Evaluasi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir Program Penangulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dan Strategi Penyempurnaannya (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun)

(1)

EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR

PADA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DI PERKOTAAN (P2KP)

DAN STRATEGI PENYEMPURNAANNYA

(Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun)

EKO RISWANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul : “Evaluasi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir Program Penangulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dan Strategi Penyempurnaannya (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, April 2009

Eko Riswanto

NRP H251064135

ABSTRACT

EKO RISWANTO. An evaluation revolving credit loan in the City Poverty Settlement Program and it’s accomplishment strategy ( a case study in Tanjung


(3)

Balai Karimun village). Under direction of ENDRIATMO SOETARTO and RINA OKTAVIANI.

City Poverty Settlement is one of the program conducted by the government which providing a loan as a capital for the poor society. One aspect of this program is economic aspect by providing credit loan for public trough Self Supporting Public Community (SPC), in order to increase the economic level of poor society. After one year the program being settled the biggest difficulties is the repayment, which is below the repayment rates prediction (90%) for micro credit. And cost the rollover of the fund is not running as well, therefore this program needs to be evaluated towards it’s engagement to find out deviation or derailed that occurred. This literacy using research or case study in Tanjung Balai karimun Village. Also to analyze using descriptive analyze towards variable and indicator and analytical Hierarchy Process (AHP) to define accomplishment program Strategy. Based on the evaluation of program preparation (input) gathered information that many of the creditors can’t fulfill the requirements, but still the credit granted by BKM/UPK. During the process of this program conclude that whether the village facilitator or UPK existence well known by the (SPC), but majority of the SPC members felt unsupported yet in solving this problem, and several factors costing the above difficulties are the understanding of program, diverting of fund use, and decreasing of public purchase. Whereas the output evaluation resulted that from this program, most of the SPC’s members economic welfare are increasing after they received the loan. However the increment is not yet significant and the fund rollover has not maximum, where reloan still below than 40%, and none of the debt collector team established which caused the payment is running improperly. Based on AHP analyze, the top priority to accomplish this program strategy is to do revision of the self support mapping.

Keywords: Fund rollover, Evaluation, Strategy, Analytical Hierarchy Process.


(4)

EKO RISWANTO, Evaluasi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir Pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Strategi Penyempurnaannya (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun) Dibimbing oleh ENDRIATMO SOETARTO dan RINA OKTAVIANI.

Salah satu kebijakan strategis yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam upaya menanggulangi kemiskinan adalah dengan memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk dapat mengakses faktor produksi melalui pemberian dana yang memadai sehingga menciptakan pembentukan modal usaha bagi masyarakat.

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum adalah merupakan salah satu dari sekian banyak program yang dilaksanakan pemerintah dengan pola pemberian modal bagi masyarakat miskin. Salah satu aspek pada program ini yaitu aspek ekonomi dengan pemberian dana pinjaman bergulir bagi masyarakat melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dengan tujuan agar keadaan ekonomi dari masyarakat golongan miskin semakin meningkat.

Permasalahan terbesar program ini setelah berjalan selama satu tahun di Kabupaten Karimun yaitu tingkat pengembalian sebesar 76,5% yang berarti dibawah target realisasi tingkat pengembalian (repaymment rates) kredit mikro diatas 90%. Hal ini menyebabkan perguliran dana tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga dari permasalahan tersebut perlu dievaluasi terhadap pelaksanaan program untuk mengetahui deviasi ataupun penyimpangan yang terjadi.

Dari hal tersebut diatas tujuan dari penulisan ini untuk mengevaluasi pelaksanaan program mulai dari tahap persiapan (Input), pelaksanaan (proses) sampai dengan dampak (output) yang dihasilkan serta merumuskan strategi bagi penyempurnaan dan pelaksanaan program di masa yang akan datang.

Kajian ini menggunakan penelitian atau studi kasus pada Kelurahan Tanjung Balai karimun. Penetapan kelurahan ini dengan pertimbangan merupakan kelurahan dengan tunggakan terbesar. Sedangkan dalam menganalisis data menggunakan analisis deskriptif terhadap variable dan indikator yang ada dan menggunakan Analytical Hierarchi Process (AHP) dalam penetapan strategi penyempurnaan program

Hasil evaluasi terhadap persiapan (Input) program diketahui bahwa banyak dari peminjam yang tidak memenuhi ketentuan yang dipersyaratkan, namun pihak BKM/UPK tetap memberikan pinjaman dan tidak melakukan pendampingan terlebih dahulu sampai KSM tersebut memenuhi kriteria kelayakan yang ditetapkan. Pada pelaksanaan (proses) program disimpulkan bahwa keberadaan fasilitator kelurahan maupun UPK selama ini diketahui dengan baik oleh anggoa KSM, namun sebagian dari anggota KSM tersebut merasa belum terbantu dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi dan faktor penyebab tunggakan yang terjadi adalah: pemahaman terhadap program, pengalihan pemanfaatan dana dan daya beli masyarakat yang menurun akibat kenaikan BBM. Sedangkan hasil evaluasi terhadap dampak (output) yang dihasilkan dari pelaksanaan program diketahui bahwa keadaan ekonomi anggota KSM setelah mendapatkan pinjaman sebagian besar mengalami peningkatan. Namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan. Sedangkan perguliran belum berjalan maksimal dimana pinjaman


(5)

kembali (berulang) dibawah 40% dan belum terbentuknya tim penagihan yang menyebabkan upaya penagihan tidak berjalan maksimal.

Berdasarkan analisa menggunakan AHP, revisi pemetaan swadaya merupakan prioritas utama dalam penyempurnaan program. Sedangkan strategi lainnya yang harus dilakukan dalam penyempurnaan program dimasa yang akan datang berturut-turut yaitu: pelatihan manajemen usaha atau magang bagi peminjam, pertemuan rutin melibatkan stakeholder dan instansi terkait, penyaluran modal sesuai dengan skala usaha, membuat tim kecil penagihan dan mekanisme baru penagihan, pelatihan/training secara berkala bagi pengelola lokal dan sosialisasi program kepada pihak ketiga (Bank/maupun non Bank).

Kata Kunci: Dana Bergulir, Evaluasi, Strategi, Analytical Hierarchi Process (AHP)


(6)

@ Hak cipta milik IPB milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(7)

EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI

PERKOTAAN (P2KP) DAN STRATEGI PENYEMPURNAAN

(Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun)

EKO RISWANTO

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Magister Manajeman Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009


(8)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MAEc

Judul Tugas Akhir : Evaluasi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir Program Penangulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) Dan Strategi Penyempurnaannya (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun)


(9)

NRP : H251064135

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Ujian : 4 April 2009 Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulisan kajian dengan judul Evaluasi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)


(10)

dan Strategi Penyempurnaannya (Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Balai Karimun) ini dapat diselesaikan tepat pada waktu yang diharapkan.

Pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil sehingga kajian ini dapat di selesaikan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA dan Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk mengarahkan, mengoreksi dan memperbaiki naskah kajian selama penulisan ini berlangsung;

2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MAEc selaku dosen penguji yang telah mengoreksi, memperbaiki dan merekomendasi kajian serta kelulusan ini;

3. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dan Dr. Ir. Yusman Syaukat M.Ec selaku Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah atas bimbingannya;

4. Segenap Dosen Pengajar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah.

5. Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun yang telah memberikan bea siswa Tugas Belajar sehingga penulis dapat mengikuti Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah ini;

6. Istriku tercinta Sulastri, S.Pt dan buah hatiku Najwa Salsabila dan Muhammad Tizani Al-Ghifahri yang selalu memotivasi di setiap langkah penulisan kajian ini;

7. Kedua orang tuaku, kedua adikku dan segenap keluarga besarku tercinta yang selalu mendoakan serta mendukung baik moril maupun materiil yang tak ternilai harganya;

8. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih besar atas kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis.

Akhirnya semoga hal-hal yang dibahas dalam kajian ini bermanfaat, Amin.

Bogor, April 2009

Eko Riswanto


(11)

Penulis dilahirkan di Bengkalis pada tanggal 24 Maret 1980 dari ayah Abdul Wahid dan ibu Sri Barat. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Lulus dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 004 Selatpanjang pada tahun 1992, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Selatpanjang pada tahun 1995 dan Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Selatpanjang pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Sumedang dan tamat pada tahun 2002.

Penulis bekerja pada Pemerintah Kabupaten Karimun sejak tahun 2002, diawal kedinasan penulis bekerja di Bagian Kepegawaian. Pada tahun 2003 dimutasi menjadi Sekretaris Kelurahan Moro. Selanjutnya berturut-turut dimutasi sebagai Lurah Moro dan merangkap Kepala Desa Jang Kecamatan Moro pada tahun 2004-2005, Sekretaris Kecamatan Karimun pada tahun 2005-2006 dan Sekretaris Kecamatan Tebing pada tahun 2006-2007. Pada tahun 2007 Penulis mendapatkan bea siswa Tugas Belajar dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun untuk melanjutkan pendidikan S-2 pada program Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor.

Penulis menikah dengan Sulastri S.Pt dan dikaruniai satu orang putri dan satu orang putra yaitu Najwa Salsabila dan Muhammad Tizani Al-Ghifahri.

DAFTAR ISI


(12)

DAFTAR ISI……….………..i DAFTAR TABEL……….iv DAFTAR GAMBAR………..v DAFTAR LAMPIRAN………vii DAFTAR SINGKATAN...viii I. II. III. IV. V. PENDAHULUAN……….

1.1.Latar Belakang………

1.2.Perumusan Masalah………

1.3.Tujuan dan Manfaat Kajian………

TINJAUAN PUSTAKA……… 2.1. Definisi Kemiskinan... 2.2. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat.... 2.3. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris... 2.4. Hasil Kajian Terdahulu...

METODOLOGI KAJIAN... 3.1. Kerangka Pemikiran... 3.2. Lokasi dam Waktu Kajian... 3.3. Metode Kajian... 3.3.1. Penelitian/Studi Kasus... 3.3.2. Penentuan Responden... 3.3.3. Metode Pengumpulan Data……….. 3.3.4. Metode Analisis Data………...

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……….. 4.1. Lokasi... 4.2. Kependudukan... 4.3. Perkembangan Perekonomian……… 4.3.1. Mata Pencaharian………. 4.3.2. Prasarana dan Kelembagaan Ekonomi………. 4.4. Perkembangan Sosial Budaya……… 4.4.1. Perkembangan Pendidikan... 4.4.2. Kegiatan Keagamaan... 4.4.3. Lembaga Kemasyarakatan... 4.4.3.1. Tim Penggerak PKK... 4.4.3.2. LPM... 4.4.3.3. BKM... EVALUASI PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP DI KELURAHAN TANJUNG BALAI KARIMUN... 5.1. Evaluasi Persiapan (Input) Program... 5.1.1. Kelayakan Lembaga Pengelola Pinjaman Begulir... 5.1.1.1. Terbentuk Secara Sah... 5.1.1.2. Pembuatan Aturan Dasar... 5.1.1.3. Kriteria Unit Pengelola Keuangan (UPK)... 5.1.2. Kelayakan Peminjam...

