merah ke
pedagang pengirim lebih rendah dari harga beli bawang merah dari petani, risiko kerusakan bawang merah pada saat penyimpanan, risiko penyusutan
bawang merah jika disimpan untuk waktu yang relatif lama, dan risiko umbi bawang terserang penyakit yang disebabkan oleh jamur akibat
tempat penyimpanan yang lembab. Pada pola saluran pemasaran I, bawang merah diual pedagang
pengumpul kepada pedagang pengirim dengan harga sebesar Rp 12.500 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II bawang merah dijual
pedagang pengumpul kepada pedagang pengirim juga dengan harga sebesar Rp 12.500 per kg.
Dengan demikian pedagang pengumpul pada pola saluran pemasaran I melakukan fungsi pertukaran, yaitu fungsi penjualan dan
fungsi pembelian, fungsi fisik yaitu fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan, serta fungsi fasilitas berupa fungsi penanggungan risiko,
fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Pedagang pengumpul pada pola saluran pemasaran II melakukan fungsi pertukaran, yaitu fungsi
penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik yaitu fungsi pengangkutan, fungsi pengolahan dan fungsi penyimpanan, serta fungsi fasilitas berupa
fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
3. Pedagang Pengirim
Pedagang pengirim bekerjasama dengan beberapa pedagang pengumpul untuk dapat memenuhi permintaan dari pedagang besar yang
berjumlah relatif besar. Dalam melakukan pembelian, pedagang pengirim memesan jumlah yang dibutuhkan pada pedagang pengumpul. Sistem
penentuan harga diakukan dengan sistem tawar menawar harga antara pedagang pengirim dengan pedagang pengumpul hingga tercapai harga
kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan, pedagang pengumpul mengantarkan bawang merah yang telah dikemas ke dalam karung ke
61
gudang milik pedagang pengirim dengan menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram untuk satu kali pengangkutan.
Dalam melakukan fungsi penjualan pedagang pengirim menunggu adanya pesanan dari pedagang besar non lokal. Sistem penentuan harga
antara pedagang pengirim dengan pedagang besar non lokal baik pada pola saluran pemasaran I maupun pola saluran pemasaran II dilakukan dengan
sistem tawar menawar harga hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah harga kesepakatan tercapai, maka pedagang besar akan menentukan waktu
pengiriman dan mekanisme pengiriman. Sistem pembayaran yang berlaku adalah sistem pembayaran yang disepakati oleh kedua pihak, yaitu dibayar
dengan sistem sebagian pada saat bawang merah akan dikirim oleh pedagang pengirim dan sebagian pada saat bawang merah telah tiba di
daerah tujuan pengiriman. Untuk pedagang pengirim pada pola saluran pemasaran I, untuk
tetap menjaga kepercayaan pedagang penerima, bawang merah yang telah diterima dari pedagang pengumpul ditimbang kembali dan dihitung jumlah
ikatannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman pedagang besar di daerah tujuan pengiriman akibat banyaknya bobot
bawang merah yang menyusut selama pengiriman. Setelah ditimbang dan dihitung jumlah ikatannya, bawang merah dikemas ulang ke dalam karung
berkapasitas 50 kilogram dan disimpan ke gudang milik pedagang pengirim hingga waktu pengiriman yang disepakati tiba.
Pada saat waktu pengiriman yang telah disepakati tiba, bawang merah dimasukkan ke dalam truk-truk pengangkut yang telah dikirimkan
oleh pedagang besar non lokal. Untuk menaikkan bawang merah ke dalam truk, pedagang pengirim mempekerjakan satu orang pekerja pengangkutan
untuk satu buah truk yang berkapasitas 7.000 kilogram bawang merah. Untuk pengiriman ke wilayah Sumatra, pedagang pengirim
memberlakukan sistem pemberian bonus sebagai pengganti bawang merah yang menyusut selama perjalanan, yaitu 6 kilogram untuk setiap 100
kilogram bawang merah yang dikirim. Selain itu, untuk memastikan jumlah ikatan bawang merah yang dikirim sama dengan jumlah ikatan
62
bawang merah yang sampai di daerah tujuan pengiriman, pedagang pengirim mempekerjakan satu orang yang bertugas melakukan pencatatan
untuk satu buah truk. Lama pengiriman untuk daerah Sumatera seperti Palembang dan Jambi, berkisar antara 2 hingga 3 hari, sedangkan
pengiriman untuk daerah di Jawa Barat seperti Cirebon, dan Majalengka seperti pada pola saluranpemasaran II berkisar antara 4 hingga 5 jam.
Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang pengirim adalah penanggungan risiko penyusutan bawang merah yang
terjadi selama perjalanan dan risiko kerusakan dan penyakit bawang merah selama masa penyimpanan.
Pada pola saluran pemasaran I, bawang merah diual pedagang pengirim kepada pedagang besar non lokal Sumatra dengan harga
sebesar Rp 13.500 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II bawang merah dijual pedagang pengirim kepada pedagang besar non lokal Jawa
juga dengan harga sebesar Rp 13.500 per kg. Dengan demikian fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang
pengirim pada saluran pemasaran I dan II adalah fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik berupa fungsi
penyimpanan serta fungsi fasilitas berupa fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
4. Pedagang Besar
Dalam melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian, pedagang besar bekerjasama dengan satu orang pedagang pengirim yang
berlokasi di Kelurahan Brebes. Dalam kegiatan pembelian, pedagang besar memesan jumlah yang dibutuhkan pada pedagang pengirim. Sistem
penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar harga dan pemberian bonus antara pedagang besar dengan pedagang pengirim hingga
tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan dan waktu pengiriman telah ditentukan, maka pedagang besar akan akan menyiapkan
truk-truk pengangkut untuk dikirim ke gudang milik pedagang pengirim. Truk yang dikirim berkapasitas 7.000 kilogram bawang merah, dilengkapi
63
dengan penutup berupa terpal untuk menghindari kerusakan bawang merah akibat terkena air hujan.
Untuk pengiriman ke daerah Sumatra seperti Palembang dan Jambi, seperti pada pola saluran pemasaran I truk diberangkatkan pada sore hari.
Sedangkan untuk pengiriman ke daerah di Jawa Barat seperti Cirebon dan Majalengka, seperti pada pola saluran pemasaran II truk diberangkatkan
pada malam hari. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan penyusutan bobot bawang merah akibat terjemur selama perjalanan.
Pada pola saluran pemasaran I, setelah bawang merah sampai di gudang milik pedagang besar non lokal Sumatra, maka dilakukan
pembersihan bawang merah dari daun-daun yang masih melekat, sehingga dihasilkan bawang merah tanpa daun siap jual. Kegiatan pembersihan
dilakukan bersamaan dengan kegiatan standarisasi dan grading. Tidak ada ukuran baku untuk standarisasi dan grading bawang merah. Kegiatan
standarisasi dan grading hanya dilakukan untuk memisahkan bawang merah berukuran besar dengan bawang merah berukuran kecil berdasarkan
penglihatan pekerja. Pembersihan dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja dengan sistem pembayaran Rp 13.000 untuk setiap satu karung bawang
merah dengan berat 50 kilogram. Setelah pembersihan selesai, bawang merah kembali ditimbang dan dikemas ke dalam karung untuk kemudian
disimpan di gudang milik pedagang besar. Pada pola saluran pemasaran II, setelah bawang merah sampai di
gudang milik pedagang besar non lokal Jawa, hanya dilakukan kegiatan standarisasi dan grading untuk memisahkan bawang merah yang
berukuran besar dengan bawang merah yang berukuran kecil, karena bawang merah yang dikirim sudah dalam bentuk bawang merah tanpa
daun. Standarisasi dan grading dilakukan oleh 10 orang tenaga kerja dengan upah Rp 5.000 untuk setiap karung berkapasitas 50 kg bawang
merah. Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang besar
adalah penanggungan risiko adanya kecelakaan selama pengangkutan bawang merah hingga tiba di daerah tujuan, adanya keterlambatan waktu
64
pengiriman akibat kemacetan yang mengakibatkan penyusutan bobot bawang merah bertambah, dan risiko kerusakan dan penyakit bawang
merah selama masa penyimpanan. Pada pola saluran pemasaran III, dalam kegiatan pembelian,
pedagang besar lokal membeli hasil panen dari petani yang sudah dikeringkan dan dibersihkan dari daun yang melekat. Pedagang besar lokal
memesan jumlah yang dibutuhkan pada petani. Sistem penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar harga antara pedagang besar
lokal dengan petani hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan petani akan mengirimkan bawang merah ke gudang
milik pedagang besar lokal. Pengangkutan bawang merah dari gudang milik petani ke gudang milik pedagang besar lokal dilakukan dengan
menggunakan mobil pick up berkapasitas 2.000 kilogram untuk satu kali pengangkutan.
Setelah tiba di gudang milik pedagang besar lokal, maka dilakukan kegiatan standarisasi dan grading. Kegiatan standarisasi dan grading
dilakukan untuk memisahkan bawang merah berukuran besar dengan bawang merah berukuran kecil. Standarisasi dan grading dilakukan oleh 3
orang tenaga kerja dengan sistem pembayaran Rp 5.000 untuk setiap satu karung bawang merah dengan berat 50 kilogram. Kemudian bawang
merah kembali ditimbang, dikemas dan disimpan di gudang milik pedagang besar lokal.
