Paragraf 2-3 “ Saya sempat menanyakan kepada doker-dokter ahli forensik, apakah
kalau begini hasil scan termasuk otopsi,” ujar Trisno Raharjo “Jawabannya bukan otopsi dan di bawah standar,” lanjutnya.
13
Paragraf 6 “hanya men-scan dari luar lalu disimpulkan. Hasil scan-nya dikirimkan
ke keluarga sebagai penyebab kematian. Menurut dokter forensik, hasil itu tidak bisa dipertanggungjawabkan,” tandasnya.
14
Paragraf 9 “Berdasarkan otopsi yang telah disampaikan di Komnas HAM Jakarta,
penyebab kematian ada pada dada. Bukan pada bagian kepala seperti yang disampaikan Mabes Polri,”pungkasnya.
15
Berita ini ditutup dengan penyebab kematian Siyono berdasarkan hasil otopsi oleh tim Dokter PP Muhammadiyah dan Komnas HAM yang menjelaskan
penyebab kematian Siyono adalah luka di bagian dada. Pada pemberitaan ini, fakta yang dicoba ditonjolkan adalah rendahnya
standar pemeriksaan Polri terhadap pemeriksaan Jenazah Siyono. Fakta- fakta dicoba diperkuat dengan pendapat narasumber yang menjelaskan bahwa
pemeriksaan yang dilakukan oleh Polri tidak sesuai standar autopsi. Pemberitaan ini juga kembali menekankan penyebab kematian Siyono yang sebenarnya. Dari
struktur sintaksis ini kompas.com berusaha menyampaikan fakta dan menekankan kepada khalayak bahwa penyebab kematian Siyono adalah bukan seperti yang
diumumkan oleh Polri. Struktur Sintaksis terkait Berita 3 edisi 13 April 2016 Pemeriksaan Jasad
Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar dapat dilihat pada lampiran 3.
13
“Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf 2-3
14
“Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf 6
15
“Pemeriksaan Jasad Siyono Versi Polri Dinilai di Bawah Standar”, Kompas.com, 13 April 2016, Paragraf 9
4. Analisis Berita 4 edisi 14 April 2016 Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan
Telak Bagi Profesionalisme Polri.
Berita keempat mengangkat judul Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri. Judul ini kembali seakan kompas.com menghakimi
kinerja Kepolisian terkait tewasnya Siyono. Lead dalam berita ini mengangkat opini ketua Indonesia Police Watch
IPW Terkait kematian Siyono yang sekaligus menjadi latar dalam berita ini. Adapun lead dalam berita ini adalah:
“Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan bahwa kasus kematian terduga teroris Siyono harus menjadi pelajaran
berharga dalam melakukan evaluasi internal di tubuh Kepolisian RI.”
16
Narasumber yang terkait di dalam pemberitaan ini adalah Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane, dan Komisioner Komnas HAM, Siane
Indriani. Kompas.com menekankan pemberitaan dengan pendapat Neta yang menuntut evaluasi kinerja Densus 88, serta mengapresiasi otopsi terhadap jasad
Siyono Dan menganggap otopsi yang dilakukan oleh PP Muhammadiyah dan Komnas HAM adalah pukulan telak bagi profesionalisme Polri. Berikut petikan
pendapat Neta yang terdapat di dalam berita ini: Paragraf 3
“Kasus Siyono sudah memicu keberanian publik untuk melakukan otopsi ulang terhadap korban kekerasan polisi,” ujar Neta.
17
Paragraf 4 “otopsi ulang ini menjadi pukulan telak bagi profesionalisme polri,” kata
dia.
18
6
Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri ,
+ , -.
.com, 14 April 2016, Paragraf. 1
17
“ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14 April 2016,
Paragraf. 3.
18
“ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14 April 2016,
Paragraf. 4.
Paragraf 7 “Karena itu dibutuhkan evaluasi yang komperehensif dan Kapolri harus
segera membuat system pengawasan yang maksimal,” ucapnya.
19
Sementara itu, pendapat Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani merupakan beberapa petikan berita pertama yang disambungkan Kompas.com
pada berita ini terkait penyebab tewasnya Siyono. Berita ini ditutup dengan bantahan terhadap rilis Polri yang menyaakan bahwa Siyono melakukan
perlawanan. Fakta yang coba ditekankan oleh kompas.com pada pemberitaan ini adalah
kompas.com berusaha menekankan kepada khalayak bahwa kesalahan Polri dalam mengidentifikasi penyebab kematian Siyono membuat citra dari institusi tersebut
semakin buruk. Kesalahan identifikasi ini menunjukkan bahwa memang terjadi kekerasan terhadap Siyono sebelum dia tewas. Selanjutnya kompas.com
mengungkapkan penyebab kematian Siyono sesuai dengan hasil rilis PP Muhammadiyah dan Komnas HAM.
Struktur Sintaksis terkait Berita 4 edisi 14 April 2016 Otopsi Ulang Siyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri dalam bentuk tabel dapat dilihat
pada lampiran 4.
5. Analisis Berita 5 edisi 14 April 2016 Tugas Polisi Melumpuhkan
Tersangka, Bukan Menjadi Algojo.
Pada Berita kelima, Kompas.com mengangkat judul berita Tugas Polisi Melumpuhkan Tersangka, Bukan Menjadi Algojo.
Judul ini terkesan
19
“ Otopsi Ulang SIyono Jadi Pukulan Telak Bagi Profesionalisme Polri”, Kompas.com, 14 April 2016,
Paragraf. 7.