85
5.1 Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Barat 5.1.1. Tingkat Kemandirian PAD
Tingkat kemandirian menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Hal ini berarti juga bahwa tingkat kemandirian keuangan daerah dapat
menggambarkan sejauhmana ketergantungan daerah terhadap sumber dana dari luar karena semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan
pihak luar terutama pemerintah pusat dan propinsi semakin rendah, demikian pula sebaliknya.
Tingkat kemandirian keuangan daerah juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi tingkat kemandirian berarti
semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD. Tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten
Lampung Barat disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Barat
No Tahun PAD
Juta Rupiah APBD
Juta Rupiah Tingkat
Kemandirian Persen
1 2003 5.394,41 235.949,47
2,29 2 2004 4.954,46
231.450,55 2,14
3 2005 6.197,94 272.990,81
2,27 4 2006 11.215,88
409.383,83 2,74
5 2007 12.341,41 449.439,42
2,75 Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
Tahun 2007
Proporsi PAD Kabupaten Lampung Barat terhadap APBD dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Tahun 2003, peran PAD
terhadap pendapatan total Kabupaten Lampung Barat mencapai 5,394 milyar rupiah atau setara dengan 2,29. Namun pada tahun 2004
mengalami penurunan sebesar 4,95 milyar rupiah atau 2,14 pesen. Hal ini
86
dapat terjadi karena kontribusi dari sumber PAD yaitu lain-lain pendapatan yang sah mengalami penurunan, khususnya pada jasa giro
dan bunga deposito. Sekalipun pada tahun 2005 dan 2006 total PAD meningkat jika
dibandingkan dengan tahun 2004 yang masing-masing sebesar 6,19 milyar rupiah dan 11,21 milyar rupiah namun kemandirian keuangan
terhadap total pendapatan Kabupaten Lampung Barat masih relatif kecil yaitu hanya sebesar 2,27 pesen dan 2,74 persen. Persentase PAD
terhadap total pendapatan periode 2003 – 2007 ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan besarnya sumbangan atau transfer pemerintah
pusat terhadap pendapatan Kabupaten Lampung Barat yang rata-rata pertahunnya mencapai 97,56. Posisi sampai dengan akhir tahun 2007
persentase PAD terhadap pendapatan total sebesar 2,75 dan diperkirakan akan terus meningkat. Meski begitu dengan nilai yang
diperoleh ini maka tingkat kemandirian Kabupaten Lampung Barat masih termasuk pola hubungan kategori rendah sekali menurut Nadeak 2003.
Hal ini menunjukkan bahwa pola hubungan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat bersifat instruktif, yaitu peranan pemerintah pusat lebih
dominan dari pada kemandirian pemerintah daerah daerah yang tidak mampu melaksanakan otonomi daerah. Hal ini berarti bahwa ketergantungan daerah terhadap
bantuan pihak luar terutama pemerintah pusat masih sangat besar karena pendapatan aslinya baru menyumbang 2,75 dari total penerimaan daerah. Tingkat kemandirian
yang sangat rendah juga pernah terjadi pada Kabupaten Pelalawan dimana tingkat kemandiriannya mencapai 1,42 pada tahun 2001 Rahman, 2005. Namun kabupaten
tersebut mampu meningkatkan tingkat kemandiriannya menjadi 3,66 pada tahun 2003. Rendahnya tingkat kemandirian Kabupaten Lampung Barat dapat disebabkan
karena pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Barat yang juga rendah, yaitu sebesar 2,6 pada tahun 2006. Tingkat kemandirian ini lebih rendah dibanding dengan
pertumbuhan ekonomi Propinsi Lampung yang mencapai 5,3 pada tahun yang sama. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadikan tingkat kemandirian Kabupaten Lampung
Barat menjadi sangat rendah, yaitu seperti kurang berkembangnya sektor jasa. Kurang berkembangnya sektor ini dapat dilihat dari pertumbuhan sektor ini yang hanya sebesar
0,01 yaitu dari 3,72 pada tahun 2005 menjadi 2,73 pada tahun 2006. Sektor angkutan dan komunikasi juga baru mengalami pertumbuhan dari 2,87 pada tahun 2005
87
menjadi 3,14 pada tahun 2006. Padahal dengan lemahnya perkembangan sektor ini dapat mendorong juga rendahnya penerimaan PAD dari retribusi pasar, retribusi parkir di
tepi jalan umum, retribusi pengujian kendaraan bermotor, serta retribusi izin trayek. Dengan rendahnya penerimaan dari sumber PAD yang berupa retribusi daerah tersebut
dapat menjadikan penerimaan PAD menjadi rendah sehingga tetap bergantung pada pemerintah pusat.