1 1 7 11 13 13 14 19 20 23 23 32 32 32 33 35 36 49 49 49 51 51 51 52 52 54 54 54 54 55 56 56 56 56 57 59 60


(13)

VI.

VII.

5.1.2.1. Pemetaan Swadaya... 5.1.2.2. Kelengkapan Administrasi... 5.1.2.3. Pelatihan... 5.1.2.4. Keanggotaan Perempuan... 5.1.3. Pendanaan... 5.1.3.1. Jumlah Dana... 5.1.3.2. Sumber Dana... 5.2. Evaluasi Pelaksanaan (Proses) Program... 5.2.1. Pendampingan... 5.2.1.1. Pengelola Lokal... 5.2.1.2. Fasilitator... 5.2.2. Penggunaan Dana... 5.2.2.1. Jenis Usaha... 5.2.2.2. Tingkat Pengembalian... 5.3. Evaluasi Dampak (Output) Program... 5.3.1. Keadaan Ekonomi... 5.3.1.1. Peningkatan Modal... 5.3.1.2. Penambahan Aset Kepemilikan... 5.3.1.3. Peningkatan Pendapatan... 5.3.2. Perguliran Pinjaman... 5.3.2.1. Jumlah Peminjam... 5.3.2.2. Penagihan...

STRATEGI PENYEMPURNAAN PEMANFAATAN DANA PINJAMAN BERGULIR P2KP... 6.1. Prioritas aspek yang beperan dalam penyempurnaan pemanfaatan

dana pinjaman bergulir P2KP... 6.2. Prioritas kriteria penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman

bergulir P2KP... 6.2.1. Kriteria penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman

bergulir P2KP pada aspek persiapan (Input) program... 6.2.2. Kriteria penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman

bergulir P2KP pada aspek pelaksanaan (proses) program... 6.2.3. Kriteria penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman

bergulir P2KP pada aspek dampak (output) program... 6.3. Prioritas alternatif strategi penyempurnaan pemanfaatan dana

pinjaman bergulir P2KP... KESIMPULAN DAN SARAN... 7.1. Kesimpulan... 7.2. Saran... 60 62 64 65 66 66 66 66 66 68 69 70 70 71 73 73 73 74 75 77 77 77 79 79 80 80 81 82 83 88 88 89

DAFTAR PUSTAKA………... 91

LAMPIRAN……… 93

DAFTAR TABEL


(14)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.

Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Karimun per Kecamatan Tahun 2006-2007...

Jumlah Penyaluran Kredit Koperasi dan UKM di Kabupaten Karimun Tahun 2002-2005...

Realisasi Penyaluran dan Besar Tunggakan BLM Tahap I Sampai Dengan Bulan September 2008...

Penyaluran BLM Tahap Pertama di Kabupaten Karimun...

Komposisi Responden Peminjam dan Responden Ahli...

Tujuan Kajian, Jenis Data dan Sumber Data……….

Nilai Skala Banding Berpasangan……….

Matriks Pendapat Individu………

Matriks Pendapat Gabungan………..

Daftar Nilai Random Indeks………..

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia……….

Angka Pengangguran……….

Prasarana dan Kelembagaan Ekonomi………..

Prasarana Pendidikan……….

Wajib Belajar 9 Tahun dan Angka Putus Sekolah………

Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 15 Tahun keatas...

Konsultasi serta Pendampingan kepada KSM...

Hasil Prioritas Alternatif Strategi Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun...

Tujuan dan Pelaksana Kegiatan Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Kelurahan Tanjung Balai Karimun...

2 5 9 33 35 36 39 40 40 42 50 51 52 52 53 53 67 83 86


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Dimensi Pokok Pemberdayaan………

Spektrum Kedalaman Partisipasi……….

Daur Hidup Pengembangan SDM dalam Kelembagaan Kelompok Orang Miskin………

Daur Hidup Pengembangan Usaha Produktif dalam Kelembagaan Kelompok Orang Miskin...

Daur Hidup Pengelolaan Kelembagaan Kelompok Orang Miskin...

Diagram Alir Kerangka Pemikiran...

Hierarki Alternatif Strategi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun...

Penduduk Berdasarkan Jumlah Jenis Kelamin Tahun 2008...

Kategori Lembaga Pengelola Berdasarkan Pembentukan Secara Sah...

Kategori Lembaga Pengelola Berdasarkan Pembuatan Aturan Dasar...

Kategori Lembaga Pengelola Berdasarkan Kriteria Unit Pengelola Keuangan (UPK)...

Kategori KSM Berdasarkan Pemetaan Swadaya...

Kategori KSM Berdasarkan Kelengkapan Administrasi...

Kategori KSM Berdasarkan Keiikutsertaan pada Pelatihan...

Kategori KSM berdasarkan Keanggotaan Perempuan...

Tanggapan Responden terhadap Pendampingan oleh Pengelola Lokal (BKM/UPK)...

Tanggapan Responden terhadap Pendampingan oleh Fasilitator

Kelurahan...

Jenis Usaha yang Dijalankan oleh Responden...

Jumlah KSM berdasarkan Tingkat Pengembalian...

Peningkatan Modal Responden setelah Mendapatkan Pinjaman... 15 17 17 18 18 24 48 50 57 58 59 61 63 64 65 68 69 71 72 74


(16)

21.

22.

23.

Penambahan Aset Kepemilikan Responden Setelah Mendapatkan Pinjaman...

Peningkatan Pendapatan Responden Setelah Mendapatkan Pinjaman....

Kategori Bedasarkan Proses Penagihan... 75

76


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Daftar Nama Responden Peminjam Dana Bergulir P2KP Kelurahan Tanjung Balai Karimun...

Print Out AHP Prioritas Aspek yang Berperan dalam Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP………

Print Out AHP Kriteria Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP pada Aspek Persiapan (Input) Program………

Print Out AHP Kriteria Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP pada Aspek Pelaksanaan (Proses) Program………...

Print Out AHP Kriteria Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP pada Aspek Dampak (Output) Program………...

Print Out AHP Prioritas Alternatif Strategi Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir

P2KP... .

Bobot Nilai Hierarki Alternatif Strategi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun...

93

94

95

96

97

98


(18)

DAFTAR SINGKATAN

AHP

BKM

BLM

BPS

FKPPM

HDI

IDT

JPS

KMW

Korkot

KPK

KSM

KUR

LPM

PEMP

PERT

PDM-DKE

PJM Pronangkis

PJOK

PKPS-BBM

Renta Pronangkis

PPK

P2KP

Analythic Hierarchy Process

Badan Keswadayaan Masyarakat

Bantuan Langsung Masyarakat

Biro Pusat Statistik

Forum Koordinasi Penyelenggaraan Pinjaman Modal

Human Development Index

Inpres Desa Tertinggal

Jaring Pengaman Sosial

Konsultan Manajemen Wilayah

Koordinator Kota

Komite Penanggulangan Kemiskinan

Kelompok Swadaya Masyarakat

Kredit Usaha Rakyat

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga

Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Krisis Ekonomi

Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan

Pejabat Operasional Kegiatan

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak

Rencana Tahunan Program Penanggulangan Kemiskinan

Program Pengembangan Kecamatan


(19)

P4K

RPJM

Takesra/Kukesra

UPK

UPL

UPS

UKM

UMKM

Program Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil

Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Tabungan Kesejahteraan Rakyat/Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat

Unit Pengelola Keuangan

Unit Pengelola Lingkungan

Unit Pengelola Sosial

Usaha Kecil dan Menengah


(20)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan di Indonesia merupakan permasalahan yang menjadi isu sentral dan sangat mendesak ditangani. Pada kabinet ”Indonesia Bersatu” strategi dan rencana aksi penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 dan menempati Bab tersendiri dalam dokumen RPJMN. Target pada RPJMN untuk penanggulangan kemiskinan adalah menurunkan setengah angka kemiskinan tahun 2004 sebesar 16,6% menjadi 8,3% pada tahun 2009. Untuk mencapai target itu Pemerintah menetapkan berbagai program yang bersifat sektoral maupun lintas sektoral (Bappenas, 2004).

Salah satu Program yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan tersebut adalah melalui pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Program ini dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Kabupaten Karimun merupakan salah satu Kabupaten yang mendapat bantuan pelaksanaan program P2KP pada tahap ketiga. Kabupaten yang terdapat di Propinsi Kepulauan Riau ini terbentuk berdasarkan Undang-undang no. 53 tahun 1999. Secara geografis posisi Kabupaten Karimun sangat strategis, karena berada pada jalur pelayaran Selat Malaka, dan berada di antara Kota Batam, Singapura, Malaysia, Kepulauan Riau dan Riau. Hal ini menjadikan Kabupaten Karimun sebagai tempat yang sangat strategis terutama untuk berbagai kegiatan yang merupakan imbas dari geostrategis tersebut. Disamping itu, salah satu wujud


(21)

dari keberadaannya telah pula menjadikan kegiatan perekonomian di Kabupaten Karimun semakin tumbuh dan bersaing.

Potensi selain dari tumbuhnya perekonomian di wilayah ini adalah sumberdaya alam yang terkandung di bumi Kabupaten Karimun. Dimana potensi sumber daya alam yang merupakan salah satu sumber pendapatan daerah terdiri dari bahan galian golongan B (timah) serta bahan galian golongan C (granit, pasir, batu pasir wacke, ocker, lempung dan sebagainya).

