apabila anggota KSM mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang
dialami dan 3 responden menjawab dengan kategori jelek yaitu apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan dan keberadaannya tidak
membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. Sehingga dari jawaban responden tersebut dapat diketahui bahwa sebagian
besar dari responden mengetahui keberadaan fasilitator kelurahan namun hanya sebagian dari mereka 19 orang yang merasa terbantu dalam penyelesaian
permasalahan yang dihadapi. Sedangkan permasalahan yang dihadapi oleh Fasilitator sehingga tidak
bisa melaksanakan tugasnya secara maksimal khususnya dalam kegiatan pendampingan terhadap anggota KSM adalah: 1 Luasnya ruang lingkup
pembinaan dan pengawasan, dimana satu orang fasilitator rata-rata membawahi dua Kelurahan; 2 Kontrak kerja yang berlaku selama 1 tahun, yang terkadang
menyebabkan adanya pergantian fasilitator; dan 3 Dana operasional yang kurang memadai.
5.2.2. Penggunaan Dana
5.2.2.1. Jenis Usaha
Usaha yang dijalankan oleh peminjam adalah usaha dengan kategori usaha mikro. Sebagaimana disebutkan pada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa kriteria usaha mikro adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 dan
penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000. Jenis usaha yang dijalankan oleh responden berdasarkan pengelompokan
yang telah disebutkan sebelumnya yaitu: 15 orang menjalankan usaha warung, 18 orang menjalankan usaha dengan kelompok makanan dan 13 orang menjalankan
usaha dengan kelompok non makanan sebagaimana dapat dilihat pada gambar 18 dibawah ini:
70
15 18
13 10
20
Responde
n
Warung Makanan Non-
Makanan
Gambar 18. Jenis Usaha yang dijalankan oleh Responden.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kelompok usaha makanan merupakan jenis usaha yang paling banyak dijalankan oleh responden yaitu antara
lain: jualan kue, jualan gorengan, jualan bakso keliling, jualan nasi, jualan mie atau siomay, jualan tempe, jualan es cendol, jualan buahrujak, jualan kerupuk,
katering dan jualan jamu. Sedangkan usaha warung baik itu sembako maupun kelontong menempati urutan kedua dan selanjutnya adalah responden yang
menjalankan usaha non makanan seperti kios bensin, pakaian bekasrombengan, usaha M-Kios atau jualan Pulsavoucer, ternak ayam, ternak lele, pembuatan
batako, jual TV bekas, bengkel, menjahit dan reparasi. Hasil evaluasi terhadap responden juga diketahui bahwa tidak ada satupun
dalam satu KSM yang menjalankan jenis usaha yang sama. Sehingga dalam pembentukan KSM dan kerjasama yang dilakukan hanya dalam hal agar
memudahkan dalam mendapatkan dana pinjaman dan dalam proses pengembalian angsuran yang dikoordinir oleh ketua KSM.
5.2.2.2. Tingkat Pengembalian
Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa masyarakat yang mendapatkan dana pinjaman bergulir pada tahun pertama ini mendapatkan
pinjaman sebesar Rp. 500.000 setiap orangnya dan diwajibkan mengembalikan dana tersebut dalam jangka waktu 10 bulan. Dengan jasa pinjaman 1,5 per
bulannya. Sampai dengan bulan September 2008, dari total 76 KSM yang ada
sebanyak 24 KSM telah melunasi pembayarannya. Sedangkan 52 KSM masih
71
menunggak. Adapun kategori tunggakan pada pelaksanaan P2KP dibagi menjadi tunggakan dibawah 3 bulan dan diatas 3 bulan. Dari kategori tersebut untuk
Kelurahan Tanjung Balai Karimun terdapat 31 KSM yang menunggak diatas 3 bulan dan 21 KSM yang menunggak dibawah 3 bulan sebagaimana dapat dilihat
pada gambar 19 dibawah ini:
24 31
21
10 20
30 40
Jumlah KSM
Lunas Menunggak 3
bulan Menunggak 3
bulan
Gambar 19. Jumlah KSM berdasarkan Tingkat Pengembalian
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih besarnya tingkat tunggakan yang ada. Hal ini jelas menjadi permasalahan mendasar program ini. Karena
esensi dari pinjaman bergulir ini adalah perguliran dana kepada masyarakat miskin lainnya yang belum mendapatkan pinjaman untuk tambahan modalnya
atau perguliran kembali kepada masyarakat pemanfaat program yang telah melunasi pinjamannya. Dengan adanya tunggakan tersebut maka kedua hal
tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dari hasil evaluasi melalui wawancara terhadap responden peminjam
maupun responden ahli, adapun faktor-faktor yang menyebabkan anggota KSM menunggak pinjaman yang diperolehnya yaitu:
1 Pemahaman terhadap program. Dimana pengalaman program kredit dana bergulir yang dilaksanakan selama ini, yang tidak memberikan sanksi hukum
yang jelas terhadap para penunggak menyebabkan timbul persepsi negatif terhadap sebagian dari peminjam. Sehingga mereka tidak konsisten dalam
pengembalian pinjamannya. 2 Pengalihan pemanfaatan dana. Dimana dana yang seharusnya digunakan
untuk penambahan modal, namun digunakan untuk keperluan mendesak
72
seperti berobat maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya. Sehingga pada saat jatuh tempo pengembalian mereka tidak mampu membayarnya.
3 Daya beli masyarakat yang menurun. Hal ini berkaitan dengan kenaikan harga BBM pada akhir tahun 2007 yang berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Sehingga pemasaran dan keuntungan yang diperoleh menurun yang berakibat pada penurunan pendapatan dan kemampuan peminjam dalam
mengembalikan angsurannya.
5.3. Evaluasi Dampak Output Program