24 Indeks Keanekaragaman menunjukkan ketidaktentuan yang terdapat
pada spesies yang menggambarkan struktur komunitas. Semakin tinggi jumlah spesies, maka semakin tinggi ketidaktentuannya. Indeks Shanon H’ adalah
indeks keanekaragaman yang paling populer digunakan. Kriteria nilai dalam indeks ini dibagi menjadi 3, yaitu; H’1, artinya keragaman jenis rendah,
komunitas tidak stabil, tekanan lingkungan terhadap komunitas tinggi; 1H’3, artinya keragaman jenis sedang, komunitas cukup stabil, tekanan lingkungan
terhadap komunitas sedang, dan daya dukung lingkungan terhadap komunitas cukup; dan jika H’3, artinya keragaman jenis tinggi, komunitas stabil, kompetisi
sangat rendah, daya dukung lingkungan terhadap komunitas sangat baik, dan terjadi keseimbangan ekosistem Odum 1993. Secara umum, nilai indeks H’
dipengaruhi oleh jumlah spesies dan jumlah individu per spesies. Indeks Keseragaman Evenness memiliki nilai yang berkisar 0-1,
semakin mendekati angka 1 artinya suatu komunitas makin seragam. Nilai indeks keseragaman yang lebih besar dari 0,6 menunjukkan bahwa jumlah jenis
dalam populasi besar Krebs 1989, in Samidjan 2005. Kisaran yang digunakan untuk indeks keseragaman adalah: 0E≤0,5 artinya komunitas tertekan;
0,5E≤0,75 artinya komunitas labil; dan 0,75E≤1,0 artinya komunitas stabil Daget 1976. Tidak semua jenis organisme mempunyai peran yang sama
pentingnya dalam komunitas. Indeks Dominansi menunjukkan adanya satu atau lebih spesies yang mempunyai peranan yang jauh lebih besar terhadap
komunitas dan lingkungan. Nilai Indeks Dominansi Simpson D berkisar 0-1, semakin mendekati 1 artinya semakin besar peranandominasi suatu jenis dalam
komunitas Odum 1993.
2.4 Hasil-hasil Penelitian tentang Terumbu Buatan
P emahaman tentang bagaimana material substrat terumbu buatan atau
pemecah gelombang mempengaruhi perkembangan pembentukan organisme bentik masih terbatas Burt et al. 2009. Dengan menggunakan keramik ukuran
standar dari material yang biasa digunakan untuk konstruksi pemecah gelombang breakwater dan terumbu buatan, yaitu beton, gabbro, granit, dan
batu pasir sandstone, Burt et al. melakukan penelitian di dua breakwaters DDD, PRT dan dua terumbu alami NR1, NR2 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Rekrutmen karang tertinggi terdapat di DDD 4,9±0,5 rekrut 100 cm
-2
, sedangkan di lokasi lainnya rendah dan tidak berbeda antar lokasi PRT=
25 0,1±0,04; NR1=0,3±0,1; NR2=0,1±0,03 rekrut 100 cm
-2
Burt et al. 2009. Secara keseluruhan, struktur komunitas bentik lebih dicirikan oleh perbedaan
antar lokasi daripada perbedaan material substrat. Hasil ini mengindikasikan bahwa perbedaan spesifik lokasi site-specific dalam pola rekrutmen lebih
penting dalam menentukan tahap awal struktur komunitas bentik daripada perbedaan antar material substrat Burt et al. 2009.
Kajian tentang komposisi dan laju rekrutmen karang serta variasi spasial dan temporalnya di Teluk Thailand oleh Yeemin 2000 menyimpulkan bahwa
tingkat keragaman dan densitas spesies juvenil koloni karang rendah. Rekrut karang pada substrat penempelan kebanyakan dari spesies Pocillopora
damicornis . Beberapa karang yang kelimpahannya tinggi dengan tutupan karang
besar hanya sedikit jumlah koloni juvenilnya yang ditemukan. Faktor yang paling penting dalam mengontrol pola distribusi dan laju kematian koloni juvenil adalah
posisi substrat yang tersedia, sedimen, aktivitas grazing bulu babi Diadema setosum
dan daerah teritorial ikan karang Pomacentridae damselfish. Hasil studi rekrutmen karang scleractinia pada substrat penempelan di
Pulau Heron, Great Barrier Reef selama 4 tahun menunjukkan bahwa rekrutmen didominasi oleh karang Pocilloporidae yaitu sebanyak 8 627 rekrut 80,10,
sedangkan karang Acroporidae non-Isopora 16,40. Karang Poritidae, Favidae, dan Acroporidae Isopora hanya 3,50, walaupun cukup melimpah sebagai
organisme dewasa di terumbu karang Dunstant Johnson 1998, in Rudi 2006. Penelitian pola rekrutmen karang scleractinia di Gneering Shoals di bagian
Selatan GBR, Australia oleh Banks dan Harriot 1996, diacu dalam Rudi 2006 menemukan bahwa rekrutmen pada musim panas didominasi oleh Famili
Acroporidae, sedangkan Famili Pocilloporidae didapatkan sepanjang tahun. Benfield
et al . 2008 membandingkan ikan karang dari dua habitat yaitu
terumbu karang dan substrat berbatu dengan koloni karang di Kepulauan Las Perlas Panama. Mereka menggunakan survei AGRRA Atlantic and Gulf Rapid
Reef Assessment yang dimodifikasi dan transek kuadrat untuk menentukan
komposisi substrat dasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan dari substrat berbatu dengan koloni karang lebih beragam dan kaya akan spesies
secara nyata daripada ikan dari terumbu karang Benfield et al. 2008. Kedua habitat memiliki spesies dan ukuran komposisi yang berbeda secara nyata, tetapi
memiliki kelompok famili dan trofik yang tumpang tindih overlapped. Topografi, pencahayaan, dan persen tutupan karang masif dan bercabang berkorelasi
26 secara signifikan terhadap perbedaan dalam parameter ikan Benfield et al.