Meski Kabupaten Karimun memiliki potensi geografis dan sumber daya alam yang besar, namun tingkat kemiskinannya relatif cukup tinggi. Pada Tahun 2006, dari 51.520 Kepala Keluarga yang ada sebanyak 15.743 kepala keluarga termasuk kategori miskin. Yang berarti 30% dari total kepala keluarga yang ada. Sedangkan pada tahun 2007 terdapat kenaikan Kepala keluarga miskin menjadi 31% sebagaimana pada tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Keluarga Miskin Kabupaten Karimun per Kecamatan Tahun 2006-2007

Tahun 2006 Tahun 2007

No Kecamatan Jumlah KK Miskin Total Jumlah KK % KK Miskin thd Total KK Jumlah Penduduk Jumlah KK Miskin Total Jumlah KK % KK Miskin thd Total KK Jumlah Penduduk

1. Moro 1.757 4.993 35% 18.924 1.883 5.120 36% 19.496 2. Durai 813 1.579 51% 6504 873 1620 54% 6.701 3. Kundur 1.705 8.556 20% 35.546 1.980 8.774 38% 36.221 4. Kundur Utara 1.429 4.593 31% 18.874 1.524 4.710 22% 19.445 5. Kundur Barat 860 3.998 21% 16.520 936 4.100 23% 17.019 6. Karimun 3.263 9.123 35% 38.470 3.692 9.355 28% 39.633 7. Buru 1.295 2.683 48% 10.304 818 2.752 39% 10.615 8. Meral 3.353 10.862 30% 41.334 3.841 11.139 34% 42.584 9. Tebing 1.268 5.133 24% 23.399 1.081 5.264 20% 24.107

Jumlah 15.743 51.520 30% 209.875 16.328 52.832 31% 216.221

Sumber: Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun (2006 dan 2007)

Tingginya tingkat kemiskinan di Kabupaten Karimun bertolak belakang dengan kekayaan sumberdaya alamnya, yang mengindikasikan bahwa kemiskinan tersebut bukan disebabkan karena kemiskinan alami, tetapi lebih disebabkan oleh kemiskinan struktural. Wardhani dan Haryadi (2004) menyatakan bahwa kemiskinan struktural merupakan akibat atau hasil bekerjanya kekuatan makro-sosiologis dalam masyarakat, yaitu berupa proses yang menjauhkan rakyat dari


(22)

kepemilikan dan pengendalian sumberdaya ekonomi, sosial dan politik, yang berarti pula sebagai akibat dari ketidakadilan struktural. Diujung yang satu, ketidakadilan struktural terwujud sebagai perampasan hak-hak dasar manusia yang dengan sendirinya terkait pada masalah pembagian kesempatan.

Dalam upaya penanggulangan kemiskinan, salah satu pilihan kebijakan strategis yang dapat dilaksanakan adalah memberi peluang yang lebih besar kepada masyarakat untuk dapat mengakses faktor produksi. Untuk maksud tersebut maka dana merupakan salah satu aset produksi yang paling mendasar dalam kegiatan ekonomi (sumodiningrat, 1998). Tersedianya dana yang memadai dapat menciptakan pembentukan modal usaha bagi masyarakat. Sehingga dapat meningkatkan produksi, pendapatan dan menciptakan tabungan yang dapat digunakan untuk pemupukan modal secara berkesinambungan.

Selanjutnya menurut Sumodiningrat (1998), sesungguhnya modal usaha yang diperlukan setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kegiatan ekonominya harus berasal dari kemampuan sendiri. Modal tersebut dihimpun dari tabungan yang diperoleh dari surplus pendapatan. Tabungan yang dikumpulkan kemudian ditingkatkan menjadi investasi dan digunakan sebagai pembentukan modal.

Namun, menurut Maskun (1998), yang menjadi masalah bagi penduduk miskin adalah ketidakmampuan mereka menciptakan tabungan karena keterbatasan modal usaha pada permulaan siklus kegiatan ekonomi. Menyadari akan permasalahan tersebut, langkah yang ditempuh pemerintah selama ini adalah memberikan stimulasi dan motivasi dengan menciptakan katalis yang dapat menimbulkan daya gerak pada masyarakat yang bersangkutan. Motivasi dan stimulasi dilakukan dengan mengadakan gerakan-gerakan sosial dan penyuntikan dana dengan haapan memberi dampak yang berkepanjangan serta memberikan nilai tambah pada usaha-usaha yang telah dilakukan oleh masyarakat. Pola pendekatannya antara lain adalah dengan memberikan dana bantuan modal usaha bergulir. Melalui pendekatan pemberian bantuan dana bergulir tersebut diharapkan akan dapat menggairahkan kegiatan usaha ekonomi produktif yang diusahakan oleh masyarakat.


(23)

Upaya tersebut pada dasarnya bukan untuk menuntaskan secara menyeluruh masalah yang dihadapi masyarakat, akan tetapi sebagian besar permasalahan akan dituntaskan sendiri oleh kekuatan dan kemampuan masyarakat. Program-program dari manapun datangnya akan kecil artinya dibanding mekanisme pembangunan yang dapat dikembangkan sendiri oleh masyarakat. Yang diharapkan melalui program-program tersebut adalah masyarakat akan memiliki daya dorong yang kuat dan bertindak strategis dalam usaha melakukan proses perkembangan (Maskun, 1998).

Menyadari konsep diatas, upaya penanggulangan kemiskinan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) salah satunya adalah melalui pinjaman bergulir kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang membutuhkan dana untuk kegiatan yang terkait usaha produktif untuk anggota-anggotanya. Kegiatan ini termasuk dalam komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Dimana masyarakat melakukan proses pembelajaran untuk menanggulangi masalah kemiskinan melalui praktek langsung dilapangan oleh masyarakat sendiri dengan melaksanakan apa yang sudah direncanakan (PJM dan Renta Pronangkis), dengan dukungan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dimaksud. Harapannya adalah melalui praktek langsung dalam stimulan BLM tersebut masyarakat secara bertahap mampu menumbuhkembangkan keberdayaaan sendiri dalam tiga aspek, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.

Adapun pelaksanaan pembangunan ekonomi yang mengacu pada konsep dana bergulir yang dananya bersumber dari APBD Kabupaten Karimun adalah program Usaha Kecil Menengah (UKM). Program yang bersifat lintas sektoral ini dikoordinir dibawah suatu forum atau wadah yang bernama Forum Koordinasi Penyelenggaraan Pinjaman Modal (FKPPM). Sejak dimulainya program ini pada tahun 2002 sampai tahun 2005, FKPPM telah menyalurkan kredit Koperasi dan UKM sebesar 18 milyar rupiah sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.


(24)

Tabel 2. Jumlah Penyaluran kredit Koperasi dan UKM di Kabupaten Karimun Tahun 2002-2005

No Tahun Penyaluran Nilai (Rp)

1. 2. 3. 4.

2002 2003 2004 2005

10.000.000.000,00 5.000.000.000,00 2.000.000.000,00 1.000.000.000,00 Total Penyaluran 18.000.000.000,00 Sumber: FKPPM Kabupaten Karimun (2002 s/d 2005)

Dari total penyaluran sebesar 18 Milyar rupiah tersebut terdapat tunggakan sebesar Rp. 9.062.084.150 yang terdiri dari tunggakan pokok sebesar Rp. 8.127.495.969 atau 41,50% dari total platfond kredit yang diberikan. Hal tersebut mengakibatkan adanya potensi keuangan daerah dan tujuan investasi jangka panjang kredit koperasi dan UKM sebagai dana bergulir tidak berjalan sebagaimana mestinya. Permasalahan tersebut juga menyebabkan program ini sempat terhenti pada tahun 2006 dan 2007.

Hasil evaluasi Bagian Program dan Evaluasi Sekretariat Daerah terhadap penyebab terjadinya permasalahan tunggakan kredit UKM tersebut adalah: (1) Kurangnya pemahaman penerima kredit dalam memanfaatkan dana pinjaman yang berakibat pada penyalahgunaan pinjaman dari tujuan awal untuk mengembangkan usaha menjadi pembelian barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kendaraan dan sejenisnya; (2) Menurunnya iklim investasi dan perekonomian Kabupaten Karimun secara umum turut mempengaruhi kemajuan usaha penerima kredit; (3) Pengaruh kenaikan BBM mengakibatkan tingginya biaya operasional usaha kecil/rumah tangga yang harus dikeluarkan; (4) Rentang jarak tempuh yang cukup jauh antara penerima kredit dengan pihak bank mengakibatkan lambatnya pengembalian pinjaman; (5) Sebagian penerima pinjaman adalah petani dan nelayan yang sangat bergantung kepada hasil panen secara musiman dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengelolanya; (6) Masih kurangnya pembinaan yang diberikan baik dari tim FKPPM maupun dinas/instansi terkait.

Sedangkan program-program dari pusat yang selama ini dikenal menggunakan pola pendekatan bantuan dana bergulir adalah program yang arahnya dalam kerangka pengentasan kemiskinan seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT), Program Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K), Jaring


(25)

Pengaman Sosial (JPS), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Krisis ekonomi (PDM-DKE), Tabungan Kesejahteraan Rakyat/Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat (Takesra/Kukesra), Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM), Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP), Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan sebagainya. Sasaran akhir yang diharapkan dari pelaksanaan program tersebut adalah untuk memandirikan masyarakat miskin melalui jalan memberdayakan kegiatan ekonominya.

Terlepas dari keberhasilan yang sudah dicapai, program-program tersebut selain masih dirancang secara terpusat, juga dalam implementasinya direduksi menjadi persoalan sektoral, sehingga lebih berciri instansional dan kurang menyentuh faktor-faktor dasar yang menjadi penyebab kemiskinan itu sendiri serta mengabaikan kekhasan pada pola-pola penanggulangan kemiskinan yang berkembang di dalam masyarakat. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila tingkat keberhasilan dan keberlanjutannya program-program dimaksud diatas masih rendah. Fakta tersebut diperoleh dari berbagai informasi yang dilaporkan secara luas sehubungan dengan pelaksanaan evaluasi program dimaksud. Mubyarto (2000) mengemukakan hasil evaluasi pelaksanaan program IDT pada lima propinsi sample, sangat berhasil di dua propinsi yaitu D.I. Yogyakarta dan Bali, tetapi gagal di Kalimantan Barat, Maluku dan Irian.

Pendekatan pembangunan yang bersifat bottom-up dalam pelaksanaannya terbentur pada kapasitas aparat yang rendah dan seringkali menunggu perintah atasan atau juklak sehingga akhirnya hanya sebatas semangat saja. Kondisi tersebut menguatkan tesis yang menyatakan bahwa meluasnya kemiskinan justru terjadi karena persoalan-persoalan struktural , seperti tidak adanya good will dan

political will pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan, tidak adanya clean and good governance, tertutupnya akses sumberdaya dan buruknya sistem monitoring dan evaluasi. Padahal evaluasi program sangat diperlukan untuk melihat seberapa besar manfaat yang bisa diterima oleh masyarakat miskin sebagai target sasaran kegiatan.


(26)

Manfaat dari kegiatan monitoring dan evaluasi adalah sebagai umpan balik (feed back) dari proses perencanaan dan pelaksanaan kebijakan/program yang telah dilakukan. Umpan balik tersebut dapat digunakan sebagai input dalam memperbaiki serta menyusun kebijakan/program selanjutnya. Selain itu monitoring/evaluasi bermanfaat untuk terus memantau pelaksanaan suatu program sehingga dapat diketahui ketika terjadi deviasi dalam pelaksanaan program tersebut.