Kondisi tingkat kemandirian Kabupaten Lampung Barat yang masih rendah tersebut mengakibatkan terbatasnya belanja dan investasi
pemerintah Kabupaten Lampung Barat yang bersumber dari PAD. Alokasi PAD di Lampung Barat digunakan untuk belanja aparatur daerah, belanja
pelayanan publik, dan belanja bantuan keuangan. Sehingga diperlukan peningkatan sumber dana yang dapat dilakukan dengan optimalisasi
penggalian sumber-sumber pendapatan dan pengelolaan aset daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi potensi yang ada dengan tidak
membebankan terhadap masyarakat. Agar pajak dan retribusi tidak menjadi beban masyarakat, maka perencanaan dan penetapannya selalu
mempertimbangkan antara keseimbangan objek pajak dan retribusi dengan koefisien beban yang ditanggung masyarakat.
5.1.2. Tingkat Efektivitas PAD Rasio efektivitas menunjukkan kemampuan pemerintahan daerah
dalam merealisasikan pendapatan asli daerah PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi
daerah. Jumlah PAD Kabupaten Lampung Barat dari tahun 2001 hingga 2007 terus mengalami peningkatan. Besarnya PAD Kabupaten Lampung
Barat dari setiap sumber-sumber PAD dari tahun 2001-2007 ada pada Lampiran 2.
Terdapat 4 sumber PAD yaitu pajak, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Beberapa
sumber-sumber PAD tersebut ada yang memberikan kontribusi signifikan setiap tahunnya, seperti lain-lain pendapatan yang sah dan pajak daerah.
Dari PAD yang terealisasi setiap tahunnya tersebut sesungguhnya pemerintah memiliki juga sejumlah penerimaan PAD yang menjadi target.
Ada tahun-tahun dimana penerimaan PAD yang terealisasi lebih besar dari penerimaan PAD yang ditargetkan. Namun ada juga kondisi sebaliknya
88
dimana penerimaan PAD yang terelisasi lebih kecil dari penerimaan PAD yang ditargetkan. Perbandingan antara penerimaan PAD yang ditargetkan
dengan PAD yang terealisasi mengacu pada konsep rasio efektivitas. Secara rinci rasio efektivitas PAD di Kabupaten Lampung Barat tahun
2003 – 2007 berfluktuasi. Rasio efektivitas PAD di Kabupaten Lampung Barat disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Rasio Efektivitas Keuangan Daerah Kabupaten Lampung Barat Tahun 2002-2007
No Sumber-sumber PAD
2003 2004 2005 2006 2007 1 Pajak
Daerah 126
97 99 146
135 2 Retribusi
Daerah 94
111 98 122
114 3
Laba Perusahaan Daerah -
124 104 100
100 4
Lain-Lain Pendapatan yang Sah
111 106
100 388 212
TOTAL PAD
115 107
129 218 121
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tahun 2007, Data diolah, Tahun 2007
Tabel 19 di atas terlihat bahwa rasio efektivitas Kabupaten Lampung Barat dalam melakukan pemungutan PAD mencapai 107 samapi 218
dengan adanya fluktuasi rasio efektivitas PAD Kabupaten Lampung Barat setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan bahwa Pemerintah Kabupaten
Lampung Barat sudah efektif dalam melakukan pemungutan sumber pendapatan daerah hal ini disebabkan karena realisasi PAD lebih besar
dibandingkan target yang telah ditetapkan. Tahun 2003 rasio efektivitas PAD sebesar 115, pada tahun 2004 terjadi penurunan sebesar 107.
