Bagaimana cara penentuan narasumber di kompas.com?
Berita 1
Kontroversi Hasil Otopsi dan Misteri Kematian Siyono...
Selasa, 12 April 2016 | 07:35 WIB
Suasana proses otopsi jenasah Siyono di Klaten, Minggu 342016.
JAKARTA, KOMPAS.com
- Kematian Siyono, terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, hingga saat ini masih menimbulkan tanda tanya.
Kepolisian berbeda pandangan dengan Muhammadiyah dan Komnas Hak Asasi Manusia. Tiap pihak memiliki versinya masing-masing, mengenai penyebab
utama kematian Siyono.
Kemarin, Senin 1142016 PP Muhammadiyah dan Komnas HAM mengumumkan hasil otopsi yang telah dilakukan sembilan dokter forensik dan
seorang dokter dari Polda Jawa Tengah yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah.
Berdasarkan otopsi, Komisioner Komnas HAM Siane Indriani mengatakan, kematian Siyono diakibatkan benda tumpul yang dibenturkan ke bagian rongga
dada.
Ada patah tulang iga bagian kiri, ada lima ke bagian dalam. Luka patah sebelah kanan ada satu, ke luar, ujar Siane di Kantor Komnas HAM, Senin.
Menurut penuturannya, tulang dada Siyono juga dalam kondisi patah dan ke arah jantung. Luka itu yang menyebabkan kematian fatal dan disebut sebagai titik
kematian Siyono.
Siane pun mengungkapkan bahwa ada luka di bagian kepala dan disebabkan oleh benturan. Namun, hal tersebut bukan menjadi penyebab utama kematian dan tidak
menimbulkan pendarahan yang terlalu hebat.
Baca: Hasil Otopsi Siyono, Patah Tulang Iga hingga Luka di Kepala
Dari seluruh rangkaian hasil otopsi, lanjut Siane, tidak terdapat adanya perlawanan yang dilakukan Siyono. Ini berdasarkan luka-luka yang diteliti.
Tidak ada perlawanan dari Siyono. Tidak ada luka defensif, ujarnya. Selain itu, hasil otopsi menunjukkan adanya indikasi memar pada bagian belakang
tubuh. Siane menuturkan, ada analisis bahwa tindak kekerasan dilakukan dalam kondisi tubuh bersandar, dan ditemukan adanya kerusakan jaringan pada bagian
tersebut.
Apakah itu tertidur atau menyender di tembok, kami tidak tahu. Jadi, dilakukan di posisi yang ada bantalan, kata Siane.
Versi Polri
Siyono meninggal dunia tidak lama setelah ditangkap oleh pasukan Detasemen Khusus 88 Antiteror
Polri di rumahnya, Dukuh Brengkungan, Desa Pogung,
Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, pada Rabu 932016. Polisi menduga Siyono menduduki posisi vital di kelompok Neo Jamaah Islamiah.
Siyono dianggap orang yang tahu soal persenjataan kelompok teror itu.
Baca: Polri Anggap Siyono Kunci untuk Ungkap Persenjataan Kelompok Neo
Jamaah Islamiyah Mengenai tewasnya Siyono,
Polri menjelaskan bahwa mulanya Siyono memukul
polisi yang hanya sendirian mengawal di mobil saat penangkapan. Polisi melakukan perlawanan dan memukul balik Siyono.
Namun, bagian kepala Siyono terbentur sesuatu hingga tidak sadarkan diri. Baca: Polri: Terduga Teroris yang Meninggal Sempat Pukul Polisi
Kepala Divisi Humas Mabes Polri
Irjen Anton Charliyan menegaskan bahwa meninggalnya Siyono murni akibat kecelakaan karena adanya perlawanan, bukan
sengaja melakukan penganiayaan.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kapusdokkes Polri
Brigjen Pol Arthur Tampi pun angkat bicara soal meninggalnya Siyono. Pusdokkes telah
melakukan visum terhadap Siyono pada 11 Maret 2016 lalu.
Penyebab kematian adalah terjadi pendarahan di belakang kepala akibat benturan benda tumpul, ujar Arthur di Mabes
Polri , Jakarta, pertengahan Mei silam.
Selain itu, kata Arthur, ada pula luka memar di daerah wajah, tangan, dan kaki Siyono. Penyebab luka tersebut karena terjadi perkelahian antara Siyono dan
petugas polisi yang membawanya menuju bungker penyimpanan senjata.