Kerangka Pemikiran METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa salah satu kebijakan strategis dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara memberikan motivasi dan stimulusi melalui penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir. Dimana kebijakan ini diharapkan memberikan dampak yang berkepanjangan serta memberikan nilai tambah pada usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat. Selain itu kebijakan penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir ini dilaksanakan mengingat peran usaha mikro, kecil dan menengah selama ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut paling tidak dapat dilihat dari Statistik usaha mandiri tahun 1997-2006 Litbang Media Group sebagai berikut: 1 99 unit usaha 40 juta unit di Indonesia adalah UMKM; 2 60 Produk Domestik Bruto PDB Indonesia disumbang oleh UMKM, 3 96 tenaga kerja Indonesia diserap oleh UMKM dan 4 91 UMKM melakukan kegiatan ekspor. Dengan adanya intervensi berupa penyediaan kredit ataupun pinjaman bergulir yang diperuntukkan kepada kelompok masyarakat maka diharapkan akan memudahkan masyarakat mengakses dana guna keperluan modal usaha sehingga pada gilirannya kegiatan usahanya dapat berkembang dan kelompok semakin dinamis. Namun pelaksanaan program-progam yang bersifat dana bergulir ataupun memiliki komponen program yang bersifat dana bergulir selama ini belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan terutama dalam hal keberlanjutan pergulirannya. Termasuk juga kegiatan Pinjaman Bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun dirasakan belum maksimal dimana tunggakan terbesar di Kabupaten Karimun terdapat pada Kelurahan ini. Sehingga diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan ataupun pemanfaatan dana yang telah diberikan. Terkait dengan kajian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang sudah dilakukan P2KP Tahap III. Evaluasi tersebut untuk melihat dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan output dihasilkan. Evaluasi tersebut nantinya untuk mengetahui apakah program yang 23 telah dilaksanakan itu sudah tepat. Selain itu evaluasi tersebut juga untuk melihat penyimpangan atau deviasi yang terjadi. Selanjutnya untuk penyempurnaan program, digunakan Analytichal Hierarchi Process AHP dari pelaksanakan dan evaluasi dana bergulir P2KP tersebut. Dari hasil evaluasi dan analisa yang dilaksanakan diharapkan menjadi bahan bagi pengambilan keputusan bagi mereka yang berwenang sehingga akan diperoleh suatu strategi bagi upaya penanggulangan kemiskinan melalui pelaksanaan dana bergulir P2KP. Secara bagan dapat dilihat pada gambar 6. Keterbatasan modal usaha ketidakmampuan masyarakat miskin Pentingnya usaha mikro, kecil dan menengah bagi perekonomian Bangsa EVALUASI PROGRAM INPUT - Kelayakan Lembaga Pengelola - Kelayakan Peminjam - Pendanaan PROSES - Pendampingan - Penggunaan Dana OUTPUT - Keadaan Ekonomi - Perguliran Pinjaman Program lainnya Program Dana Bergulir P2KP Strategi Penyempurnaan Program Penanggulangan Kemiskinan Gambar 6. Diagram Alir kerangka Pemikiran Keterangan: : hal yang menjadi fokus kajian : hal yang tidak menjadi fokus kajian 24 Definisi Operasional 1. Kelayakan Lembaga Pengelola: Kondisi apabila lembaga pengelola BKMUPK telah memenuhi persyaratan dan ketentuan pokok dalam kegiatan pinjaman bergulir P2KP, dilihat dari variable: terbentuk secara sah, pembuatan aturan dasar dan kriteria UPK. Terbentuk Secara Sah: apabila BKM terbentuk secara sah sesuai ketentuan P2KP dan memiliki Anggaran Dasar yang menyatakan bahwa kegiatan Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya yang dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: Apabila BKM telah memiliki Anggaran Dasar yang memuat pernyataan bahwa dana pinjaman bergulir diperuntukkan untuk kegiatan pinjaman bergulir saja dan pendapatan UPK hanya untuk membiayai operasional UPK saja. b Jelek: Apabila BKM belum memiliki Anggaran Dasar dalam menjalankan kegiatan dana pinjaman bergulir P2KP. Pembuatan Aturan Dasar: Apabila BKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM yang dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: Apabila BKM dengan persetujuan stakeholder masyarakat Ketua RT, Ketua RW, tokoh masyarakat dan relawan telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir. b Sedang: Apabila BKM telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir, namun dalam pembuatannya tidak melibatkan stakeholder dari pihak masyarakat secara keseluruhan. c Jelek: Apabila BKM belum membuat aturan dasar pinjaman bergulir. Kriteria Unit Pengelola Keuangan UPK: Apabila UPK yang akan mengelola Pinjaman Bergulir memenuhi kriteria minimal yaitu: telah mengikuti pelatihan Keorganisasian, rencana usaha, pembukuan dan pengelolaan kas, PERT dan kewirausahaan, telah memahami aturan dasar pinjaman bergulir dan telah 25 memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: Apabila UPK telah mengikuti pelatihan, memahami aturan dasar pinjaman bergulir dan memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP dengan baik. b Sedang: Apabila UPK telah mengikuti pelatihan dan telah memiliki rekening atas nama UPK, namun belum memahami keseluruhan aturan dasar pinjaman bergulir dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP secara baik. c Jelek: Apabila UPK belum mengikuti pelatihan, belum memahami aturan dasar pinjaman bergulir, tidak memiliki rekening atas nama UPK dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP. 2. Kelayakan Peminjam Kondisi apabila KSM Peminjam dan anggotanya sebagai calon peminjam memenuhi kriteria kelayakan yang dipersyaratkan untuk mendapat pinjaman bergulir dari UPK dilihat dari variable: Pemetaan Swadaya, Administrasi, Pelatihan, dan Keterwakilan Perempuan, Pemetaan Swadaya: Apabila anggota KSM peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin yang tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya PS. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: Apabila keseluruhan anggota KSM Peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya PS. b Sedang: Apabila minimal 60 anggota KSM Peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya PS. c Jelek: Apabila dibawah 60 anggota KSM peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya PS. 26 Administrasi: adalah kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh anggota KSM untuk mendapatkan pelayanan atau pinjaman dana bergulir dari segi kelengkapan administrasi antara lain: Memiliki kartu tanda penduduk KTP setempat, membuat analisa usaha Informasi, keuangan dan labarugi usaha, membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai tabungan minimal 5 dari pinjaman yang diajukan dan belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: apabila dalam pengajuan proposal KSMkelompok semua anggotanya telah mengisi atau memenuhi seluruh kelengkapan administrasi sebagaimana disebutkan diatas. b Sedang: apabila dalam pengajuan proposal KSMkelompok minimal 60 dari total anggotanya telah mengisi atau memenuhi seluruh persyaratan administrasi sebagaimana disebutkan diatas. c Jelek: apabila dalam pengajuan proposal KSMKelompok, dibawah 60 dari total anggotanya yang mengisi atau memenuhi seluruh persyaratan adminsitrasi sebagaimana disebutkan diatas. Pelatihan: adalah keikutsertaan anggota KSM dalam mengikuti pembekalan tentang pembukuan KSM, pinjaman bergulir persyaratan pinjaman, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman, Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga PERT, dan kewirausahaan. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: Apabila seluruh anggota KSM mengikuti pembekalan tentang pembukuan KSM, pinjaman bergulir persyaratan pinjaman, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman, Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga PERT, dan kewirausahaan. b Sedang: Apabila walaupun tidak seluruh anggota KSM mengikuti pembekalan sebagaimana disebutkan diatas, namun dari KSM memiliki keterwakilan minimal satu orang baik ketua maupun anggota mengikuti pelatihanpembekalan dimaksud. c Jelek: Apabila tidak ada satupun dari anggota KSM yang mengikuti atau mewakili untuk mengikuti pelaihanpembekalan dimaksud. 27 Keanggotaan Perempuan: adalah persyaratan minimal yang harus dari setiap KSM untuk menempatkan perempuan dalam keanggotaan di KSM tersebut. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: apabila anggota KSM minimal 30 perempuan. b Jelek: apabila anggota KSM dibawah 30 perempuan. 3. Pendanaan Sejumlah dana yang diterima kelurahan untuk melaksanakan kegiatan pinjaman bergulir P2KP yang dapat dilihat dari variable: Jumlah Dana dan Sumber Dana. Jumlah Dana: adalah besarnya dana Pinjaman Bergulir yang diterima masyarakat dalam Kelompok Swadaya Masyarakat KSM yang ada dalam satu kelurahan yang dapat dikategorikan sebagai berikut: a Kecil: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat 200 juta b Sedang: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat 201 juta sd 300 juta c Besar: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat 300 juta. Sumber Dana: Sumber atau asal kegiatan pinjaman bergulir P2KP. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Sumber dana utama: Apabila sumber atau asal dana pinjaman bergulir hanya berasal dari Bantuan Langsung Masyarakat BLM yang merupakan sumber dana utama. b Sumber Lain: Apabila sumber atau asal dana pinjaman bergulir selain dari dana BLM sebagai sumber dana utama, juga berasal dari APBD, dari pihak swasta, swadaya masyarakat dan dari sumber lainnya. 4. Pendampingan Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh lembagabadan yang telah dibentukditunjuk agar terjadinya perubahan perilakusikap, memperkuat kemampuan dan upaya lainnya yang mengarah kepada kemandirian anggota KSM dalam pengelolaan dana pinjaman bergulir dengan variable: Pengelola lokal dan Fasilitator Kelurahan. 28 Pengelola Lokal: adalah kemampuan pengelola lokal BKMUPK dalam melaksanakan kegiatan pendampingan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. b Sedang: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. c Jelek: apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan pengelola lokal dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. Fasilititor Kelurahan: adalah kemampuan Fasilitator Kelurahan dalam melaksanakan kegiatan pendampingan sesuai dengan tugas dan fungsinya yang dapat diaktegorikan sebagai berikut: a Baik: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. b Sedang: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. c Jelek: apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami. 5. Penggunaan Dana Adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KSM dalam menggunakan dana yang telah diberikan sampai dengan batas waktu pengembalian 10 bulan setelah mendapatkan pinjaman dengan variable: Jenis