Bertitik tolak dari uraian diatas, maka keragaan program yang menggunakan pola pendekatan kredit/pinjaman dana bergulir menjadi menarik untuk dikaji karena di satu sisi kehadiran dana bergulir sangat membantu masyarakat dalam hal penyediaan modal untuk kegiatan usaha, namun di sisi lain program-program yang dilaksanakan selama ini belum menunjukkan hasil yang maksimal terutama dalam hal keberlanjutan perguliran dananya. Sehingga pada program dana bergulir P2KP ini perlu dilaksanakan kajian untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dimasa yang akan datang.

1.2. Perumusan Masalah

Penanggulangan kemiskinan melalui program P2KP dilakukan dengan memberdayakan masyarakat melalui tiga jenis kegiatan pokok yaitu Infrastruktur, Sosial dan Ekonomi yang dikenal dengan Tridaya. Dalam kegiatan ekonomi, diwujudkan dengan kegiatan Pinjaman Bergulir, yaitu pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dimana BKM/UPK berada dengan ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan berdasarkan Pedoman yang telah ada, namun keputusan untuk melaksanakannya diserahkan sepenuhnya kepada warga masyarakat setempat.

Pelaksanaan kegiatan Pinjaman Bergulir dalam P2KP ini bertujuan untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis pasar untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar.

Ketentuan umum atau skim Pinjaman Bergulir dalam P2KP secara ringkas terdiri dari: (1) Peminjam adalah warga miskin yang tergabung dalam kelompok


(27)

KSM dengan anggota minimal 3 orang dan minimal 30% adalah wanita; (2) pinjaman untuk mengembangkan usaha yang tidak melanggar ketentuan, bukan untuk menunjang kepentingan militer atau politik; (3) Besar pinjaman pertama kali maksimal Rp.500.000,- per orang (disesuaikan dengan usahanya dan kemampuan membayarnya). Besar pinjaman berikutnya tergantung pada pembayaran kembalinya, dan besar pinjaman terakhir maksimal Rp. 2 juta; (4) Jasa pinjaman ditetapkan 1,5% sampai dengan 3%, dihitung dari pokok pinjaman semula, dan dibayar bersamaan dengan pembayaran angsuran pokok pinjaman; (5) Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan, disesuaikan dengan kegiatan usaha pinjaman; (6) Peminjam hanya bisa meminjam sebanyak 4 kali pinjaman dengan catatan pengembaliannya lancar; dan (7) Angsuran pinjaman maksimal secara bulanan. Sedangkan bagi anggota KSM yang telah menerima pinjaman sampai batas maksimal (Rp. 2 juta atau 4 kali pinjaman) maka BKM/UPK: (a) memberikan rekomendasi anggota KSM tersebut ke Lembaga Keuangan Formal; (b) Mengupayakan chanelling sebagai sumber dana pinjaman.

Berdasarkan ketentuan di atas khususnya pada ketentuan jangka waktu pinjaman yang ditetapkan selama 3-12 bulan, maka pelaksanaan dana pinjaman bergulir di Kabupaten Karimun yang telah dimulai pada bulan Juni Tahun 2007 telah dapat dievaluasi sehingga diketahui permasalahan yang terjadi ataupun manfaat yang telah dirasakan masyarakat.

Setelah berjalan selama setahun, permasalahan ataupun kendala terbesar yang dihadapi sampai saat ini adalah mengenai pengembalian dana pinjaman bergulir tersebut. Dimana dari data Koordinator Kota (Korkot) Kabupaten Karimun sampai dengan September 2008 dari total realisasi penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) tahap pertama sebesar Rp. 1.053.500.000 terdapat tunggakan sebesar Rp. 246.974.500 yang berarti baru 76.5% angsuran yang dikembalikan. Ini dibawah target realisasi tingkat pengembalian (repayment rates) kredit mikro diatas 90%. Dari total tunggakan yang tersebar di 8 kelurahan penerima bantuan P2KP, Kelurahan Tanjung Balai Karimun menempati urutan tertinggi dengan jumlah tunggakan sebesar Rp. 73.125.000 Sedangkan yang paling sedikit adalah Kelurahan Harjosari dengan jumlah tunggakan sebesar Rp. 1.863.500 sebagaimana pada tabel 3 dibawah ini.


(28)

Tabel 3. Realisasi Penyaluran dan Besar Tunggakan BLM Tahap I Sampai Dengan Bulan September 2008

No Kelurahan/Desa Penyaluran Tunggakan

1. Tanjung Balai Karimun Rp. 217.000.000 Rp. 73.125.000 2. Teluk Air Rp. 83.000.000 Rp. 29.381.500 3. Harjosari Rp. 130.000.000 Rp. 1.862.500 4. Baran Rp. 57.000.000 Rp. 36.587.500 5. Meral Kota Rp. 289.000.000 Rp. 59.912.000 6. Pamak Rp. 44.500.000 Rp. 6.836.500 7. Parit Rp. 143.000.000 Rp. 17.632.000 8. Tulang Rp. 90.500.000 Rp. 21.637.500 Total Rp. 1.053.500.000 Rp. 246.974.500 Sumber: Korkot Kabupaten Karimun, 2008 (diolah)

Mengingat permasalahan tunggakan diatas dan cakupan yang luas dimana dari 8 Kelurahan/Desa sasaran tersebut selanjutnya disalurkan kepada 376 KSM dengan total peminjam sebanyak 2147 orang, maka diperlukan suatu kajian yang mendalam terhadap satu Kelurahan melalui penelitian/studi kasus. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto,1997).

Kelurahan Tanjung Balai Karimun dipilih dalam kajian ini dengan pertimbangan selain dari permasalahan tunggakan diatas, Kelurahan ini merupakan Kelurahan dengan jumlah penduduk miskin (Prasejahtera dan Sejahtera I) sebesar 687 KK. Dimana untuk Kelurahan/Desa sasaran P2KP, merupakan Kelurahan dengan penduduk miskin kedua terbesar setelah Meral Kota.

Secara teoritis, sejak digulirkan kepada masyarakat program pemberdayaan yang berbasis pada kelurahan ini diyakini akan mendorong kegiatan ekonomi masyarakat terutama yang berbasis kegiatan ekonomi mikro. Hal ini dimungkinkan karena kegiatan P2KP direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh masyarakat secara langsung serta kegiatannya berorientasi pada usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anggota masyarakat dengan memperhatikan Local Spesific atau kekhasan masing-masing daerah. Namun dalam prakteknya terdapat deviasi ataupun penyimpangan sebagaimana disebutkan diatas.


(29)

Penyimpangan pada hasil sementara ataupun hasil akhir (output) dari suatu program tidak terlepas dari penyimpangan yang terjadi pada tahapan perencanaan ataupun Input program maupun pada proses pelaksanaan suatu program. Sehingga untuk mengevaluasi suatu program khususnya pada pinjaman bergulir P2KP ini harus dievaluasi mulai dari Input, Proses dan akhirnya pada

Output yang dihasilkan.

Evaluasi terhadap persiapan (Input) program yaitu evaluasi yang dilakukan pada kegiatan atau persiapan yang dilaksanakan sebelum dana bergulir tersebut diserahkan kepada anggota KSM (peminjam) yaitu mengenai kelayakan lembaga pengelola dana pinjaman bergulir dalam hal ini BKM/UPK dan kelayakan masyarakat yang tergabung dalam KSM Peminjam sebagai calon peminjam. Selain itu dalam hal pendanaan diperbolehkan bagi BKM/UPK mendapatkan dana diluar dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Sehingga perlu juga dievaluasi mengenai realisasi dana yang diperoleh diluar dana BLM tersebut. Sehingga pertanyaan awal kajian ini adalah ”Bagaimanakah implementasi persiapan (input) pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun?”.

Sedangkan evaluasi terhadap pelaksanaan (proses) program adalah evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan setelah masyarakat mendapatkan dana pinjaman bergulir P2KP. Evaluasi yang dilakukan adalah mengenai pengembangan usaha yang dijalankan oleh anggota KSM dalam memanfaatkan dana tersebut. Hal ini dilihat dari jenis usaha yang dijalankan, baik usaha yang telah berjalan sebelumnya maupun usaha yang dijalankan setelah mendapatkan pinjaman dimaksud. Selain itu dalam pelaksanaan kegiatan ini perlu dievaluasi terhadap pengembalian atau angsuran terhadap pinjaman yang telah diberikan. Pertanyaan kajian yang berkaitan dengan hal ini adalah: ”Bagaimanakah implementasi pelaksanaan (Proses) pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun?”

Dampak atau output yang ingin dicapai adalah sesuai dengan tujuan umum dari dilaksanakannya pinjaman bergulir P2KP yaitu keadaan ekonomi dari masyarakat golongan miskin dapat meningkat dengan indikator meningkatnya modal usaha, aset kepemilikan dan pendapatan. Sehingga perlu dievaluasi


(30)

terhadap dampak yang dihasilkan setelah berjalannya program ini selama setahun. Selain itu perlu dievaluasi juga terhadap upaya agar perguliran pinjaman atau keberlanjutan progam ini tetap terjaga. Dimana salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penagihan kepada anggota KSM yang melakukan tunggakan pembayaran. Pertanyaan kajian yang berkaitan dengan hal ini adalah: ”Bagaimanakah dampak (output) pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun?”

Dari hasil evaluasi yang dilakukan dan mengingat pentingnya program pinjaman bergulir ini bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat golongan miskin maka perlu disusun suatu strategi penyempurnaan untuk perbaikan program di masa yang akan datang. Sehingga dapat menjawab pertanyaan “Bagaimanakah strategi penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun?”.

1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian

Kajian ini secara umum bertujuan untuk menelaah dan menganalisis: “Evaluasi Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Strategi Penyempurnaannya di Kelurahan Tanjung Balai Karimun”. Untuk mendapatkan tujuan umum tersebut, maka tujuan spesifik kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi persiapan (Input) pemanfaaan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun;

2. Mengevaluasi pelaksanaan (Proses) pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun;

3. Mengevaluasi Dampak (Output) pemanfaaan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun;

4. Menganalisis strategi baru bagi penyempurnaan pemanfaatan dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun.

Adapun manfaat dari kajian ini adalah:

1. Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam merumuskan kebijakan pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Karimun.


(31)

2. Kajian ini sangat bermanfaat bagi penulis untuk memperluas cakrawala berpikir dalam pembangunan daerah khususnya membantu upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.