Namun pada tahun 2005 meningkat kembali menjadi 129, dan selanjutnya pada tahun 2006 mengalami kenaikan mencapai 218. Namun
pada tahun 2007 rasio efektivitas PAD Kabupaten Lampung Barat kembali mengalami penurunan sebesar 121.
Penerimaan PAD dari sumber pajak daerah pada tahun 2007 sebesar 1,86 milyar rupiah dengan efektivitas sebesar 135 atau melebihi target
89
yang ditetapkan oleh DPRD Kabupaten Lampung Barat sebesar 1.388,85 milyar rupiah. Pajak daerah merupakan sumber PAD yang paling berperan
dalam menyumbangkan PAD Kabupaten Lampung Barat seteleh lain-lain pendapatan yang sah. Sumber PAD ini memang terbukti memberikan
kontribusi yang sangat signifikan setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2006 rasio efektivitas dari sumber PAD ini mencapai 388 meski pada
tahun 2007 penerimaan dari sumber ini mengalami penurunan menjadi 212. Hal ini dapat berarti pemerintah Kabupaten Lampung Barat belum
melihat adanya potensi dari sumber ini di tahun 2006 dan 2007. Namun dari data PAD Kabupaten Lampung Barat tahun 2006 dan 2007 terlihat
bahwa meski kurang memperoleh perhatian namun sumber ini memberikan kontribusi yang besar pada perolehan PAD Kabupaten
Lampung Barat tahun 2006 dan 2007, yaitu sebesar 68,18 dan 61,48. Dua penerimaan yang berkontribusi secara signifikan dari sumber ini
terhadap PAD yaitu bunga deposito dan jasa giro. Pada analisis rasio dari sumber PAD yang berupa pajak daerah,
penerimaan adalah pajak penerangan jalan yang pada tahun 2007 mencapai 1,35 milyar rupiah atau melebihi pagu yang telah ditetapkan
DPRD Kabupaten Lampung Barat yang hanya 1,004.4 milyar rupiah. Kontribusi terbesar kedua adalah pajak galian C yang mencapai 420,36
juta rupiah. Hal ini sesuai dengan pembahasan sebelumnya bahwa pajak penerangan jalan menyumbang 10,99 dan pajak galian C menyumbang
3,41 dari penerimaan PAD tahun 2007. Pajak restoran juga merupakan sumber PAD Kabupaten Lampung
Barat. Tahun 2007 perolehan pajak restoran mencapai 40,48 juta rupiah. Pajak reklame juga memberikan kontribusi bagi pajak daerah, dimana
selama tahun 2007 perolehan pajak reklame mencapai 25,54 juta rupiah. Dari angka itu, kontribusi reklame papanbillboard megatron memberikan
sumbangan terbesar. Sisanya bersumber dari jenis reklame alat bersinar, reklame berjalan, termasuk pada kendaraan. Kelebihan target pada pajak
penerangan merupakan dampak dari semakin meningkatnya pertumbuhan dunia usaha yang menggunakan berbagai media untuk
melakukan promosi di Kabupaten Lampung Barat.
90
Peran sumber retribusi daerah dalam peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat juga cukup besar yang mencapai 114 persen pada tahun
2007. Jenis retribusi daerah yang cukup besar memberikan kontribusi adalah retribusi pelayanan kesehatan. Posisi pertama yang kontribusinya
paling besar terhadap PAD Lampung Barat yaitu retribusi pemungutan kayu dan non kayu serta tanah milik yang mencapai 5,71 pada tahun
2007. Tahun yang sama sumbangan retribusi dari pelayanan kesehatan terhadap PAD Kabupaten Lampung Barat mencapai 329,51 juta rupiah.
