Tutupan Koloni Karang Rekrut pada Terumbu Buatan

53 dominan di perairan Indonesia dalam hal persentase tutupan karang hidup di perairan dan jumlah kekayaan jenisnya Suharsono 1998. Hasil penelitian McCook 2001 terhadap kompetisi terhadap ruang antara Porites lobata dan filamentous alga memperlihatkan bahwa karang tersebut merupakan kompetitor superior bagi alga, karena dapat menghalangi pertumbuhan alga secara signifikan, sebaliknya alga mempunyai efek yang kecil terhadap pertumbuhan Porites. Karang Pocillopora damicornis merupakan jenis yang dominan pada substrat penempelan Dit. PPK-DKP 2007; Samidjan 2005; Rudi 2006 dan jenis pionir dalam proses rekrutmen karang Rudi 2006. Hal ini terkait dengan cara reproduksi jenis ini, yaitu sebagai brooder mengerami telur yang memproduksi planula sepanjang tahun, dan planulanya bersifat menempel tidak jauh dari lokasi induknya Harrison Wallace 1990, in Dit.PPK-DKP 2007; Rudi 2006.

4.5 Tutupan Koloni Karang Rekrut pada Terumbu Buatan

Luas tutupan koloni karang rekrut pada terumbu buatan di Stasiun 1 lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan Stasiun 2. Pada bulan Oktober 2009, rerata luas tutupan koloni per modul adalah 32,94±11,65 di Stasiun 1 dan 17,26±6,45 di Stasiun 2. Pada sembilan bulan berikutnya Juli 2010, luas tutupan koloni menjadi 41,46±15,28 di Stasiun 1 atau naik 8,52 dan 20,38±6,08 di Stasiun 2 atau naik 3,12 Gambar 18. Gambar 18 Persentase tutupan karang rekrut pada terumbu buatan. Ket.: Luas permukaan modul di Sta.1=13,97 m 2 , dan di sta.2=15,69 m 2 . Total luas koloni karang rekrut pada terumbu buatan di Stasiun 1 mencapai 46 155,95 cm 2 pada bulan Oktober 2009 dan 57 965,67 cm 2 pada bulan Juli 2010, sedangkan di Stasiun 2 luasnya tercatat 27 011,19 cm 2 pada bulan Oktober 2009 dan 31 972,74 cm 2 pada bulan Juli 2010. Persentase 54 tutupan koloni rekrut pada terumbu buatan dipengaruhi oleh kelimpahan koloni di masing-masing stasiun, sehingga di Stasiun 1 persen tutupan karang rekrutnya juga lebih tinggi dari Stasiun 2. Namun demikian luas tutupan koloni di Stasiun 2 lebih seragam karena memiliki nilai simpangan baku yang lebih kecil. Tingginya kelimpahan dan persen tutupan karang rekrut di Stasiun 1 ini memperkuat pernyataan Yeemin 2006 bahwa kegiatan restorasi sebaiknya dilaksanakan pada daerah yang terlindung sehingga mudah dikontrol dan dikelola untuk kepentingan restorasi ekosistem, pendidikan, penelitian, dan ekowisata. Peningkatan tutupan karang pada periode Maret-Juli 2010 lebih kecil jika dibandingkan dengan periode Oktober 2009-Maret 2010 terutama di Stasiun 1. Jika dikombinasikan dengan data kelimpahan koloni rekrut sejak Mei 2007, akan terlihat bahwa pertumbuhan karang rekrut pada terumbu buatan beton semakin melambat namun memiliki komposisi jenisgenus yang cenderung stabil. Diduga, hal ini terjadi karena terumbu buatan beton yang telah ditenggelamkan selama sembilan tahun 2001-2010 telah memasuki tahap akhir perkembangan komunitas dan mendekati klimaks pertumbuhan. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhirpuncak dari seri-seri perkembangan ekosistem yang telah mantap dan berada dalam keseimbangan dengan habitat fisik Odum 1993. Suksesi primer dan perkembangan komunitas karang rekrut yang terjadi pada terumbu buatan beton tampaknya akan berakhir pada klimaks edaphic, akibat pengaruh faktor pembatas fisik berupa luas permukaan substrat Odum 1993. Terbatasnya ruang permukaan substrat beton untuk penempelan dan pertumbuhan koloni membatasi perkembangan komunitas yang terbentuk pada terumbu buatan tersebut. Untuk mengetahui apakah suatu komunitas itu klimaks atau bukan, biasanya dipakai kriteria komposisi jenis. Namun ini bukan kriteria yang baik sebab komposisi jenis dapat mengalami perubahan sebagai respon terhadap perubahan musim dan fluktuasi cuaca jangka pendek walaupun ekosistem secara keseluruhan tetap mantap Odum 1993. Distribusi luas tutupan koloni karang rekrut di kedua stasiun didominasi oleh 2 genera karang yang sama yaitu Porites dan Acropora, kemudian Cyphastrea Sta.1 dan Pocillopora Sta.2 pada urutan ketiga, diikuti Pocillopora Sta.1 dan Cyphastrea Sta.2 pada urutan keempat Gambar 19 dan 20. Dominansi oleh karang dari genus Porites dan Acropora ini diperkirakan karena karang dari family Poritidae dan Acroporidae memiliki strategi reproduksi dengan 55 cara memijah spawning, yaitu melepaskan sperma dan telur ke kolom air yang diikuti dengan fertilisasi eksternal. Di terumbu karang alami, kedua famili banyak Gambar 19 Persentase tutupan karang rekrut pada bulan Oktober 2009 dan Maret 2010. terdapat di berbagai kondisi perairan dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan bertahan dalam waktu lama Rudi 2006. Gambar 20 Persentase tutupan karang rekrut pada bulan Juli 2010.

4.6 Pertumbuhan Karang Rekrut pada Permukaan Terumbu Buatan