(32)

II. TINJAUAN

PUSTAKA

2.1. Definisi Kemiskinan

Definisi Kemiskinan mengalami perkembangan pesat dalam dua puluh tahun terakhir, mulai dari definisi yang berdasarkan pada ketidakmampuan untuk membeli/memenuhi kebutuhan fisik (pengeluaran) sampai kepada ketidakmampuan memenuhi standar hidup yang layak, seperti harapan hidup, kesehatan, dan melek huruf yang sering diukur dengan Human Development Index (HDI). Konsep yang terakhir yang berkembang adalah kemiskinan ditinjau dari dimensi kerentanan dan resiko untuk jatuh miskin (vuinerability/risk) dan ketidakberdayaan serta tidak didengarnya suara orang miskin

(powerless/voiceless) dalam proses kehidupan bermasyarakat (Wardhani dan Haryadi, 2004).

Dalam konteks penanggulangan kemiskinan, konsep kemiskinan memiliki dimensi yang lebih luas atau multidimensi, walaupun penekanannya lebih banyak pada aspek ekonomi atau pengeluaran. Kemiskinan dalam konteks ini didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang , laki-laki dan perempuan, tidak dapat memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Definisi ini beranjak dari pemikiran dan pengakuan bahwa setiap orang, laki-laki atau perempuan mempunyai hak-hak dasar yang sama dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian, kemiskinan tidak lagi dipahami secara sempit hanya berdasarkan kemampuan ekonomi semata, tetapi sesuai dengan pengertian kemiskinan multidimensi yang diterangkan diatas, yaitu kegagalan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan menghilangkan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, dalam menjalani kehidupan yang bermartabat.

Upaya untuk menangulangi kemiskinan, KPK Pusat (2004) menyatakan bahwa strategi utama dalam menanggulangi kemiskinan multidimensional yang dihadapi saat ini dilaksanakan melalui 4 strategi utama yaitu: perluasan kesempatan bekerja dan berusaha, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas, dan perlindungan masyarakat. Dari keempat strategi tersebut pemberdayaan masyarakat menjadu ’ruh’ bagi ketiga strategi lainnya.


(33)

2.2. Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat.

Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai tampak ke permukaan sekitar dekade 1970an, dapat dipandang sebagai bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran yang muncul pada paruh abad ke 20 yang lebih dikenal dengan aliran post-modernisme. Aliran ini menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi pada jargon antisistem, antistruktur, antideterminisme yang diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari reaksi terhadap alam fikiran, tata masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara (pranarka dan Vidhyandika, 1996). Selanjutnya dinyatakan bahwa konsep pemberdayaan bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat. Pada hakikatnya, proses pemberdayaan dipandang sebagai depowerment dari sistem kekuasaan yang mutlak-absolut. Konsep ini digantikan dengan sistem baru yang berlandaskan ide manusia dan kemanusiaan (humanism).

Craig dan Mayo (1995) menyatakan bahwa perspektif Maxis terhadap

power dalam masyarakat kapitalis tidak dapat dipisahkan dari kekuatan ekonomi.

Power ini bersinggungan erat dengan kepentingan-kepentingan kapitalis lewat kerjasama transnasional yang berskala global. Dalam keadaan semacam itu, pemberdayaan masyarakat miskin dibatasi oleh gerakan-gerakan kapitalis. Karena itu, masyarakat miskin harus diberdayakan untuk dapat berpartisipasi lebih efektif dalam proyek dan program pembangunan yang dicanangkan pemerinah. Kemampuan tawar menawar (bargaining position) dan pelayanan terhadap masyarakat miskinpun semakin meningkat.

Konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada tingkat kekuatan individu dan sosial. Mcardle (1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekwen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan dan sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa tergantung pada pertolongan


(34)

dari hubungan eksternal. Wardhani dan Haryadi (2004) mengartikan pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses untuk meningkatkan aset dan kemampuan masyarakat, terutama yang miskin dan terpinggirkan menuju keswadayaan dan kemandirian. Pada konteks ini, proses pemberdayaan masyarakat bertumpu pada upaya penyadaran (conscientization), peningkatan kapasitas (capacity building), self organization, akses terhadap sumberdaya serta pengembangan kemampuan advokasi, yang diharapkan secara bertahap mampu menginisiasi perubahan yang mendasar dalam tata kehidupan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dalam kiprahnya berorientasi pada collective-self-empowerment mempunyai sasaran ganda yaitu meningkatkan keswadayaan masyarakat untuk keluar dari belenggu rantai kemiskinan (poverty circle) dan mendorong perubahan instituis dan kebijakan Publik yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Reformasi Kelembagaan Masyarakat Miskin dan Pemerintahan Organisasinya

Aturan main dan Proses Norma dan Tingkah Laku Dukungan bagi Pemberdayaan • informasi • partisipasi/inklusif • akuntabilitas • kapasitas kelembagaan lokal

Aset dan kapabilitas INDIVIDUAL • Materi • Insani • Sosial • Politik KOLEKTIF • Suara • Organisasi • Perwakilan

Kondisi Sosial Ekonomi dan Politik

Hasil/Dampak Pembangunan

• Perbaikan tata pemerintahan dan akses keadilan

• Layanan dasar yang efektif dan inklusif

• Akses pasar dan layanan bisnis yang makin adil

• Penguatan masyarakat madani

• Penguatan organisasi

masyaraka miskin

• Peningkatan kepemilikan aset dan kebebasan memilih

Sumber: Narayan (2002)

Gambar 1. Dimensi Pokok Pemberdayaan

Nerayan (2002) menyatakan bahwa ada tiga dimensi pokok pemberdayaan yang secara ringkas ditunjukkan pada Gambar 1. Pertama, inti: investasi untuk meningkatkan aset dan kemampuan masyarakat miskin, baik sebagai individu maupun secara kolektif. Arahnya adalah kemampuan memecahkan masalah secara swadaya dan peningkatan daya tawar dalam hubungan kelembagaan.


(35)

Kedua, penunjang: reformasi kelembagaan kepemerintahan (dan lokus kekuasaan lain) menuju good governance dan akuntabilitas Publik baik akibat tuntutan masyarakat maupun karena keharusan penyesuaian dengan pergeseran paradigma pembangunan. Ketiga, mekanisme: merubah tata hubungan, terutama hubungan kekuasaan melalui proses dialogis/interaktif menuju tata hubungan berdasarkan kesetaraan, keadilan dan kemartabatan.

Berdasarkan Gambar 1 tersebut, ada empat kunci yang perlu diacu dalam rekonstruksi masyarakat melalui pemberdayaan desa yaitu: (i) akses informasi, (ii) keikutsertaan/partisipasi, (iii) akuntabilitas, dan (iv) kapasitas keorganisasian lokal. Disamping aspek substansi, yang lebih penting dalam pemberdayaan masyarakat desa adalah proses, terutama partisipaasi dan pembelajaran.

Craig dan Mayo (1995) menyatakan bahwa partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Sebaiknya, orang-orang harus terlibat dalam proses tersebut sehingga mereka dapat lebih memperhatikan hidupnya untuk memperoleh rasa percaya diri, memiliki harga diri dan pengetahuan untuk mengembangkan keahlian baru. Prosesnya dilakukan secara kumulatif sehingga semakin banyak keterampilan yang dimiliki maka akan semakin baik kemampuan partisipasinya. Selanjutnya Wardhani dan Haryadi (2004) menyatakan bahwa proses pemberdayaan merujuk pada bentuk partisipasi yang paling intens berupa berbagi kewenangan (shared control) sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2. Oleh karena pemberdayaan masyarakat desa adalah suatu proses pembelajaran sosial yang berkesinambungan, maka selain proses saling memahami dan saling belajar antara stakeholders, dalam proses pemberdayaan masyarakat desa mereka perlu secara bersama-sama mencari solusi pemecahan masalah dengan mengedepankan pendekatan

Participatory Learning and Action.

Tukar Konsultasi/ Kolaborasi/Pengambilan Pemberdayaan/ Informasi Umpan Balik Keputusan Bersama Berbagi Kewenangan

Dangkal Dalam

Sumber: Wardhani dan Haryadi (2004)


(36)

Secara ringkas pemberdayaan masyarakat desa dapat dirangkum menjadi tiga daur hidup yang disebut Tri Daya (Wardhani dan Haryadi, 2004), yaitu: (i) Daur hidup pengembangan sumberdaya manusia (SDM) dalam kelembagaan

kelompok orang miskin, meliputi: proses penyadaran diri yang diikuti dengan pengembangan kepemimpinan bersama/kolektif. Selanjutnya dilakukan pengembangan perilaku wirausaha sosial agar mereka mampu mengelola usaha bersama/mikro. Daur hidup pengembangan SDM ditunjukkan pada Gambar 3.

Penyadaran Diri

KELOMPOK

Perilaku Wirausaha Sosial

Kepemimpinan Bersama Usaha Bersama

Mikro

Sumber: Wardhani dan Haryadi (2004)

Gambar 3. Daur Hidup Pengembangan SDM dalam Kelembagaan

Kelompok Orang Miskin

(ii) Daur hidup pengembangan usaha produktif dalam kelembagaan kelompok orang miskin, meliputi: Pengaturan ekonomi rumah tangga (ERT) agar mereka mampu menabung bersama dalam kelompok. Menabung bersama dalam kelompok untuk modal usaha bersama yang digunakan dalam kegiatan usaha produktif. Daur hidup usaha produktif ditunjukkan pada Gambar 4.


(37)

Pengaturan ERT

KELOMPOK

Modal Bersama

Menabung Bersama Usaha

Produktif

Sumber: Wardhani dan Haryadi (2004)

Gambar 4. Daur Hidup Pengembangan Usaha Produktif dalam kelembagaan Kelompok Orang Miskin

(iii) Daur hidup kelembagaan kelompok orang miskin, meliputi: pengelolaan organisasi yang akuntabel sehingga didapatkan kepemimpinan yang partisipatif diikuti pengelolaan keuangan yang transparan dan pengembangan jejaring yang luas. Daur hidup kelembagaan kelompok orang miskin ditunjukkan pada Gambar 5.

Pengelolaan Organisasi

KELOMPOK

Pengelolaan Keuangan

Kepemimpinan Partisipatif Pengembangan

Jaringan

Sumber: Wardhani dan Haryadi (2004)

Gambar 5. Daur Hidup Pengelolaan Kelembagaan Kelompok Orang Miskin


(38)

2.3. Monitoring dan Evaluasi Partisipatoris

Dalam sistem Monitoring dan Evaluasi (M&E) Proyek-proyek Pembangunan Pertanian dan Pedesaan terjemahan dari buku ”Monitoring and Evaluation Guiding Principles”, tujuan dari evaluasi adalah mengubah seperangkat sumber daya yang tersedia (input) untuk menghasilkan output dan

impact (dampak).

- Input (masukan) adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumber daya lainnya yang perlu tersedia untuk terlaksananya kegiatan dalam rangka menghasilkan output (hasil) dan mencapai tujuan program.

- Output (hasil) adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai tujuan program.

