Faktor Pembatas Ekosistem Terumbu Karang

9

2.1.2 Faktor Pembatas

Terumbu karang merupakan ekosistem khas laut tropis yang terbuka dan kompleks di mana struktur, fungsi, keragaman hayati, dan resiliensinya rentan terhadap perubahan kualitas air dan biogeokimia serta aliran hidrologi Hughes et al. 1992; Done et al. 1996. Kerentanan terumbu karang terhadap perubahan lingkungan perairan terutama adalah pada suhu, salinitas, sedimentasi dan eutrofikasi. Terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan perairan, di mana pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan kualitas perairan yang alami pristine dan lingkungan yang miskin nutrien oligotrofik Veron 1995; Wallace 1998. Terumbu karang umumnya hanya ditemukan di perairan tropis dan sub tropis yang hangat, dangkal, jernih, dan rendah nutrien, dengan suhu optimum berkisar 25-29 ºC Buddemeier Wilkinson 1994, in Grimsditch Salm 2006;. Karang pembentuk terumbu terbatas pada perairan hangat, dan dapat tumbuh serta bereproduksi jika rerata suhu perairan di atas 20 o C 68 o F Barnes Hughes 1999; Castro Huber 2005. Batas atas suhu bagi karang bervariasi, tetapi biasanya berkisar 30-35 o C Castro Huber 2005. Kondisi suhu air permukaan pada Musim Barat Desember-Februari berkisar 28,5–30 o C, pada Musim peralihan Barat-Timur Maret-Mei berkisar 29,5-30,7 o C, pada Musim Timur Juni-Agustus berkisar 28,5-31 o C, sedangkan pada Musim peralihan Timur-Barat September-November berkisar 28,5-31 o C Suyarso 1995. Karang hermatipik merupakan organisme laut sejati yang tidak bisa bertahan pada salinitas air laut yang menyimpang dari salinitas normal 32- 35 00 , namun di beberapa wilayah seperti Teluk Persia, terumbu karang dapat berkembang pada salinitas 42 o oo Nybakken 1982. Kondisi salinitas di perairan sekitar Teluk Jakarta selama pergantian musim juga mengalami fluktuasi. Pada Musim Barat Desember-Februari salinitas berkisar 25-32,5 o oo , pada Musim peralihan Barat-Timur Maret-Mei kisarannya 28-32,5 o oo , pada Musim Timur Juni-Agustus berkisar 29–32 o oo , dan pada Musim peralihan Timur-Barat kisaran salinitasnya 28-32 o oo Suyarso 1995. Menurut Suharsono 1996, pertumbuhan, penutupan dan kecepatan tumbuh karang berkurang secara eksponensial dengan kedalaman. Pada laut yang jernih, karang hermatipik bisa sampai kedalaman 70 m Barnes Hughes 1999, namun jarang yang dapat berkembang pada kedalaman lebih dari 50 m 165 ft Castro Huber 2005. Pada umumnya terumbu karang lebih 10 berkembang pada daerah-daerah yang mengalami gelombang besar. Gelombang tersebut mengalirkan sumber air yang segar, memberikan oksigen dalam air laut dan menghalangi pengendapan pada koloni. Gelombang juga memberi plankton yang baru untuk makanan koloni karang Nybakken 1982. Arus bermanfaat untuk pemindahan nutrien, larva dan sedimen, juga untuk menghalau dan membersihkan kotoransampah. Kecepatan air dan turbulensi juga memiliki pengaruh kuat terhadap morfologi umum dan komposisi taksonomi dari ekosistem terumbu karang Tomascik et al. 1997. Karakteristik pasang surut di perairan Kepulauan Seribu termasuk jenis campuran mix tide cenderung diurnal dengan kisaran pasang surut sampai 80 cm, sedangkan arah arus secara umum dominan dari Timur Laut sampai Tenggara Retraubun Atmini 2004. Terumbu karang hanya dapat berkembang dengan baik di daerah tropik. Hal ini disebabkan oleh adanya dua kelompok karang yaitu karang hermatipik penghasil terumbu dan ahermatipik bukan penghasil terumbu. Karang hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropik atau terbatas di daerah hangat dengan penyinaran cukup, sedangkan ahermatipik ditemukan di seluruh dunia, di tempat yang tak terbatas Nybakken, 1982; Suharsono, 1996. Karang hermatipik memproduksi rangka kalsium karbonat dengan bantuan alga fotosintetik dinoflagellata bersel tunggal , Symbiodinium spp., yang juga dikenal sebagai zooxanthellae yang hidup bersimbiosis dalam jaringan karang Castro Huber 2005; Burkepile Hay 2008. Polip dapat menerima sampai 95 karbon hasil fotosintesis zooxanthellae untuk digunakan sebagai makanan. Makanan ini adalah sumber energi bagi karang, yang digunakan untuk tumbuh, bereproduksi, berkompetisi dengan karang dan hewan lain serta untuk mendepositkan kalsium karbonat membentuk rangka Musso Hutchison 1996. Dalam kondisi perairan tertentu, zooxanthellae dapat keluar dari karang misalnya sebagai akibat dari tekanan lingkungan atau adanya penyakit yang menimpa karang tersebut dan menyebabkan karang menjadi putih yang disebut coral bleaching Veron 1986; Barnes Hughes 1999. Penyebab stress pada terumbu karang dapat berupa nutrien, sedimen, suhu, salinitas, dan polutan lainnya hidrokarbon, logam, pestisida, herbisida dan klorin yang semuanya bersumber dari polutan Hawker Connel, 1992. Kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu telah mengalami peningkatan dalam penambahan materi organik dan anorganik terutama dari daratan Dupra 2002, in Paonganan 2008. Hasil penelitian Damar 2003, diacu dalam Paonganan 2008 11 menunjukkan estimasi Dissolve Inorganic Nitogen DIN yang masuk ke perairan Teluk Jakarta dari 3 sungai besar mencapai 21 260 ton per tahun. Total fosfat yang masuk ke Teluk Jakarta mencapai 6 741 ton per tahun, adapun silikat mencapai 52 417 ton per tahun. Sebaran nitrat di perairan Teluk Jakarta yang diukur selama setahun memiliki kisaran tertinggi di daerah pantai dengan konsentrasi berkisar 0,58–35,17 µgA-NO 3 l -1 dan terendah di daerah offshore berkisar 0,02-3,62 µgA-NO 3 l -1 Damar 2003, in Paonganan 2008.

2.1.3 Pertumbuhan Karang