Usaha dan Tingkat Pengembalian. Jenis Usaha: Kegiatan usaha yang dijalankan oleh masyarakat dalam menggunakan dana yang telah diberikan, baik usaha tersebut sudah berjalan 29 sebelum mendapakan pinjaman maupun baru berjalan setelah mendapatkan pinjaman dengan pengelompokan sebagai berikut: a Warung: kegiatan usaha yang menjual sembako ataupun kelontong; b Makanan: kegiatan usaha dengan menjual makanan baik yang dijual di depan rumah maupun dijajakan secara bekeliling. Adapun kategori usaha yang dijalankan yaitu jualan kue, jualan gorengan, jualan bakso keliling, jualan nasi, jualan mie atau siomay, jualan tempe, jualan es cendol, jualan buahrujak, jualan kerupuk, katering dan jualan jamu; c Non-Makanan: kegiatan usaha yang dijalankan bukan dalam bentuk makanan ataupun warung. Adapun usaha yang dijalankan antara lain kios bensin, pakaian bekasrombengan, usaha M-Kios atau jualan Pulsavoucer, ternak ayam, ternak lele, pembuatan batako, jual TV bekas, bengkel, menjahit dan reparasi. Tingkat Pengembalian: adalah tingkatan KSM dalam mengembalikan dana yang telah dipinjamkan sampai dengan jatuh tempo pembayaran 10 bulan setelah mendapatkan pinjaman. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Pinjaman Lancar: KSM dengan pengembalian lancar atau membayar pinjaman keseluruhan sampai dengan jatuh tempo. b Menunggak 3 blnkali angsuran: KSM dengan tunggakan pengembalian 3 bulan angsuran atau lebih dari 3 bulan angsuran. c Menunggak 3 blnkali angsuran: KSM dengan tunggakan pengembalian dibawah 3 bulan angsuran. 6. Keadaan Ekonomi Adalah suatu kondisi dimana tercapainya tujuan umum program ini dimana ekonomi dari golongan miskin semakin meningkat yang dilihat dari variable: peningkatan modal, penambahan aset kepemilikan, dan peningkatan pendapatan. Peningkatan Modal: adalah kondisi terjadinya penambahan uang yang dapat digunakan untuk menambah penjualan atau omzet usahanya. Dapat dikategorikan sebagai berikut: 30 a Baik: apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman lebih dari 20 per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. b Sedang: apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman kurang dari 20 per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. c Jelek: apabila tidak terjadinya peningkatan modal sama sekali atau menurun bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. Penambahan aset kepemilikan: Bertambahnya barang yang bisa diuangkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Meningkat: apabila terjadinya penambahan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak b Tetap: apabila tidak ada perubahan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak. c Menurun: apabila terjadinya penurunan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak. Peningkatan pendapatan: adalah penambahan jumlah pemasukan rata-rata per hari atau perbulan dengan kategori sebagai berikut: a Baik: apabila terjadinya peningkatan pendapatan lebih dari 20 bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. b Sedang: apabila terjadinya peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman kurang dari 20 bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. c Jelek: apabila tidak terjadinya peningkatan pendapatan sama sekali bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman. 7. Perguliran pinjaman Adalah kondisi ataupun kegiatan yang dilakukan dalam rangka terjadinya perguliran atau peminjaman kembali baik kepada warga miskin yang telah mendapatkan maupun yang belum mendapatkan pinjaman dengan variable sebagai berikut: Jumlah Peminjam dan Penagihan. 31 Jumlah Peminjam: adalah jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali berulang dengan variable sebagai berikut: a Baik: apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali berulang lebih dari 40. b Jelek: apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali berulang kurang dari 40. Penagihan: adalah kegiatan yang dilakukan untuk menagih dana dari penunggak dalam upaya untuk tetap terjaganya perguliran dana tersebut. Dapat dikategorikan sebagai berikut: a Baik: apabila telah terbentuk tim kecil penagihan dan tim tersebut telah melakukan upaya penagihan secara rutin kepada para penunggak. b Sedang: apabila belum terbentuk tim kecil penagihan namun UPK secara rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak. c Jelek: apabila belum terbentuk tim kecil penagihan dan UPK tidak secara rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak.

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

Dokumen yang terkait

Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015

10 170 125

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2014

11 123 86

Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

8 100 116

Analisis Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Umum (PJKU) Madani Kota Tanjung Balai

5 113 118

Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan, Kel.Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari Kec.Medan Selayang-Medan)

1 36 115

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal)

1 41 126

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

EFEKTIFITAS MODAL DANA BERGULIR DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) (Studi kasus Program Penanggulangan Kemiskinan di Kota padang).

0 0 6

Penyebab Kemacetan Dana Bergulir Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Gisikdrono Semarang Barat.

0 0 1