Informasi pasar mengenai harga yang akan ditawarkan diperoleh pedagang besar pada pola saluran pemasaran III dari sesama pedagang
besar, harga yang terjadi di pasar, dari petani dan dari berita radio. Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang besar adalah
penanggungan risiko kerusakan dan penyakit bawang merah selama masa penyimpanan.
Dalam melakukan fungsi penjualan, pedagang besar menunggu pedagang pegecer yang datang untuk membeli bawang merah. Pedagang
besar dan pedagang pengecer akan melakukan tawar menawar harga hingga mencapai harga kesepakatan. Sistem pembayaran dilakukan secara
65
tunai langsung pada saat pembelian bawang merah di gudang dan kios milik pedagang besar.
Pada pola saluran pemasaran I dari pedagang besar non lokal Sumatra ke pedagang pengecer non lokal Sumatra, bawang merah
dijual dengan harga Rp 17.000 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran II dari pedagang besar non lokal Jawa ke pedagang pengecer non lokal
Jawa bawang merah dijual dengan harga Rp 14.500 per kilogram. Sedangkan dari pedagang besar lokal ke pedagang pengecer lokal pada
pola saluran III bawang merah dijual dengan harga Rp 11.350 per kilogram.
Dengan demikian fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar non lokal pada saluran pemasaran I adalah fungsi pertukaran yaitu
fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, serta fungsi pengolahan dan fungsi
fasilitas berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar non lokal pada saluran pemasaran II adalah fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan
dan fungsi pembelian, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan serta fungsi fasilitas berupa fungsi standarisasi dan grading,
fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Sedangkan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang besar
lokal pada saluran pemasaran III adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik berupa fungsi penyimpanan
serta fungsi fasilitas berupa fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
5. Pedagang Pengecer
Pada pola saluran pemasaran III, dalam kegiatan pembelian pedagang pengecer lokal membeli langsung jumlah yang dibutuhkan pada
pedagang besar lokal. Sistem penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar harga antara pengecer lokal dengan pedagang besar lokal
66
hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan pedagang pengecer lokal akan mengangkut bawang merah dengan
menggunakan sepeda motor ke kios milik pedagang pengecer. Pada pola saluran pemasaran IV, dalam kegiatan pembelian
pedagang pengecer membeli langsung jumlah yang dibutuhkan pada petani. Sistem penentuan harga dilakukan dengan sistem tawar menawar
antara pedagang pengecer lokal dengan petani hingga tercapai harga kesepakatan. Setelah tercapai harga kesepakatan, pedagang pengecer lokal
akan mengangkut bawang merah ke kios miliknya dengan menggunakan sepeda motor.
Setelah bawang merah sampai di kios milik pedagang pengecer lokal, maka pedagang pengecer lokal akan melakukan kegiatan
standarisasi dan grading. Kegiatan standarisasi dan grading dilakukan pedagang pengecer lokal untuk memisahkan bawang merah yang
berukuran besar dengan bawang merah yang berukuran kecil. Standarisasi dan grading dilakukan pedagang pengecer lokal tanpa standar ukuran yang
jelas, hanya berdasarkan penglihatan pedagang pengecer lokal. Dalam melakukan fungsi penjualan, pedagang pengecer lokal
menunggu konsumen lokal yang datang untuk membeli bawang merah. Pedagang pengecer dan konsumen lokal akan melakukan tawar menawar
mengenai harga hingga mencapai kesepakatan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai langsung pada saat pembelian bawang merah di
kios milik pedagang pengecer lokal. Fungsi penanggungan risiko yang dilakukan oleh pedagang
pengecer adalah penanggungan risiko kerusakan dan penyakit bawang merah selama masa penyimpanan dan risiko kerugian akibat fluktuasi
harga pasar. Pada pola saluran pemasaran III, dari pedagang pengecer lokal ke
konsumen lokal bawang merah dijual dengan harga Rp 12.500 per kilogram. Pada pola saluran pemasaran IV, dari pedagang pengecer lokal
ke konsumen lokal bawang merah dijual dengan harga Rp 12.500 per kilogram.
67
Dengan demikian fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengecer lokal pada saluran pemasaran III dan IV adalah fungsi pertukaran
yaitu fungsi penjualan dan fungsi pembelian, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan dan fungsi penyimpanan serta fungsi fasilitas berupa fungsi
penanggungan risiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
6.3. Struktur Pasar