Kelimpahan Jenis Ikan Karang di Terumbu Karang Alami

69 Indeks keseragaman E terendah dengan nilai 0,6658 terdapat di Stasiun 1 pada Mei 2007, sedangkan yang tertinggi dengan nilai 0,8449 diperoleh di Stasiun 1 pada Oktober 2009. Kisaran nilai indeks keseragaman jenis ikan karang pada terumbu buatan ini menandakan bahwa jumlah jenis dalam populasi besar dan komunitas ikan pada terumbu buatan stabil, kecuali pada Mei 2007 di Stasiun 1 dimana nilai E 0,5. Nilai indeks dominansi C berkisar 0,0531-0,1729 yang berarti bahwa tidak ada jenis ikan yang cukup nyata mendominasi komunitas di terumbu buatan karena semua jenis memiliki peran yang cukup seragam dalam komunitas. Stasiun 2 pada Mei 2007 memiliki nilai C paling tinggi karena hanya ditemukan 85 individu ikan dari 16 jenis, dan terdapat jenis yang lebih melimpah dari lainnya. Indeks similarity S membandingkan kesamaan jenis antara Stasiun 1 dan 2 pada setiap bulan pengambilan data. Nilai indeks kesamaan kedua stasiun pada bulan Mei 2007 Musim peralihan Barat-Timur, Oktober 2009 Musim peralihan Timur-Barat, Maret 2010 Musim peralihan Barat-Timur, dan Juli 2010 Musim Timur berturut-turut adalah 0,20; 0,3125; 0,5957; dan 0,4615. Nilai ini termasuk rendah dan menunjukkan bahwa jenis-jenis yang ada di kedua stasiun cukup berbeda karena jumlah spesies yang dapat ditemui di kedua stasiun umumnya kurang dari 50 dari total spesies.

