Konstruksi Pemberitaan Konstruksi Pemberitaan dan Realitas Sosial

9. Suspense, yaitu berkaitan dengan sesutau peristiwa yang ditunggu- tunggu oleh masyarakat. 10. Progress, yaitu berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa. Hal terpenting dalam mengemas berita adalah bagaimana berita tersebut dikemas. Isu yang baik jika dikemas dengan tidak baik akan menjadi kurang menarik, bahkan pesan yang disampaikan sering kali tidak sampai atau bias. Maka, diperlukan konstruksi sedemikian rupa supaya pesan dapat dimaknai oleh audiens dan menarik perhatian pembaca. Para wartawan dalam merumuskan pemberitaannya biasa menggunkan sebuah struktur yang dikenal dengan pola piramida terbalik. Pola piramida terbalik memberikan gambaran bagaimana informasi terpenting dalam pemberitaan ditaruh di posisi paling atas, dan semakin kebawah informasi menjadi semakin tidak penting atau bisa saja hanya merupakan penjelasan dari paragraf sebelumnya. 6 Pola piramida terbalik pertama kali muncul sekitar akhir tahun 1840-an. Pola ini lahir akibat dari pengiriman berita melalui telegraf. Pada saat itu, para wartawan sering kali berebut untuk mengirimkan berita kepada satu operator telegraf. Hingga, pada akhirnya operator telegraf membuat kebijakan untuk mengirimkan berita setiap wartawan secara bergiliran dan dibatasi satu paragraf untuk setiap giliran. Khawatir kesempatan berita yang terkirim hanya satu paragraf karena biaya pengiriman telegraf mahal dan seringkali terputus serta adanya deadline ke kantor mereka, maka para wartawan waktu itu dituntut untuk mencari solusi baru. Sehingga lahirlah ide untuk membuat tulisan yang memuat 6 Suhaemi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 30. ringkasan isi berita pada awal dan detail di akhir.sehingga apabila terkendala deadline dan sambungan telegraf yang terputus berita mereka tetap dapat dipahami secara utuh. 7 Penulisan berita dengan pola piramida terbalik ini memberikan beberapa manfaat kepada para pekerja jurnlistik. Adapun manfaatnya antara lain: pertama, dengan pola piramida terbalik maka, fakta terpenting diletakkan di posisi paling atas sehingga membuat detail dan maksud dari berita mudah dan cepat ditangkap oleh khalayak. Kedua, pola piramida terbalik memudahkan para editor dalam penyuntingan naskah. Hal ini diakrenakan fakta atau dataterpenting diletakkan diposisi paling atas sehingga semakin kebawah data dan fakta yang disampaikan merupakan bagian yang kurang penting dan bisa dihapus. 8 Gambar 01 Pola penulisan Berita Piramida Terbalik Sumber: Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 30. Adapun isu yang dikonstruksi menjadi sebuah berita dapat kita lihat melalui isi berita tersebut yang terdiri dari unsur-unsur yang membentuk sebuah berita. Unsur-unsur berita tersebut adalah sebagai berikut: 9 7 Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2005, h.115. 8 Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 30. 9 Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Bandung: nuansa, 2010, h.115. sangat penting penting tidak penting 1. Headline Judul atau Headline merupakan daya tarik dari sebuah berita. Karena, pada hakikatnya judul merupakan initsari dari berita. Headline haruslah ditulis dengan bahasa yang singkat, lugas dan menarik. Headline biasanya dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, yang memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Judul berita berfungsi untuk menarik perhatian pembaca atau pemirsa, menggambarkan serta meringkaskan isi dari sebuah berita. 2. Teras Berita lead Lead merupakan bagian awal dari berita yang memuat informasi dan fakta terpenting dari keseluruhan isi berita. Lead dibuat untuk memenuhi rasa ingin tahu pembacanya secara cepat. Lead biasanya dirumuskan sebagai 5W+1H What, Who, When, Where, Why dan How. Dengan adanya lead pembaca atau penonton dapat segera tahu dan mengerti persoalan pokok dari peristiwa yang sedang dilaporkan. 3. Body Setelah kita menemukan Headline dan lead dari suatu naskah berita, maka yang selanjutnya akan kita temukan adalah body berita. Body berita merupakan bagian yang merinci dan melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang dijelaskan oleh lead. Body berita sering juga disebut sebagai sisa berita. 4. Penutup Penutup berita merupakan gagasan akhir yang merinci gagasan utama yang terdapat di dalam pemberitaan. Penutup berita bisa juga berisi hubungan antar alinea secara koheresif, yang bertujuan menegaskan gagasan utama dalam sebuah berita. Tetapi ada juga beberapa penutup berita yang menggantung. Model ini efektif digunakan jika ingin membuat pertanyaan atau pernyataan yang tidak selesai.

