Berita 1 edisi 12 April 2016 Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri

2. Berita 2 edisi 12 April 2016 Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono.

Pada berita kedua, Kompas.com mengangkat berita terkait tewasnya Siyono dengan judul Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono Judul ini terkesan provokatif karena menuding Polri seperti menutup-nutupi kasus kematian Siyono. Berita ini menggunakan lead yang menempatkan pernyataan Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifah yang menuntuk transparansi Polri terkait penyebab tewasnya Siyono. Adapun lead yang terdapat dalam pemberitaan ini adalah sebagai berikut: “Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifah, meminta polri transparan dalam mengungkap kasus kematian terduga teroris siyono. Sebab, ada dugaan penganiayaan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri ketika memeriksa Siyono” 8 Latar yang diambil dalam pemberitaan ini adalah Dalam Perkembangan kasus tewasnya Siyono oleh Densus 88, Divisi Propam Polri telah memeriksa anggota Densus yang mengawal Siyono dan mendapatkan hasil bahwa ada sejumlah prosedur yang tidak dipenuhi oleh petugas yang mengawal. Yang menjadi Sumber dalam berita ini adalah Anggota Komisi III DPR Dwi Ria Latifah. Beliau berpendapat bahwa Polri harus menindak tegas anggotanya yang melakukan kesalahan dan tidak menutup-nutupi penyebab kematian Siyono akibat kelalaian anggotanya. Selain itu, Dwi juga menuntut evaluasi terhadap kinerja Densus 88 yang dinilai bertindak semena-mena dengan menghalalkan berbagai cara atas nama pemberantasan terorisme. Lebih Lanjut Dwi juga meningatkan Densus serta Polri apabila mereka tidak transparan tentunya akan merugikan institusi mereka sendiri. Beberpa kutipan wawancara Dengan Dwi dapat dilihat pada kutipan berikut: 8 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 1. “Karena yang rusak nanti adalah institusi Polri sendiri, yang rusak juga institusi Densus. Jangan gali lubang tutup lubang untuk citra Densus,” ucap dia. 11 Berita ini ditutup dengan pernyataan Dwi Ria Latifah yang menginginkan Transparansi pengungkapan kasus Siyono karena hal ini diperlukan untuk menjaga marwah Densus 88. Dan Ia berharap, Polri tidak menutupi kesalahan yang dilakukan anggotanya. Kesimpulan dari struktur sintaksis pemberitaan yang kedua adalah dalam pemberitaan ini fakta disusun berdasarkan pendapat narasumber yang menginginkan transparansi pengungkapan kasus siyono, selanjutnya wartawan mengungkapkan alasan kenapa Polri harus berlaku transparan terhadap kasus ini. Fakta-fakta yang disusun memberikan gambaran kepada khalayak akan kesalahan anggota Densus dan menekankan kepada khalayak akan evaluasi terhadap kinerja Densus 88. Struktur Sintaksis terkait Berita 2 edisi 12 April 2016 Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono dapat dilihat pada lampiran 2. 9 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 3. 10 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 6. 11 “Polri, Jangan Tutupi Kematian Siyono”, Kompas.com, 12 April 2016, Paragraf 8. Paragraf 3 “Kalau betul terjadi suatu pelanggaran hukum, bukan hanya pelanggaran prosedur, tidak boleh ini ditutupi. Kalau oknum ini bersalah, tindak secara transparan,” kata Dwi. 9 Paragraf 6 “Tapi, pasca itu kita harus evaluasi. Jangan karena dianggap sukses, kita lupa bahwa bukan begitu kemudian menganggap seolah kita melakukan sesuatu yang terbaik, kemudian apapun bisa dilakukan demi pemberantasan terorisme,” ungkap Dwi. 10 Paragraf 8

3. Analisis Berita 3 edisi 13 April 2016 Pemeriksaan Jasad Siyono Versi

Polri Dinilai di Bawah Standar. Pada berita yang ketiga, Kompas.com mengangkat judul Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar. Judul ini terkesan menghakimi dan menilai kinerja buruk yang dilakukan oleh Polri terkait rilis hasil kematian Siyono tanpa melakukan otopsi. Lead yang digunakan dalam pemberitaan ini menjelaskan pendapat Tim Pembela Kemanusiaan yang dibentuk oleh PP Muhammadiyah dan Komnas HAM terkait penilaian mereka terhadap hasil rilis penyebab kematian Siyono oleh Polri. Sementara, Latar yang diambil dalam pemberitaan ini adalah hasil rilis polri yang hanya mengandalkan pemeriksaan fisik tanpa otopsi terkait penyebab tewasnya Siyono. Adapun lead yang terkandung dalam pemberitaan ini adalah sebagai berikut: “Tim pembela kemanusiaan yang dibentuk oleh PP Muhammadiyah menilai hasil pemeriksaan polisi terkait penyebab kematian Siyono tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pasalnya, polisi hanya sebatas melakukan pemeriksaan luar dan tak sesuai standar otopsi.” 12 Yang menjadi Sumber dalam berita ini adalah Ketua Tim Pembela Kemanusiaan Kasus Siyono, Trisno Raharjo. Kompas.com menekankan pemberitaan ini dengan pendapat Trisno yang menyatakan bahwa hasil pemeriksaan oleh Polri dibawah standar, tidak bisa dipertanggungjawabkan serta tidak bisa menentukan penyebab kematian Siyono. Berikut ini adalah beberapa kutipan wawancara Kompas.com dengan Trisno: 12 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf.1. Paragraf 2-3 “ Saya sempat menanyakan kepada doker-dokter ahli forensik, apakah kalau begini hasil scan termasuk otopsi,” ujar Trisno Raharjo “Jawabannya bukan otopsi dan di bawah standar,” lanjutnya. 13 Paragraf 6 “hanya men-scan dari luar lalu disimpulkan. Hasil scan-nya dikirimkan ke keluarga sebagai penyebab kematian. Menurut dokter forensik, hasil itu tidak bisa dipertanggungjawabkan,” tandasnya. 14 Paragraf 9 “Berdasarkan otopsi yang telah disampaikan di Komnas HAM Jakarta, penyebab kematian ada pada dada. Bukan pada bagian kepala seperti yang disampaikan Mabes Polri,”pungkasnya. 15 Berita ini ditutup dengan penyebab kematian Siyono berdasarkan hasil otopsi oleh tim Dokter PP Muhammadiyah dan Komnas HAM yang menjelaskan penyebab kematian Siyono adalah luka di bagian dada. Pada pemberitaan ini, fakta yang dicoba ditonjolkan adalah rendahnya standar pemeriksaan Polri terhadap pemeriksaan Jenazah Siyono. Fakta- fakta dicoba diperkuat dengan pendapat narasumber yang menjelaskan bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh Polri tidak sesuai standar autopsi. Pemberitaan ini juga kembali menekankan penyebab kematian Siyono yang sebenarnya. Dari struktur sintaksis ini kompas.com berusaha menyampaikan fakta dan menekankan kepada khalayak bahwa penyebab kematian Siyono adalah bukan seperti yang diumumkan oleh Polri. Struktur Sintaksis terkait Berita 3 edisi 13 April 2016 Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar dapat dilihat pada lampiran 3. 13 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf 2-3 14 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf 6 15 “Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf 9