2008. Kelimpahan ikan terumbu di daerah ini tampaknya lebih ditentukan oleh adanya struktur yang lebih besar yang membedakan kedua habitat, daripada
struktur skala kecil yang beragam dalam habitat Benfield et al. 2008. Penelitian rekrutmen karang menggunakan substrat buatan dari bahan
semen, keramik, dan besi selama 5 bulan pengamatan Juni-November 1996 di Pulau Sikuwai, Teluk Bungus, Kota Padang mendapatkan 108 koloni rekrut
karang yang terdiri atas 59 koloni pada semen, 29 koloni pada keramik, dan 20 koloni pada besi. Rekrutmen karang terbanyak terjadi pada bulan September
dengan kelimpahan tertinggi 0,41 kolonim
2
bulan untuk genus Pocillopora Abrar 1999, in Rudi 2006. Hal ini menunjukkan bahwa substrat semen paling cocok
bagi penempelan larva karang. Hasil penelitian Bachtiar 2000, diacu dalam Rudi 2006 di Gili Indah, Lombok NTB menemukan bahwa rekrut karang
terbanyak dari Famili Acroporidae, diikuti Pocilloporidae, dan Poritidae, sementara penelitian oleh Samidjan 2005 menunjukkan bahwa Famili
Pocilloporidae adalah yang dominan ditemukan pada substrat terumbu buatan beton.
Terdapat perbedaan yang signifikan diantara karang-karang dari Famili Pocilloporidae dan Acroporidae dalam mengolonisasi suatu substrat yang baru.
Hal ini terutama berhubungan dengan komposisi lapisan biologis pada substrat penempelan. Spesies Acropora palifera Famili Acroporidae hanya akan mampu
bermetamorfosis jika pada substrat terdapat populasi crustose coralline algae CCA, sedangkan spesies Stylophora pistillata Famili Pocilloporidae akan
mampu menempel dan bermetamorfosis dengan ada atau tidak adanya populasi CCA tersebut pada substrat Morse et al. 1996, in Rudi 2006; Baird Morse
2004, in Rudi 2006. Hasil monitoring rekrutmen karang pada terumbu buatan beton di Pulau
Pramuka yang ditenggelamkan pada kedalaman 3-10 meter sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa terumbu buatan beton telah ditempeli berbagai organisme
seperti karang, alga, sponge, moluska, gorgonian, bulu babi, dan karang lunak soft coral. Jumlah koloni karang rekrut pada 13 unit terumbu buatan yang
diamati mencapai 534 koloni dari atas 34 spesies dari 8 famili. Kelimpahan famili karang yang menempel pada terumbu buatan yaitu: Poritidae 203 koloni 38,
Faviidae 128 koloni 24, Pocilloporidae 113 koloni 21,20, Acroporidae 80 koloni 15, Fungidae 5 koloni 0,90, Merulinidae dan Mussidae 2 koloni
27 0,40, dan Agaricidae 1 koloni 0,20. Selama hampir 6 tahun 2001-2007
jumlah koloni karang rekrut pada terumbu buatan yang berukuran 1x1x1 meter di Pulau Pramuka berkisar 25-70 koloni dari berbagai ukuran berkisar 1-40 cm Dit.
PPK-DKP 2007. Tingginya kelimpahan karang famili Poritidae ini sejalan dengan pernyataan Suharsono 1998 bahwa terumbu karang Indonesia didominasi oleh
karang dari marga Acropora, Montipora dan Porites dalam hal persentase tutupan karang hidup di perairan dan jumlah kekayaan jenisnya.
2.5 Stabilitas Substrat