Retribusi biaya cetak KTP dan akta capil juga memberikan kontribusi cukup besar yakni sebesar 297,32 juta. Disusul dengan retribusi
pemakaian kekayaan daerah sebesar 244,10 juta rupiah. Sementara itu retribusi pasar grosir atau pertokoan dan retribusi terminal juga
memberikan sumbangan yang tidak sedikit. Tahun 2007 misalnya, masing- masing memberikan kontribusi sebesar 239,43 juta rupiah dan 112,76 juta
rupiah. Jenis retribusi pelayanan persampahan dan retribusi pasar juga memiliki peran penting. Kontribusinya mencapai 35,20 juta rupiah dan
21,42 juta rupiah. Realisasi PAD Kabupaten Lampung Barat yang selalu melebihi 100
setiap tahunnya merupakan suatu hal yang positif tentang kinerja keuangan pemerintah daerah. Namun mengapa tingkat kemandiriannya
masih termasuk pada ketegori sangat rendah? Untuk menjawab hal ini dapat ditelusuri dengan metode yang digunakan dalam penghitungan
target PAD setiap tahunnya. Selama ini Pemerintah Kabupaten Lampung Barat memiliki kebijakan untuk menghitung target dari setiap sumber PAD
berdasarkan kenaikan 10 hingga 15 dari penerimaan PAD tahun sebelumnya. Hal ini dapat membuat target PAD menjadi tidak sesuai
dengan kondisi faktual karena target bukan ditentukan berdasarkan potensi yang sebenarnya dari setiap sumber. PAD yang ditargetkan
menjadi tidak mencerminkan nilai yang sesungguhnya dari setiap sumber karena kebanyakan target dari setiap sumber PAD masih lebih rendah
dari potensi yang sebenarnya sehingga efektivitasnya dapat mencapai lebih dari 300.
5.1.3. Tingkat Efisiensi PAD
91
Rasio efisiensi PAD di Kabupaten Lampung Barat selama periode 2003-2007 mengalami penurunan yaitu dari 6,30 menjadi 7,62.
Menurunnya rasio efisiensi PAD mencerminkan bahwa besarnya peningkatan biaya pungut relatif lebih tinggi dari pada realisasi PAD.
Biaya pungut pada periode 2003-2007 meningkat sebesar 176,72 yaitu dari 339,84 juta rupiah menjadi 940,41 juta rupiah. Peningkatan biaya
pungut ini lebih tinggi dari peningkatan realisasi PAD yang hanya sebesar 128,78 yaitu dari 5.394,41 juta rupiah menjadi 12.341,41 juta rupiah.
Rasio efisiensi PAD di Kabupaten Lampung Barat ada pada Tabel 20. Tabel 20. Rasio Efisiensi Keungan Daerah Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2003-2007
No Tahun Biaya Pungut
Juta Rupiah
Realisasi PAD Juta Rupiah
Rasio Efisiensi
1 2003 339,84 5.394,41
6,30 2 2004 331,94
4.954,46 6,70
3 2005 427,65 6.197,94
6,90 4 2006 796,32
11.215,88 7,10
5 2007 940,41 12.341,41
7,62 Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Tahun 2007, data diolah, Tahun 2007 Terlihat jelas bahwa rasio efisiensi Kabupaten Lampung Barat setiap
tahunnya semakin mendekati dari 100. Hal ini berarti realisasi Pendapatan Asli Daerah yang di terima Kabupaten Lampung Barat lebih
kecil dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memungut Pendapatan Asli Daerah makin kurang efisien. Besarnya peningkatan
biaya pungut terkait dengan semakin banyaknya petugas pungut dan kenaikan biaya transportasi. Sejak tahun 2005 semakin banyak obyek
yang dikenai biaya pungut oleh pemerintah daerah, sebagai dampak dari meningkatnya kewenangan untuk mengelola sumber-sumber keuangan
daerah. Meningkatnya obyek pungut tersebut membawa konsekuensi
92
pada meningkatnya biaya operasional pemungutan. Karakteristik Kabupaten Lampung Barat yang wilayahnya sebagian besar pegunungan
dan perbukitan sulit untuk dijangkau dengan transportasi darat, menyebabkan biaya pemungutan meningkat lebih besar. Pemungutan ke
daerah-derah terpencil sangat tergantung pada kondisi alamnya. Realisasi penerimaan PAD di daerah-daerah terpencil kadang tidak
sebanding dengan biaya pungut yang dikeluarkan. Pemerintah daerah perlu mengupayakan efisiensi pungutan pajak di kecamatan dan desa.
5.2. Strategi Peningkatan PAD Kabupaten Lampung Barat