- Effect (pengaruh langsung) adalah merupakan kenyataan yang dihasilkan oleh program pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang program.

- Dampak (impact) juga dapat diartikan sebagai perubahan akhir dalam kondisi kehidupan kelompok sasaran yang diakibatkan (sepenuhnya atau sebagian) oleh pelaksanaan suatu program.

Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relavansi, efisiensi, efektifitas dan dampak kegiatan-kegiatan program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Evaluasi ini merupakan proses untuk meneympurnakan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, membantu prencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan di masa depan.

Jenis-jenis evaluasi berdasarkan waktu terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Evaluasi sewaktu berjalan (on going evaluation)

Suatu analisis yang dilakukan ketika pelaksanaan program sedang berlangsung, yang dilakukan untuk membantu para pengambil keputusan apakah program dapat dipertahankan atau tidak.


(39)

2. Evaluasi Akhir (terminal Evaluation)

Evaluasi yang dilaksanakan paling tidak enam sampai dua belas bulan setelah program berakhir atau sebelum memulai fase program berikutnya sebagai pengganti ex post evaluation (evaluasi menyeluruh) pada program-program berjangka waktu singkat yang kebanyakan berjangka waktu satu tahun.

3. Evaluasi menyeluruh (ex post evaluation)

Evaluasi yang dilaksanakan pada saat perkembangan program telah tercapai sepenuhnya, yaitu beberapa tahun setelah proyek ini berakhir, bila manfaat dan dampak yang diharapkan dari program telah terealisasi sepenuhnya.

Monitoring dan evaluasi partisipasoris merupakan alat untuk belajar dari pengalaman, dari keberhasilan kegagalan, untuk kemudian melakukan yang lebih baik di masa datang. Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi mempunyai dua tujuan: (a) merupakan alat manajemen yang dapat membantu orang meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, (b) merupakan proses pendidikan dimana para partisipan meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan faktor-faktor yang mempengaruhi situasi mereka, dan dengan demikian meningkatkan kontrol mereka terhadap proses pembangunan (Mikkelsen, 1999).

Prosedur monitoring dan evaluasi dapat dilihat sebagai proses dalam suatu sistem yang mengijinkan pemakai secara berkesinambungan berbagi dalam menilai kemajuan mereka sendiri dan secara periodik mengevaluasi proses itu untuk mengambil pelajaran dari kesalahan. Partisipasi sejati dalam monitoring dan evaluasi mensyaratkan bahwa para peserta terlibat dalam tahap-tahap sebelumnya, yaitu dalam pembuatan perencanaan dan keputusan dalam proses pelaksanaan serta dalam berbagai manfaat.

2.4. Hasil Kajian Terdahulu

Kajian mengenai dana bergulir pernah dilakukan oleh Goma (2004) melakukan kajian mengenai ”Pengembangan Kredit Dana Bergulir dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat (Kasus Kelurahan Tegal Rejo Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah)”, menyatakan bahwa pengelolaan program kredit dana bergulir yang dilaksanakan di Kelurahan Tegal


(40)

Rejo belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip partisipatif, kemandirian, keterpaduan, keberlanjutan, maupun pemberdayaan. Hal ini tercermin dari hasil evaluasi keragaan program dimaksud seperti masih kurangnya pelibatan masyarakat pada setiap tahapan pengelolaan program, kurangnya koordinasi antar instansi, kurangnya memberikan kesempatan, pengetahuan dan ketrampilan kepada masyarakat untuk meningkatkan kapasitas atau kemampuannya. Kajian dilakukan dengan metode analisis deskriptif. Sedangkan penyusunan program dilakukan dengan menggunakan metode PRA (Participatory Rural Appraisal). Untuk memperbaiki performa pelaksanaan program kredit dana bergulir di Kelurahan Tegal Rejo ke depan maka secara partisipatif telah disusun rancangan kegiatan yang perlu dilakukan adalah : (1) penyusunan program secara partisipatif ; (2) perumusan mekanisme perguliran secara terpadu dan partisipatif ; (3) sosialisasi dan penyiapan kelompok masyarakat secara intensif ; (4) survey dan perhitungan kesesuaian jumlah pinjaman dengan pengembangan usaha ; (5) membuat dan menandatangani secara bersama-sama kontrak perjanjian ; (6) penempatan pendamping di lokasi sesuai kontrak ; (7) pembinaan dan monitoring secara berkelanjutan dengan melibatkan pemimpin (baik formal maupun informal) yang ada di desa.

Saidi (2003) melakukan kajian yang berjudul ”Strategi Peningkatan Efektivitas Penyaluran Dana Usaha Desa/Kelurahan Untuk Penanggulangan Kemiskinan (Kajian di Kota Pekanbaru Provinsi Riau)”. Hasil kajian menunjukkan bahwa pinjaman modal usaha dari Dana Usaha Desa/kelurahan efektif dalam menanggulangai kemiskinan. Pendapatan bersih keluarga miskin yang mendapat pinjaman modal usaha dari Dana Usaha Desa meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan pendapatan bersih sebelum mendapatkan pinjaman modal usaha. Selain itu lebih dari dua pertiga keluarga miskin yang mendapatkan pinjaman modal usaha produktivitas usahanya meningkat. Metode analisis yang digunakan dalam kajiannya adalah metode analisis deskriptif. Sedangkan strategi utama untuk meningkatkan efektifitas penyaluran Dana Usaha Desa adalah meningkatkan jumlah Desa/kelurahan sasaran program, menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk pendanaan, peningkatan sosialisasi program kepada masyarakat luas dan memberikan pelatihan.training kepada pengelola UED/K-SP.


(41)

Solihin (2005) melakukan kajian mengenai ”Evaluasi Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat (Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat). Kajian tersebut memaparkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan dan permasalahan program pemberdayaan masyarakat khususnya program P2KP di Kelurahan Abadijaya yaitu pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Hasil kajian pada aspek ekonomi menunjukkan bahwa dimana keerbatasan modal, rendahnya pendapatan masyarakat, kurangnya aset produksi dan tabungan menyebabkan masyarakat tidak berdaya dalam meningkatkan ekonomi rumah tangganya. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif menggunakan tabulasi data. Hasil kajian pada aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan modal dan peningkatan pendapatan. Untuk penambahan aset tidak terjadi perubahan yang signifikan. Sedangkan dalam hal menabung terjadi perubahan yagn mencolok dimana yang sebelumnya tidak bisa menabung menjadi bisa menabung setiap harinya. Sedangkan rekomendasi yang disampaikan dalam rangka keberlanjutan program yaitu: (1) pentingnya perencanaan, kebijakan dan pengalokasian dana yang baik dan benar; (2) monitoring dan evaluasi dalam setiap program/proyek hendaknya dilakukan secara tepat; (3) Kebijakan Pemda dalam penanggulangan kemiskinan harus berdasar pada prinsip-prinsip pengembangan masyarakat; (4) Komitmen Pemda yang telah ditungkan dalam kesepakatan bersama hendaknya dapat dijadikan pegangan dan (5) usulan kegiatan masyarakat yang telah melalui proses partisipatif hendaknya dapat diakomodasikan dalam suatu kebijakan.

Hal-hal yang membedakan kajian-kajian tersebut dengan kajian ini adalah Pertama, kajian ini fokus pada dana pinjaman bergulir pada Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dengan wilayah kajian di Kelurahan Tanjung Balai Karimun Kabupaten Karimun dan kedua adalah kajian ini telah menggunakan analisis AHP (Analytical Hierarchi Process), dimana AHP merupakan alat analisis kuantitatif yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka yang nantinya akan dijelaskan dalam bentuk tulisan.


(42)

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa salah satu kebijakan strategis dalam upaya penanggulangan kemiskinan adalah dengan cara memberikan motivasi dan stimulusi melalui penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir. Dimana kebijakan ini diharapkan memberikan dampak yang berkepanjangan serta memberikan nilai tambah pada usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat.

Selain itu kebijakan penyuntikan dana bantuan modal usaha bergulir ini dilaksanakan mengingat peran usaha mikro, kecil dan menengah selama ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut paling tidak dapat dilihat dari Statistik usaha mandiri tahun 1997-2006 (Litbang Media Group) sebagai berikut: (1) 99% unit usaha (40 juta unit) di Indonesia adalah UMKM; (2) 60% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia disumbang oleh UMKM, (3) 96% tenaga kerja Indonesia diserap oleh UMKM dan (4) 91% UMKM melakukan kegiatan ekspor.

Dengan adanya intervensi berupa penyediaan kredit ataupun pinjaman bergulir yang diperuntukkan kepada kelompok masyarakat maka diharapkan akan memudahkan masyarakat mengakses dana guna keperluan modal usaha sehingga pada gilirannya kegiatan usahanya dapat berkembang dan kelompok semakin dinamis. Namun pelaksanaan program-progam yang bersifat dana bergulir ataupun memiliki komponen program yang bersifat dana bergulir selama ini belum menunjukkan hasil yang cukup memuaskan terutama dalam hal keberlanjutan pergulirannya. Termasuk juga kegiatan Pinjaman Bergulir Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Kelurahan Tanjung Balai Karimun dirasakan belum maksimal dimana tunggakan terbesar di Kabupaten Karimun terdapat pada Kelurahan ini. Sehingga diperlukan evaluasi terhadap pelaksanaan ataupun pemanfaatan dana yang telah diberikan.

Terkait dengan kajian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang sudah dilakukan (P2KP Tahap III). Evaluasi tersebut untuk melihat dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan output dihasilkan. Evaluasi tersebut nantinya untuk mengetahui apakah program yang


(43)

telah dilaksanakan itu sudah tepat. Selain itu evaluasi tersebut juga untuk melihat penyimpangan atau deviasi yang terjadi.

Selanjutnya untuk penyempurnaan program, digunakan Analytichal Hierarchi Process (AHP) dari pelaksanakan dan evaluasi dana bergulir P2KP tersebut. Dari hasil evaluasi dan analisa yang dilaksanakan diharapkan menjadi bahan bagi pengambilan keputusan bagi mereka yang berwenang sehingga akan diperoleh suatu strategi bagi upaya penanggulangan kemiskinan melalui pelaksanaan dana bergulir P2KP. Secara bagan dapat dilihat pada gambar 6.

