37
Pola hubungan partisipatif memiliki ciri adanya peranan pemerintah pusat yang semakin berkurang mengingat daerah yang bersangkutan tingkat kemandiriannya
mendekati mampu melaksanakan urusan otonomi daerah. d. Pola hubungan delegatif
Pada pola hubungan ini ditandai sudah tidak adanya campur tangan pemerintah pusat karena daerah telah benar-benar mampu mandiri dalam melaksanakan urusan
otonomi daerah. Nadeak 2003 menghubungkan pola hubungan tersebut dengan perhitungan tingkat
kemandirian sehingga memunculkan empat kategori kemampuan daerah dari sisi keuangan. Uraian dari empat kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pola Hubungan dan Tingkat Kemandirian Daerah
Pola Hubungan Tingkat Kemandirian
Kemampuan Keuangan Instruktif
0 - 25 Rendah Sekali
Konsultatif 25 - 50
Rendah
Partisipatif 50 - 75
Sedang
Delegatif 75 - 100
Tinggi
Sumber: Nadeak, 2003
Tingkat kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.
2.2.2. Tingkat Efektivitas Keuangan Daerah
Rasio efektivitas menurut Halim 2002 adalah kemampuan pemerintahan daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah PAD
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan
38
berdasarkan potensi riil daerah. Perhitungan tingkat efektivitas keuangan daerah dapat ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:
100 .
x TPPAD
PAD Efe
T
∑
=
Keterangan : T.Efe
= Tingkat Efektivitas Σ PAD
= Realisasi penerimaan PAD TPPAD
= Target penerimaan PAD berdasarkan potensi daerah Kemampuan daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif
apabila rasio yang dicapai minimal 100 persen. Semakin tinggi nilai efektivitas menggambarkan kemampuan daerah dalam hal upaya
mengumpulkan PAD semakin baik.
2.2.3. Tingkat Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio efesiensi merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Untuk memperoleh tingkat efisiensi dapat digunakan rumus sebagai berikut:
∑ ∑
= PAD
BPPAD Efi
T .
Keterangan : T. Efi
= Tingkat efisiensi ΣBPPAD
= Biaya pungut PAD ΣPAD
= Realisasi Penerimaan PAD Pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat berapa
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan seluruh pendapatan yang diterimanya sehingga dapat diketahui apakah kegiatan
pemungutan pendapatannya tersebut efisien atau tidak. Hal itu perlu dilakukan karena meskipun Pemerintah Daerah berhasil merealisasikan
pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, namun keberhasilan itu kurang memiliki arti apabila ternyata biaya yang dikeluarkan untuk
39
merealisasikan target penerimaan pendapatannya itu lebih besar dari pada realisasi pendapatan yang diterimanya. Pemungutan pendapatan
dikategorikan efisien, apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 satu atau di bawah 100 persen. Semakin kecil rasio efisien berarti kinerja
pemerintah semakin baik. 2.3.
Analytical Hierarchy Process
AHP Perancangan suatu program yang bertujuan untuk meninmgkatkan
PAD dapat dilakukan dengan metode
Analytical Hierarchy Process
AHP. AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan
oleh Saaty 1993. AHP menguraikan masalah multifaktor atau multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty 1993,
hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki,
suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok- kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga
permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Sebagai sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam system analisisnya. Kelebihan-kelebihan analsis ini adalah :
1.
Kesatuan Unity
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas