Fungsi Terumbu Buatan Struktur, Desain dan Material

20 rumpon. Bila setiap becak dihargai 100 ribu rupiah kenyataannya banyak yang berharga 200 ribu rupiah, berarti pembuatan rumpon becak di Teluk Jakarta sudah mencapai 6 milyar rupiah pada 1990 www.majalah.tempointeraktif.com. Sejak tahun 2001 sampai 2008, Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah menenggelamkan terumbu buatan beton dengan jumlah lebih dari 1 700 unit di 29 lokasi kabupatenkota dengan jumlah anggaran diperkirakan lebih dari 5,3 milyar rupiah Data diolah Dit. PPK-DKP 2008.

2.2.2 Fungsi Terumbu Buatan

Terumbu buatan digunakan dalam manajemen pesisir dengan tujuan umumnya untuk meningkatkan produksi dan hasil perikanan Jepang, selam rekreasi USA, mencegah penggunaan trawl Eropa, pemulihan efek over- fishing Hong Kong, budidaya laut, wisata dan konservasi sumberdaya Baine 2001; Whitmarsh et al. 2008. Terumbu buatan memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1 menyediakan substrat sebagai tempat organisme menempel, 2 meningkatkan kompleksitas habitat dengan menyediakan ruang vertikal tertentu, 3 mengubah pola arus dan gelombang Mottet 1981. Menurut White et al. 1990, ada empat fungsi terumbu buatan yaitu: 1 mengumpulkan organisme laut atraktan untuk meningkatkan efisiensi penangkapan, 2 melindungi dan menyediakan area asuhan, 3 meningkatkan produktivitas alami dengan menyediakan habitat baru yang permanen bagi biota penempel sessile, dan 4 menjaga keseimbangan siklus rantai makanan, menyediakan habitat dan simulasi karang alami untuk spesies tertentu. Terumbu buatan juga dapat meningkatkan keanekaragaman lokal dan ketersediaan ruang dengan menambah habitat asli, meningkatkan produksi dan memperkaya keragaman jenis Perkol-Finkel Benayahu 2004.

2.2.3 Struktur, Desain dan Material

Struktur terumbu buatan dapat dibagi menjadi tiga kategori fungsional yaitu: 1 blok substrat substrate blocks, 2 struktur kamar chamber blocks, dan 3 blok pemecah ombak breakwater blocks. Material Beton reinforced concrete merupakan material yang paling utama digunakan untuk konstruksi terumbu buatan dalam bentuk kubus, blok dan pipa Baine 2001, hal ini karena beton mudah untuk dibentuk, dapat disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan dan relatif murah. Desain dan ukuran terumbu buatan, terutama material beton dalam bentuk block sangat beragam di berbagai tempat di dunia, baik ditumpuk 21 berbentuk piramid maupun disebarkan secara terpisah pada fishing ground Reppie 2006. Metode yang digunakan dalam program restorasi terumbu karang sebaiknya sederhana, menggunakan material yang murah serta tersedia di daerah lokal Yeemin 2006. Sejauh ini, material terumbu buatan yang paling disenangi adalah beton, termasuk kubus, balok dan pipa, dan kombinasinya dengan kapal bekas, batuan galian dan ban Baine 2001. Berdasarkan sejumlah uji coba terumbu buatan menunjukkan bahwa concrete tahan lama di laut, mudah dibentuk dalam berbagai spesifikasi, serta mempunyai perkembangan komunitas yang serupa dengan terumbu karang alami Delmendo 1991; Omar et al. 1994. Tujuan pengembangannya adalah untuk recruitment dan survival dari juvenile Spanier et al. 1990. Terumbu buatan beton berfungsi dengan baik sebagai habitat target spesies; tidak mengeluarkan racun dan aman bagi lingkungan; mudah dalam penanganan, transportasi dan penebaran di laut; stabil dan tidak mudah terbalik atau terseret gelombang dan arus Reppie 2006. Gambar 2 Contoh terumbu buatan beton yang ditenggelamkan di perairan Pulau Pramuka tahun 2001 foto: Aziz 2010. Desain terumbu buatan juga dapat dikombinasikan dengan metode transplantasi karang untuk meningkatkan pemulihan terumbu karang. Walaupun efektivitas transplantasi masih diperdepatkan, mahal dan jangkauannya terbatas, cara ini baik untuk memperbaiki kerusakan lokal yang spesifik, misalnya area kapal yang kandas, daripada sebagai cara untuk mitigasi dampak kejadian skala besar, seperti pemutihan karang massal Grimsditch Salm 2006. Jika benar- benar diperlukan karena terbatasnya rekrutmen alami dan tingginya variasi tahunan, transplantasi sebaiknya menggunakan karang masif yang tumbuh lambat daripada karang bercabang yang tumbuh cepat untuk sukses jangka ©AM. AZIZ, 2010 22 panjang yang lebih besar Edwards Clark 1999. Keberhasilan transplantasi sangat bergantung pada banyak faktor, seperti lokasi, kondisi lingkungan perairan lokal, kedalaman transplan, spesies karang, dan sejarah strategi hidupnya Grimsditch Salm 2006. Transplantasi karang di beberapa negara, didasarkan pada alasan sebagai berikut: 1 mempercepat pemulihan terumbu karang Indonesia, Filipina, 2 mengganti karang yang mati oleh limbah panas dan polutan lainnya Guam, 3 melindungi komunitas karang dari jenis-jenis langka yang terancam oleh pencemaran, reklamasi pantai atau pembangunan dermaga Singapura, Florida, 4 introduksi kembali spesies kedalam area yang sebelumnya tercemar Hawaii, 5 mempercepat pemulihan karang akibat kapal kandas Florida- Cayman islands, 6 meningkatkan daya tarik wisata Gulf of Aqaba, 7 merehabilitasi terumbu yang rusak akibat wisatawan dan membuat terumbu buatan untuk penyelam Eilat, 8 merehabilitasi terumbu karang akibat pemanasan El-Nino, blooming dinoflagellata, dan Crown-of-thorns Costa Rica, Great Barrier Reef Edwards Clark 1999. Efektivitas terumbu buatan untuk meningkatkan produktivitas perairan sangat bergantung pada desain dan struktur terumbu, terutama apakah desain tersebut dapat memenuhi kebutuhan spesifik dari individu spesies target Jensen Collins 1996, in Reppie 2006. Desain terumbu yang sederhana di Jepang seperti bentuk kubus dan tube atau silinder disebut block Grove et al. 1991, in Reppie 2006. Untuk tujuan mengumpulkan ikan, sebagai shelter ikan dan kerang serta mencegah illegal trawling, di laut Mediterranean, Italia, dan Perancis telah ditetapkan desain habitat buatan berukuran 1-2 m dari kubus beton berlubang sebagai pilihan bentuk, ukuran dan material terumbu buatan Bombace 1989, in Reppie 2006. Desain terumbu bentuk blok sangat bervariasi, baik ditumpuk dalam bentuk piramida maupun disebarkan terpisah pada fishing ground , atau menggunakan kombinasi keduanya.

2.2.4 Pembentukan Komunitas pada Terumbu Buatan