Keterbatasan modal usaha/ ketidakmampuan masyarakat miskin

Pentingnya usaha mikro, kecil dan menengah bagi perekonomian Bangsa

EVALUASI PROGRAM INPUT

- Kelayakan Lembaga Pengelola - Kelayakan

Peminjam - Pendanaan

PROSES - Pendampingan - Penggunaan

Dana

OUTPUT - Keadaan

Ekonomi - Perguliran

Pinjaman Program

lainnya

Program Dana Bergulir P2KP

Strategi Penyempurnaan Program

Penanggulangan Kemiskinan

Gambar 6. Diagram Alir kerangka Pemikiran

Keterangan:

: hal yang menjadi fokus kajian : hal yang tidak menjadi fokus kajian


(44)

Definisi Operasional

1. Kelayakan Lembaga Pengelola:

Kondisi apabila lembaga pengelola (BKM/UPK) telah memenuhi persyaratan dan ketentuan pokok dalam kegiatan pinjaman bergulir P2KP, dilihat dari variable: terbentuk secara sah, pembuatan aturan dasar dan kriteria UPK. Terbentuk Secara Sah: apabila BKM terbentuk secara sah sesuai ketentuan P2KP dan memiliki Anggaran Dasar yang menyatakan bahwa kegiatan Pinjaman Bergulir akan dijalankan sebagai salah satu alat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila BKM telah memiliki Anggaran Dasar yang memuat pernyataan bahwa dana pinjaman bergulir diperuntukkan untuk kegiatan pinjaman bergulir saja dan pendapatan UPK hanya untuk membiayai operasional UPK saja.

b) Jelek: Apabila BKM belum memiliki Anggaran Dasar dalam menjalankan kegiatan dana pinjaman bergulir P2KP.

Pembuatan Aturan Dasar: Apabila BKM dengan persetujuan masyarakat telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir yang memuat kriteria KSM dan anggotanya yang boleh menerima pinjaman, besar pinjaman mula-mula, besar jasa pinjaman, jangka waktu pinjaman dan sistem angsuran pinjaman serta ketentuan mengenai tanggung renteng anggota KSM yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila BKM dengan persetujuan stakeholder masyarakat (Ketua RT, Ketua RW, tokoh masyarakat dan relawan) telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir.

b) Sedang: Apabila BKM telah membuat aturan dasar pinjaman bergulir, namun dalam pembuatannya tidak melibatkan stakeholder dari pihak masyarakat secara keseluruhan.

c) Jelek: Apabila BKM belum membuat aturan dasar pinjaman bergulir. Kriteria Unit Pengelola Keuangan (UPK): Apabila UPK yang akan mengelola Pinjaman Bergulir memenuhi kriteria minimal yaitu: telah mengikuti pelatihan (Keorganisasian, rencana usaha, pembukuan dan pengelolaan kas, PERT dan kewirausahaan), telah memahami aturan dasar pinjaman bergulir dan telah


(45)

memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila UPK telah mengikuti pelatihan, memahami aturan dasar pinjaman bergulir dan memiliki uraian tugas dan tanggung jawab, telah memiliki rekening atas nama UPK dan melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP dengan baik.

b) Sedang: Apabila UPK telah mengikuti pelatihan dan telah memiliki rekening atas nama UPK, namun belum memahami keseluruhan aturan dasar pinjaman bergulir dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP secara baik.

c) Jelek: Apabila UPK belum mengikuti pelatihan, belum memahami aturan dasar pinjaman bergulir, tidak memiliki rekening atas nama UPK dan belum melaksanakan sistem pembukuan yang berlaku di P2KP.

2. Kelayakan Peminjam

Kondisi apabila KSM Peminjam dan anggotanya sebagai calon peminjam memenuhi kriteria kelayakan yang dipersyaratkan untuk mendapat pinjaman bergulir dari UPK dilihat dari variable: Pemetaan Swadaya, Administrasi, Pelatihan, dan Keterwakilan Perempuan,

Pemetaan Swadaya: Apabila anggota KSM peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin yang tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya (PS). Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila keseluruhan anggota KSM Peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya (PS).

b) Sedang: Apabila minimal 60% anggota KSM Peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya (PS).

c) Jelek: Apabila dibawah 60% anggota KSM peminjam dari KSM yang ada merupakan warga miskin sebagaimana tercantum dalam daftar Pemetaan Swadaya (PS).


(46)

Administrasi: adalah kriteria kelayakan yang harus dipenuhi oleh anggota KSM untuk mendapatkan pelayanan atau pinjaman dana bergulir dari segi kelengkapan administrasi antara lain: Memiliki kartu tanda penduduk (KTP) setempat, membuat analisa usaha (Informasi, keuangan dan laba/rugi usaha), membuat pernyataan kesanggupan tanggung renteng, mempunyai tabungan minimal 5% dari pinjaman yang diajukan dan belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila dalam pengajuan proposal KSM/kelompok semua anggotanya telah mengisi atau memenuhi seluruh kelengkapan administrasi sebagaimana disebutkan diatas.

b) Sedang: apabila dalam pengajuan proposal KSM/kelompok minimal 60% dari total anggotanya telah mengisi atau memenuhi seluruh persyaratan administrasi sebagaimana disebutkan diatas.

c) Jelek: apabila dalam pengajuan proposal KSM/Kelompok, dibawah 60% dari total anggotanya yang mengisi atau memenuhi seluruh persyaratan adminsitrasi sebagaimana disebutkan diatas.

Pelatihan: adalah keikutsertaan anggota KSM dalam mengikuti pembekalan tentang pembukuan KSM, pinjaman bergulir (persyaratan pinjaman, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT), dan kewirausahaan. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: Apabila seluruh anggota KSM mengikuti pembekalan tentang pembukuan KSM, pinjaman bergulir (persyaratan pinjaman, skim pinjaman, tanggung renteng, dan tahapan peminjaman), Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga (PERT), dan kewirausahaan.

b) Sedang: Apabila walaupun tidak seluruh anggota KSM mengikuti pembekalan sebagaimana disebutkan diatas, namun dari KSM memiliki keterwakilan minimal satu orang (baik ketua maupun anggota) mengikuti pelatihan/pembekalan dimaksud.

c) Jelek: Apabila tidak ada satupun dari anggota KSM yang mengikuti atau mewakili untuk mengikuti pelaihan/pembekalan dimaksud.


(47)

Keanggotaan Perempuan: adalah persyaratan minimal yang harus dari setiap KSM untuk menempatkan perempuan dalam keanggotaan di KSM tersebut. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila anggota KSM minimal 30% perempuan. b) Jelek: apabila anggota KSM dibawah 30% perempuan.

3. Pendanaan

Sejumlah dana yang diterima kelurahan untuk melaksanakan kegiatan pinjaman bergulir P2KP yang dapat dilihat dari variable: Jumlah Dana dan Sumber Dana.

Jumlah Dana: adalah besarnya dana Pinjaman Bergulir yang diterima masyarakat dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada dalam satu kelurahan yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Kecil: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat < 200 juta b) Sedang: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat 201 juta s/d

< 300 juta

c) Besar: bila dana pinjaman bergulir yang diterima masyarakat > 300 juta. Sumber Dana: Sumber atau asal kegiatan pinjaman bergulir P2KP. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Sumber dana utama: Apabila sumber atau asal dana pinjaman bergulir hanya berasal dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang merupakan sumber dana utama.

b) Sumber Lain: Apabila sumber atau asal dana pinjaman bergulir selain dari dana BLM sebagai sumber dana utama, juga berasal dari APBD, dari pihak swasta, swadaya masyarakat dan dari sumber lainnya.

4. Pendampingan

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh lembaga/badan yang telah dibentuk/ditunjuk agar terjadinya perubahan perilaku/sikap, memperkuat kemampuan dan upaya lainnya yang mengarah kepada kemandirian anggota KSM dalam pengelolaan dana pinjaman bergulir dengan variable: Pengelola lokal dan Fasilitator Kelurahan.


(48)

Pengelola Lokal: adalah kemampuan pengelola lokal (BKM/UPK) dalam melaksanakan kegiatan pendampingan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami.

b) Sedang: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan pengelola lokal, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami.

c) Jelek: apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan pengelola lokal dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami.

Fasilititor Kelurahan: adalah kemampuan Fasilitator Kelurahan dalam melaksanakan kegiatan pendampingan sesuai dengan tugas dan fungsinya yang dapat diaktegorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan dan keberadaannya sangat membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami.

b) Sedang: apabila anggota KSM mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan, namun keberadaannya belum terlalu membantu penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami.

c) Jelek: apabila anggota KSM tidak mengetahui keberadaan Fasilitator Kelurahan dan keberadaannya tidak membantu dalam penyelesaian masalah atau kesulitan yang dialami.

5. Penggunaan Dana

Adalah kegiatan yang dilakukan oleh anggota KSM dalam menggunakan dana yang telah diberikan sampai dengan batas waktu pengembalian (10 bulan setelah mendapatkan pinjaman) dengan variable: Jenis Usaha dan Tingkat Pengembalian.

Jenis Usaha: Kegiatan usaha yang dijalankan oleh masyarakat dalam menggunakan dana yang telah diberikan, baik usaha tersebut sudah berjalan


(49)

sebelum mendapakan pinjaman maupun baru berjalan setelah mendapatkan pinjaman dengan pengelompokan sebagai berikut:

a) Warung: kegiatan usaha yang menjual sembako ataupun kelontong;

b) Makanan: kegiatan usaha dengan menjual makanan baik yang dijual di depan rumah maupun dijajakan secara bekeliling. Adapun kategori usaha yang dijalankan yaitu jualan kue, jualan gorengan, jualan bakso keliling, jualan nasi, jualan mie atau siomay, jualan tempe, jualan es cendol, jualan buah/rujak, jualan kerupuk, katering dan jualan jamu;

c) Non-Makanan: kegiatan usaha yang dijalankan bukan dalam bentuk makanan ataupun warung. Adapun usaha yang dijalankan antara lain kios bensin, pakaian bekas/rombengan, usaha M-Kios atau jualan Pulsa/voucer, ternak ayam, ternak lele, pembuatan batako, jual TV bekas, bengkel, menjahit dan reparasi.

Tingkat Pengembalian: adalah tingkatan KSM dalam mengembalikan dana yang telah dipinjamkan sampai dengan jatuh tempo pembayaran (10 bulan setelah mendapatkan pinjaman). Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Pinjaman Lancar: KSM dengan pengembalian lancar atau membayar pinjaman keseluruhan sampai dengan jatuh tempo.

b) Menunggak > 3 bln/kali angsuran: KSM dengan tunggakan pengembalian 3 bulan angsuran atau lebih dari 3 bulan angsuran.

c) Menunggak < 3 bln/kali angsuran: KSM dengan tunggakan pengembalian dibawah 3 bulan angsuran.

6. Keadaan Ekonomi

Adalah suatu kondisi dimana tercapainya tujuan umum program ini dimana ekonomi dari golongan miskin semakin meningkat yang dilihat dari variable: peningkatan modal, penambahan aset kepemilikan, dan peningkatan pendapatan.