4.11 Kelimpahan Jenis Ikan Karang di Terumbu Karang Alami

Kelimpahan jenis ikan di terumbu karang alami di Gosong Pramuka mencapai 919,5±341,5 ekor250 m 2 pada Maret 2010 dan 367,5±99,7 ekor250 m 2 pada Juli 2010. Jumlah ini lebih tinggi daripada kelimpahan di Pulau Pramuka yang hanya 306,5±44,6 ekor250 m 2 pada Maret 2010 dan 253±26,9 ekor250 pada Juli 2010 Gambar 34. Gambar 34 Kelimpahan jenis ikan di terumbu alami di sekitar terumbu buatan. 70 Kelimpahan jenis ikan di terumbu karang alami pada bulan Maret terdiri atas 28 jenis di Stasiun 1 dan 32 jenis di Stasiun 2. Tiga jenis ikan yang memiliki persentase kelimpahan tertinggi di Stasiun 1 adalah Pristotis obtusirostris 27,19, Chromis atripectoralis 27,08, dan Caesio cuning 10,93, sedangkan tiga kelimpahan tertinggi di Stasiun 2 pada waktu yang sama adalah jenis Pomacentrus alexanderae 33,77, Caesio cuning 12,72, dan Amblyglyphidodon curacao 12,72 Gambar 35. Pada bulan Juli, kelimpahan ikan di Stasiun 1 dan 2 sama-sama terdiri atas 27 jenis dari 8 famili Gambar 36. Gambar 35 Persentase kelimpahan jenis ikan di terumbu alami pada Maret 2010. Gambar 36 Persentase kelimpahan jenis ikan di terumbu alami pada Juli 2010. 71 Tiga jenis ikan dengan kelimpahan tertinggi di Stasiun 1 ditempati Caesio cuning 18,18, Pomacentrus alexanderae 15,81, dan Caesio teres 15,81, sedangkan di Stasiun 2 oleh Caesio cuning 19,18, Pomacentrus alexanderae 13,06, dan Abudefduf vaigiensis 9,80. Penelitian di Pulau Genteng, Pandan, Melinjo, Bira, Opak, dan Putri di Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa ikan karang dari family Pomacentridae memiliki kelimpahan tertinggi berkisar 53-62, diikuti ikan dari family Labridae yang berkisar 27-33 Aktani 2003. Komposisi komunitas ikan, termasuk komposisi jenis dan kelimpahannya berubah berdasarkan musim sesuai pergantian musim Barat Aktani 2003. Penelitian Andono 2004 menemukan 35 jenis ikan dari 16 famili dengan kelimpahan 431 ekor250 m 2 di ujung Selatan Pulau Pramuka pada kedalaman 7 m. Di beberapa lokasi di Gosong Pramuka Andono 2004 juga menemukan 28 jenis ikan dari 11 famili dengan kelimpahan 218 individu di Barat Laut; 33 jenis ikan dari 14 famili dengan kelimpahan 165 individu di ujung Utara; dan 15 jenis ikan dari 12 famili dengan kelimpahan 303 individu di Utara bagian tengah kelimpahan dalam 250 m 2 . Hasil monitoring Terangi 2004, diacu dalam Azizy 2009 menunjukkan kekayaan jenis ikan di Kepulauan Seribu mencapai 211 jenis dari 25 famili. Kelimpahan jenis tertinggi yaitu Pomacentridae 69 jenis dan Labridae 40 jenis. Nilai indeks keanekaragaman H’ ikan di terumbu alami berkisar 2,1664- 2,7162 sedangkan indeks keseragaman E memiliki kisaran 0,6251-0,8241. Indeks dominansi C terendah dan tertinggi pada bulan Juli 2010 terdapat di Stasiun 2 yaitu 0,0913 dan 0,1754. Adapun indeks kesamaan S di kedua Stasiun adalah 0,5 pada bulan Maret dan 0,41 pada bulan Juli. Nilai indeks struktur komunitas ikan di terumbu alami disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Nilai indeks struktur komunitas ikan karang di terumbu alami. Waktu Jml Jenis H E C S Sta.1 Mar10 28 2.4461 0.7341 0.1575 0.50 Sta.1 Jul10 27 2.6875 0.8154 0.1006 0.41 Sta.2 Mar10 32 2.1664 0.6251 0.1754 Sta.2 Jul10 27 2.7162 0.8241 0.0913 Kisaran nilai indeks keanekaragaman H’ ikan di kedua stasiun berada dalam level yang sama yaitu 1H’3. Hal ini berarti bahwa komunitas ikan berada dalam kondisi cukup stabil, memiliki keragaman jenis sedang dan daya dukung lingkungan yang cukup tinggi, namun juga memiliki tekanan lingkungan pada 72 tingkat sedang Odum 1993. Dari segi indeks keseragaman E, pada maret 2010 kedua stasiun memiliki nilai 0,5 E ≤ 0,75 yang berarti komunitas bersifat labil, tetapi pada bulan Juli 2010 nilainya meningkat menjadi 0,75 E ≤ 1,0 yang berarti komunitas dalam kondisi stabil Daget 1976. Nilai indeks dominansi jenis ikan di Stasiun 1 sedikit lebih tinggi dari Stasiun 2, tetapi masih berada pada level rendah C0,2 yang artinya dominasi jenis di kedua stasiun rendah. Nilai indeks kesamaan yang berkisar 0,41-0,5 menunjukkan bahwa komunitas di kedua stasiun cukup berbeda. Nilai indeks keanekaragaman ikan tahun 2004 di Kepulauan Seribu berkisar 1,30-2,88, sedangkan di wilayah Kelurahan Pulau Panggang kisarannya 1.84-2.88. Kisaran nilai ini menurun pada tahun 2005 menjadi 1,21-2,62 di Kepulauan Seribu dan 1,46-2,57 Azizy 2009. Adanya perbedaan kelimpahan dan beberapa nilai indeks struktur komunitas ikan baik di terumbu buatan maupun di terumbu alami di kedua stasiun ini cukup beralasan. Mengingat jarak antara terumbu buatan dan terumbu alami tidak terlalu jauh, diduga bahwa kelimpahan ikan di terumbu buatan sangat dipengaruhi oleh kondisi terumbu karang di ekosistem alami. Semakin tinggi persentase tutupan karang hidupnya, maka ikan akan lebih memilih tinggal dan mencari makan di terumbu karang alami.

4.12 Hubungan Persentase Tutupan Karang dengan Kelimpahan Ikan