2. Konstruksi Realitas Sosial

Istilah Konstruksi Sosial pertama kali dikenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang menjelaskan bahwa realitas terbentuk oleh proses sosial melalui tindakan dan interaksi, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. 10 Konstruksi sosial terjadi melalui interaksi antar individu dalam masyarakat melalui interaksi dan proses sosial yakni: eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi. 11 Eksternalisasi adalah proses ketika sebuah produk sosial telah menjadi bagian penting dari masyarakat untuk melihat dunia luar. Dalam konteks ini, informasi dari media massa merupakan produk sosial yang dibutuhkan oleh individu untuk menilai dan memaknai lingkungannya. Objektivikasi, merupakan proses interaksi sosial di mana individu melembagakan dirinya bersama orang lain ke dalam suatu dunia yang sama. Proses ini dilakukan melalui signifikasi bahasa dan berkembang melalui penyebaran opini di masyarakat. Internalisasi, adalah proses di mana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga tempat ia menjadi anggota. Dalam hal ini lewat pengaruh media massa akan membentuk pendapat umum yang diphami bersama menjadi opini publik. Konstruksi sosial di media massa merupakan revisi dari teori Berger dan Luckmann untuk melengkapi konstruksi sosial atas realitas. Pemahaman akan konstruksi realitas oleh media massa lahir dikarenakan pesan berupa berita, 10 Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa Jakarta: Kencana, 2011, h. 13. 11 Bungin, Burhan, Konstruksi Sosial Media Massa, h. 206. liputan khusus, dan sebagainya merupakan sesuatu yang dibentuk dengan tujuan tertentu. Ada motif dibalik setiap pesan yang ditampilkan yakni nilai-nilai yang berusaha disampaikan kepada khalayak dengan tujuan untuk mengubah pemahaman atau persepsi khalayak akan suatu peristiwa. Media tidak hanya beperan sebagai agen pemberi informasi dan hiburan tetapi juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat sehingga membawa masyarakat kepada suatu kerangka berpikir sosial. Pada dasarmya konstruksi realitas oleh media massa massa lahir dengan prinsip dasar: 12 1. Semua pesan media itu merupakan hasil konstruksi. 2. Setiap media memiliki karakteristik, kekuatan, dan keunika dalam membangun sebuah berita dengan bahsa yang berbeda 3. Pesan Media diproduksi untuk suatu tujuan 4. Semua pesan media berisi penanaman nilai dan tujuan yang ingin dicapai 5. Manusia menggunakan kemampuan, keyakinan, dan pengalaman mereka untuk membangun sendiri arti pesan media. 6. Media dan pesan media dapat memengaruhi keyakinan, sikap, nilai, perilaku, dan proses demokrasi. Konstruksi sosial di media massa menempatkan kelebihan media massa dan efek media dalam membangun realitas melalui tahap-tahap penting, Proses ini tidaklah mendapatkan hasil yang tiba-tiba, namun terjadi melalui beberapa tahap penting yakni: 13 1. Tahap Menyiapkan Materi konstruksi 12 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002, h. 84. 13 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, h.79. Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa merupakan tugas redaksi media massa. Setidaknya terdapat tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yakni: pertama, keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Kedua, keberpihakan semu kepada masyarakat. Ketiga, keberpihakan kepada kepenitngan umum. Tidak jarang dalam menyiapkan sebuah materi pemberitaan terjadi pertukaran kepentingan diantara pihak-pihak yang berkepentingan dengan sebuah pemberitaan. Seperti contoh misalnya pembelian jam tayang tertentu atau halaman tertentu dengan tujuan untuk blow-up terhadap pencitran pihak yang membeli pemberitaan tersebut. 2. Tahap Sebaran Konstruksi Prinsip utama dalam sebaran konstruksi adalah real time. Pada media cetak konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu, bulan. Sedangkan pada media elektronik dan online, konsep real time berarti berita dapat langsung ditayangkan dan disampaikan kepada masyarakat saat sedan terjadinya peristiwa. Pada umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah. Media massa mendominasi penyebaran informasi sementara khalayak tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi. Meskipun pada media elektronik radio dan televisi sebaran konstruksi bias berlaku dua arah, tetapi agenda setting masih di dominasi oleh media 3. Tahap Pembentukan Konstruksi Setelah pemberitaan sampai kepada pembaca, tahap selanjutnya dalam proses konstruksi sosial media massa adalah tahap pembentukan konstruksi. Tahap ini berlansung melalui tiga tahap yakni: pertama, konstruksi realitas pembernaran. Kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa. Ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat cenderung membenarkan apa saja yan disajikan oleh media massa sebagai realitas kebenaran. Ini merupakan tahap pertama dalam proses pembentukan konstruksi. Selanjutnya, adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa adalah bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca atau pemirsa media massa adalah pilihannya untuk bersedia pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Masyarakat yang pikirannya telah dikonstruksi oleh media massa akan cenderung menjadikan media massa sebagai pilihan konsumtif dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi. 4. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca atau pemirsa memberikan argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya utuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media massa, tahapan ini penting untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasan konstruksi sosial. Sedangkan bagi pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.

B. Teori

Framing Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki Framing merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam menseleksi isu dan menulis berita. Menurut Pan dan Kosicki, Framing merupakan strategi konstruksi dalam memproses berita melalui perangkat kognisi yang digunakan