Pertumbuhan Karang Proses Pengendapan CaCO

11 menunjukkan estimasi Dissolve Inorganic Nitogen DIN yang masuk ke perairan Teluk Jakarta dari 3 sungai besar mencapai 21 260 ton per tahun. Total fosfat yang masuk ke Teluk Jakarta mencapai 6 741 ton per tahun, adapun silikat mencapai 52 417 ton per tahun. Sebaran nitrat di perairan Teluk Jakarta yang diukur selama setahun memiliki kisaran tertinggi di daerah pantai dengan konsentrasi berkisar 0,58–35,17 µgA-NO 3 l -1 dan terendah di daerah offshore berkisar 0,02-3,62 µgA-NO 3 l -1 Damar 2003, in Paonganan 2008.

2.1.3 Pertumbuhan Karang

Kebutuhan utama untuk aktifnya pertumbuhan karang adalah cahaya untuk kepentingan zooxanthellae dalam berfotosintesis Nybakken 1982. Tingkat pertumbuhan mungkin juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti panjang hari, suhu perairan, suplai makanan, sedimentasi, pemangsaan dan kompetisi Wood 1983. Koloni-koloni karang mungkin lebih cepat dan lebih mudah bertambah dalam ukuran karena terdiri atas polip-polip karang. Setiap polip karang mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan polip lain. Budding adalah pertumbuhan luar yang sederhana di dalam jaringan polip yang membentuk polip baru Musso Hutchison 1996. Laju pertumbuhan pada koloni-koloni karang dapat berbeda satu sama lain, karena perbedaan spesies, umur koloni, dan daerah suatu terumbu. Koloni yang muda dan kecil cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada koloni-koloni yang lebih tua, sedangkan koloni bercabang-cabang atau yang seperti daun cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada karang masif Nybakken 1982. Karang dengan kerangka berongga porous memiliki pertambahan ukuran lebih cepat daripada yang padat solid Wood 1983. Pertumbuhan karang di perairan dangkal terutama ke atas, sedangkan karang di perairan dalam pertumbuhannya cenderung ke samping. Pertumbuhan yang picak di kedalaman yang lebih jauh dapat menyediakan lebih banyak daerah permukaan untuk menampung cahaya dan lebih sedikit memerlukan bahan kerangka daripada bentuk yang bundar di air dangkal Mc. Connaughey Zottoli 1983.

2.1.4 Proses Pengendapan CaCO

3 pada Karang Kalsifikasi Laju pertumbuhan karang dipengaruhi oleh proses kalsifikasi, yaitu proses mineralisasi kalikoblast epidermis yang menggunakan hasil sekresi metabolisme karang sebagai bahan utamanya. Pembentukan kapur CaCO 3 bergantung pada kecepatan pemindahan asam karbonat pada proses kalsifikasi Suharsono 12 1984. Berdasarkan pengamatan laboratorium, terbentuknya endapan kalsium karbonat CaCO 3 adalah sebagai berikut: Ca 2+ + 2HCO 3 - CaHCO 3 2 CaCO 3 + H 2 CO 3 CaCO 3 aroganit kristal inilah yang mengendap dan membentuk terumbu Sya’rani 1982. Bertambahnya konsentrasi CO 2 di atmosfer merupakan ancaman bagi terumbu karang karena menyebabkan perubahan kimia air laut, mengurangi konsentrasi ion-ion karbonat, dan mendorong menurunnya laju kalsifikasi karang, laju pertumbuhan dan kekuatan struktur rangka kapur. Struktur rangka yang lemah membuat karang mudah rusak akibat gelombang, turis yang ceroboh, bioerosi, dan penangkapan ikan yang merusak Buddemeier et al. 2004, in Grimsditch Salm 2006. Air laut menyerap CO 2 untuk memproduksi asam karbonat H 2 CO 3 , bikarbonat HCO 3 - and ion karbonat CO 3 2- Buddemeier et al. 2004, in Grimsditch Salm 2006. Asam karbonat H 2 CO 3 berubah menjadi ion Hidrogen H + dan Karbonat HCO 3 - yang cenderung berubah menjadi H 2 O dan CO 2 . Di dalam tubuh karang, reaksi pembentukan H 2 O dan CO 2 ini dipercepat oleh enzym anhydrase Mapstone 1990. Zooxanthellae memanfaatkan hasil metabolisme dan respirasi karang CO 2 untuk proses fotosintesa. Bentuk ion karbonat 2HCO 3 - dalam air tidak stabil, sehingga mengikat ion Kalsium Ca 2+ dari perairan dan membentuk CaHCO 3 2 yang stabil Suharsono 1984. Jika proses ini berjalan cepat, maka keseimbangan akan bergeser ke arah kanan dan terurai menjadi CaCO 3 dan H 2 CO 3. Proses ini terjadi setiap hari di mana puncak pendepositan kalsium karbonat terjadi pada siang hari saat proses asimilasi mencapai level tertinggi Mapstone 1990. Dalam kondisi perairan tertentu, algae simbion karang zooxanthellae dapat keluar dari karang sebagai akibat dari tekanan lingkungan atau adanya penyakit yang menimpa karang tersebut dan menyebabkan karang menjadi putih Veron 1986. Pemutihaan karang bleaching didefinisikan sebagai respon terhadap stres, yang sering diikuti dengan kematian yang luas, berkurangnya laju pertumbuhan, dan menurunnya kesuburan fecundity Baird Marshall 2002; Douglas 2003, in Hughes et al. 2003. Sumber stres yang dapat menyebabkan pemutihan karang coral bleaching terutama adalah perubahan cahaya dan suhu, selain penyakit, banjir, polusi, dan sedimentasi Hughes et al. 2003. 13 Adanya konsentrasi nutrien yang tinggi, sedimen, dan polutan lainnya hidrokarbon, logam, pestisida, herbisida dan klorin yang berasal dari pencemaran dapat berbahaya bagi pertumbuhan karang karena dapat menyebabkan eutrofikasi dan mempengaruhi keseimbangan ekologis komunitas, karena terumbu karang umumnya tumbuh dalam perairan yang secara alami rendah nutrien Hawker Connel 1992; Castro Huber 2005. Penyebab eutrofikasi yang paling penting adalah nitrogen dan fosfor yang umumnya berasal dari sumber-sumber pertanian dan kegiatan domestik disekitar perairan Oksanen 2000, in Rudi 2006. Eutrofikasi akan memacu pertumbuhan seaweeds atau alga lebih cepat dan menutupi karang yang tumbuh lambat Castro Huber 2005. Kompetisi antara karang batu scleractinian corals dan alga bentik adalah penting dalam struktur komunitas terumbu karang dan merupakan fase kritis dalam degradasi terumbu karang McCook et al. 2001. Kemampuan karang untuk berkompetisi dengan alga juga berbeda secara signifikan diantara bentuk pertumbuhan karang coral life forms. Jelasnya, jenis karang dan alga yang berbeda akan memiliki kemampuan berbeda atau, rentan terhadap mekanisme yang berbeda, bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran, struktur, kondisi, bentuk pertumbuhan, pola pertumbuhan, ukuran polip dan tentakel, dan jenis kelamin dan mekanisme reproduksi vegetatif, demikian juga dengan faktor-faktor lingkungan seperti nutrien, herbivora pemakan alga dan level cahaya McCook et al. 2001. Mekanisme kompetisi antara karang dan alga dapat berupa pertumbuhan yang terlalu cepat overgrowth, peneduhan shading, kimiawi, penghalangan rekrutmen recruitment barrier, pengelupasan ephithel, allelopathy, dan sekresi mucus McCook et al. 2001. Penelitian yang dilkukan oleh Jompa dan McCook 2003 di Great Barrier Reef, Australia tentang kemampuan kompetisi alga merah Anotrichium tenue terhadap koloni karang masif Porites spp. menunjukkan bahwa, sebagian besar jaringan karang hidup yang ditumbuhi oleh Anotrichium tenue mati dengan cepat. Umumnya, pola yang cukup seragam adalah Anotrichium tenue mengolonisasi jaringan karang hidup di perbatasan antara rangka karang yang mati dan alga. Jaringan karang yang terkolonisasi kemudian memutih dan pada akhirnya mati.

2.1.5 Bentuk Pertumbuhan Karang