Peningkatan Modal: adalah kondisi terjadinya penambahan uang yang dapat digunakan untuk menambah penjualan atau omzet usahanya. Dapat dikategorikan sebagai berikut:


(50)

a) Baik: apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman lebih dari 20% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

b) Sedang: apabila terjadinya peningkatan modal setelah mendapatkan pinjaman kurang dari 20% per hari atau per bulan dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

c) Jelek: apabila tidak terjadinya peningkatan modal sama sekali atau menurun bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

Penambahan aset kepemilikan: Bertambahnya barang yang bisa diuangkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Meningkat: apabila terjadinya penambahan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak

b) Tetap: apabila tidak ada perubahan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak.

c) Menurun: apabila terjadinya penurunan aset produktif maupun aset rumah tangga berupa barang bergerak dan tidak bergerak.

Peningkatan pendapatan: adalah penambahan jumlah pemasukan rata-rata per hari atau perbulan dengan kategori sebagai berikut:

a) Baik: apabila terjadinya peningkatan pendapatan lebih dari 20% bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

b) Sedang: apabila terjadinya peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman kurang dari 20% bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

c) Jelek: apabila tidak terjadinya peningkatan pendapatan sama sekali bila dibandingkan dengan sebelum mendapatkan pinjaman.

7. Perguliran pinjaman

Adalah kondisi ataupun kegiatan yang dilakukan dalam rangka terjadinya perguliran atau peminjaman kembali baik kepada warga miskin yang telah mendapatkan maupun yang belum mendapatkan pinjaman dengan variable sebagai berikut: Jumlah Peminjam dan Penagihan.


(51)

Jumlah Peminjam: adalah jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali (berulang) dengan variable sebagai berikut:

a) Baik: apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali (berulang) lebih dari 40%.

b) Jelek: apabila jumlah anggota KSM yang mendapatkan pinjaman kembali (berulang) kurang dari 40%.

Penagihan: adalah kegiatan yang dilakukan untuk menagih dana dari penunggak dalam upaya untuk tetap terjaganya perguliran dana tersebut. Dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) Baik: apabila telah terbentuk tim kecil penagihan dan tim tersebut telah melakukan upaya penagihan secara rutin kepada para penunggak.

b) Sedang: apabila belum terbentuk tim kecil penagihan namun UPK secara rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak.

c) Jelek: apabila belum terbentuk tim kecil penagihan dan UPK tidak secara rutin atau aktif melakukan penagihan kepada para penunggak.

3.2. Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilaksanakan pada lingkup Kelurahan tepatnya di Kelurahan Tanjung Balai Karimun, Kecamatan Karimun, Kabupaten Karimun.

Pemilihan lokasi penelitian secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan merupakan salah satu Kelurahan yang memiliki kendala terbesar dalam pengembalian pinjaman. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan Bulan Januari 2009.

3.3. Metode Kajian

3.3.1. Penelitian/Studi Kasus

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa untuk Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) Tahap I telah disalurkan dana pinjaman bergulir sebesar Rp. 1.053.500.000 kepada 8 kelurahan sasaran di Kabupaten Karimun yang

meliputi 3 kecamatan di Pulau Karimun. Selanjutnya dari 8 Kelurahan tersebut disalurkan kepada 376 KSM dengan total peminjam sebanyak 2147 orang sebagaimana pada tabel 4 dibawah ini.


(52)

Tabel 4. Penyaluran BLM Tahap Pertama di Kabupaten Karimun

No Kecamatan Kelurahan/Desa Jumlah KSM Jumlah Peminjam

Tg. Balai Karimun 76 434

Teluk Air 29 166

Parit 56 320

1. Karimun

Tulang 35 200

Pamak 17 97

2. Tebing

Harjosari 54 308

Meral Kota 89 508

3. Meral

Baran 20 114

Total 376 2.147

Sumber: Koordinator Kota (diolah)

Mengingat cakupan yang luas, besarnya jumlah pemanfaat/peminjam dana bergulir, waktu dan tenaga yang terbatas maka kajian ini menggunakan penelitian/studi kasus. Dimana penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam (Arikunto,1997).

Penentuan Kelurahan Tanjung Balai Karimun dengan pertimbangan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya karena tunggakan terbesar pada penyaluran BLM Tahap I adalah Kelurahan Tanjung Balai Karimun. Sehingga dengan kajian pada ruang lingkup Kelurahan ini diharapkan bisa lebih mendalami terhadap permasalahan yang terjadi dan menjadi masukan bagi penyempurnaan program di masa yang akan datang.

3.3.2. Penentuan Responden

Responden yang berasal dari peminjam ditentukan melalui pengambilan sampel dari populasi yaitu masyarakat miskin penerima dana pinjaman bergulir P2KP di Kelurahan Tanjung Balai Karimun sebanyak 434 orang yang berasal dari 76 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang ada dengan menggunakan perhitungan estimasi proporsi yang rumusnya sebagai berikut, Umar (2003:141)


(53)

n = ____N____ 1 + N e2 Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi. Dalam penelitian ini, berarti N adalah warga Kelurahan Tanjung Balai Karimun peminjam Dana Bergulir P2KP

E = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, dalam kajian ini penulis memakai kelonggaran ketelitian sebesar 14%

sehingga n diperoleh sebesar :

n = _______434_______ = 46 1 + 434 (0.14)2

Selanjutnya 46 orang responden ini ditentukan secara acak dengan menggunakan Random Sampling. Dalam teknik ini, peneliti mengambil sampelnya dengan ”mencampur” subjek dalam populasi sehingga subjek-subjek dalam populasi dianggap sama. Dengan demikian maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance)

dipilih menjadi sampel. Oleh karena hak setiap subjek sama, maka penelitian terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan sampel (Arikunto,1997).

Sedangkan responden diluar peminjam (responden ahli) dilakukan dengan metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan contoh responden tidak secara acak tetapi pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan baik individu atau lembaga sebagai responden yang mengerti permasalahan yang terjadi dan memiliki pengaruh dalam pengambilan kebijakan baik langsung maupun tidak langsung pada pelaksanaan kebijakan atau memberi masukan kepada para pengambil kebijakan yaitu: Pengurus BKM/UPK, Fasilitator Kelurahan, Lurah Pejabat Operasional Kegiatan (PJOK) dan Kabid Pemberdayaan Masyarakat BKPMD dan Kesbang.

Adapun komposisi dari responden secara lengkap sebagaimana tabel 5 dibawah ini:


(1)

Lampiran 2.

Model Name: AHP Strategi P2KP

Priorit ies w it h respect t o: Com bined

St rat egi Penyem purnaan Pemanfaa...

Persiapan ( I nput ) Program .533

Pelaksanaan ( Proses) Program .186

Dampak ( Ou tput ) Program .281 I nconsist ency = 0.00

w it h 0 m issing judgment s.

Page 1 of 1 3/12/2009 11:15:50 PM


(2)

Lampiran 3.

Model Name: AHP Strategi P2KP

Priorit ies w it h respect t o: Com bined

St rat egi Penyem purnaan Pemanfaat a > Persiapan ( I nput ) Program

Kelayakan Lem baga Pengelola .149

Kelayakan Pem injaman .660

Pendanaan .191

I nconsist ency = 0.05 w it h 0 m issing judgment s.

Page 1 of 1 3/12/2009 11:16:25 PM


(3)

Lampiran 4.

Model Name: AHP Strategi P2KP

Priorit ies w it h respect t o: Com bined

St rat egi Penyem purnaan Pemanfaa > Pelaksanaan ( Proses) Progr...

Pendam pingan .442

Penggunaan Dana .558 I nconsist ency = 0.00

w it h 0 m issing judgment s.

Page 1 of 1 3/12/2009 11:16:43 PM


(4)

Lampiran 5.

Model Name: AHP Strategi P2KP

Priorit ies w it h respect t o: Com bined St rat egi Penyem purnaan Pemanfaa

> Dampak ( Ou tput ) Program

Keadaan Ekonom i .591

Perguliran Pemin jam .409

I nconsist ency = 0.00 w it h 0 m issing judgment s.

Page 1 of 1

3/12/2009 11:16:58 PM


(5)

Lampiran 6.

Model Name: AHP Strategi P2KP

Synthesis: Summary

Synthesis with respect to:

Strategi Penyempurnaan Pemanfaatan Dana Pinjaman Bergulir P2KP Overall Inconsistency = .04

Pelatihan secara berkala bagi pengelola lokal .100

Revisi pemetaan swadaya .248

Sosialisasi program kepada pihak ketiga .091

Pertemuan rutin melibatkan stakeholder dan instansi .152

Penyaluran modal sesuai dgn skala usaha .131

Pelatihan manajemen usaha atau magang bagi peminjam .166

Membuat tim penagihan dan mekanisme baru penagihan .112

Page 1 of 1 3/12/2009 11:15:07 PM


(6)

Strategi Penyempurnaan Pemanfaatan Dana

Pinjaman Bergulir P2KP

Persiapan (Input)

program

(0,533)

Pelaksanaan

(Proses) Program

(0,186)

Dampak

(Output) Program

(0,281)

Kelayakan

Lembaga

Pengelola (0,149)

Kelayakan

Peminjam

(0,660)

Pendanaan

(0,191)

Pendampingan

(0,442)

Penggunaan

Dana

(0,558)

Perguliran

Peminjam

(0,409)

Keadaan

Ekonomi

(0,591)

Pelatihan/

training secara

Revisi

Sosialisasi

program kepada

Kunjungan/

Pertemuan rutin

Penyaluran

modal

Pelatihan

manajemen usaha

Tujuan

Aspek

Kriteria

Membuat tim kecil

penagihan dan


Dokumen yang terkait

Evaluasi Sistem Pelaksanaan Program Pengendalian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Apung Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2015

10 170 125

Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2014

11 123 86

Alih Fungsi Lahan di Perkotaan Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian di Kel.Tanjung Sari, Kec.Medan Selayang-Medan)

8 100 116

Analisis Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Umum (PJKU) Madani Kota Tanjung Balai

5 113 118

Alih Fungsi Lahan Di Perkotaan, Kel.Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang (Studi Etnografi Tentang Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Non-Pertanian Di Kel.Tanjung Sari Kec.Medan Selayang-Medan)

1 36 115

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat –Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (PNPM-P2KP) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Sidikalang Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

1 51 128

Pengaruh Pelaksanaan Program Penaggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) Oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Terhadap Pemberdayaan Masyarakat (Studi Pada Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal)

1 41 126

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)(Studi Pada Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli )

6 52 86

EFEKTIFITAS MODAL DANA BERGULIR DALAM PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP) (Studi kasus Program Penanggulangan Kemiskinan di Kota padang).

0 0 6

Penyebab Kemacetan Dana Bergulir Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Gisikdrono Semarang Barat.

0 0 1