Konstruksi Realitas Sosial Konstruksi Pemberitaan dan Realitas Sosial

pembernaran. Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat cenderung membenarkan apa saja yan disajikan oleh media massa sebagai realitas kebenaran. Ini merupakan tahap pertama dalam proses pembentukan konstruksi. Selanjutnya, adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa adalah bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca atau pemirsa media massa adalah pilihannya untuk bersedia pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Masyarakat yang pikirannya telah dikonstruksi oleh media massa akan cenderung menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi. 4. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya utuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media massa, tahapan ini penting untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.

B. Teori

Framing Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki Framing merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam menseleksi isu dan menulis berita. Menurut Pan dan Kosicki, Framing merupakan strategi konstruksi dalam memproses berita melalui perangkat kognisi yang digunakan untuk menafsirkan peristiwa dan mengkode informasi yang dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. 14 Analisis framing pertama kali dikemukakan oleh Beterson pada tahun 1955. Pada awalya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Goffman pada 1974, yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku yang membimbing individu dalam membaca realitas. Saat ini, istilah framing digunakan dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realita oleh media. 15 Menurut Gamson dan Modigliani, frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Analisis framing digunakan untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati sikap seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. 16 Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif tersebut pada akhirnya akan menentukan fakta yang akan diambil, bagian mana yang akan ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. 17 14 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 67-68. 15 Alex Sobur, Teks Media, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2012, h. 161-162. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 163. 17 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 79. Terdapat dua aspek penting di dalam konsep framing. Aspek tersebut adalah pemilihan faktarealitas dan penulisan fakta. 18 Proses pemilihan fakta ini didasarkan pada asumsi bahwa wartawan tidaklah mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Di dalam pemilihan fakta ini terdapat dua kemungkinan akan apa yang dipilih dan apa yang akan dibuang. Penekanan aspek tertentu dilakukan dengan memilih angel tertentu yang mengakibatkan pemahaman dan konstruksi media satu dengan yang lainnya bisa berbeda tergantung kepada sudut pandang wartawan dalam menuliskan beritanya. Selanjutnya, penulisan fakta berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih tersebut disajikan kepada khalayak. Gagasan- gagasan tersebut diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi dengan bantuan foto dan gambar atau lainnya. Cara pengungkapan fakta melalui tulisan ini menyebabkan aspek tertentu menjadi lebih menonjol dan mendapat perhatian pembaca sehingga dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Pan dan Kosicki berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda ke dalam teks berita. Framing Model Pan dan Kosicki memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan model lainnya. Adapun keunggulannya adalah dalam framing model Pan dan Kosicki, unit pengamatan terhadap teksnya lebih kompeherensif dan memadai, karena selain meliputi seluruh aspek yang terdapat di dalam teks kata, kalimat, paraphrase, ungkapan, perangkat ini juga mempertimbangkan struktur teks dan hubungan antar kalimat atau paragraph secara keseluruhan. Menurut Pan dan Kosicki Frame 18 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, ideologi dan politik media, h. 81. dapat dilihat melalui empat perangkat framing yakni: Sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Lebih jelas perangkat framing model Pan dan Kosicki dapat dijelaskan pada tabel berikut: 19 Tabel 02 Perangkat Framing Pan dan Kosicki Struktur Perangkat Framing Unit yang diamati Sintaksis Cara wartawan menyusun kata Skema Berita Headline, lead, latar informasi, kutipan, sumber, pernyataan, penutup Skrip Cara wartawan mengisahkan fakta Kelengkapan berita 5W+1H Tematik Cara wartawan menuliskan fakta Detail, maksud kalimat hubungan, nominalisasi antar kalimat, koherensi Paragraf, proposisi Retoris Cara wartawan menekankan fakta Leksikon, Grafis, Metafor Kata, idiom, GambarFoto, Grafik Sumber: Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 176. 1. Sintaksis Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Sedangkan dalam pemberitaan, sintaksis merujuk kepada pengertian susunan dan bagian berita dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan yang meliputi Headline, lead, latar informasi, sumber, penutup. Headline merupakan aspek sintaksis yang mempunyai aspek framing yang kuat. Headline memengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka di jelaskan. Sementara, latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi makna yang 19 Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi dalam pespektif penelitian kualitatif, Bogor: Ghalia, 2015, h. 86-87.