15 Organ reproduksi karang berkembang di antara mesentri filamen. Karang
yang hidup di daerah tropis organ reproduksinya dapat ditemukan sepanjang tahun karena siklus reproduksinya terjadi sepanjang tahun dengan puncak
reproduksi dua kali dalam setahun Suharsono 1996. Karang dapat bersifat gonokhoris maupun hermaprodit dioecious, di mana dalam satu polip dapat
ditemukan organ betina saja atau jantan saja atau kedua-duanya, namun karang hermaprodit jarang mempunyai tingkat pematangan seksual yang bersamaan
Suharsono 1996. Pembuahan umumnya terjadi di dalam ruang gastrovaskuler induk betina dan sperma yang dilepaskan ke dalam air akan masuk ke dalam
ruang gastrovaskuler ini. Telur-telur yang telah dibuahi biasanya ditahan sampai perkembangannya mencapai stadium larva planula. Planula kemudian
dilepaskan dan berenang dalam perairan terbuka untuk menetap dan memulai suatu koloni baru Nybakken 1982.
Menurut Veron 1995, sebagian besar spesies karang akan melepaskan telur dan spermanya atau memijah spawning dibandingkan dengan cara
mengerami larva brooding. Karang yang memijah memiliki fekunditas yang tinggi, sedangkan yang mengerami larva menghasilkan larva dengan jumlah
lebih sedikit, namun berukuran lebih besar dan berkembang lebih baik. Hasil pengamatan terhadap 210 spesies karang yang sudah dipelajari sifat
reproduksinya menunjukkan bahwa sebagian besar atau 131 spesies bersifat hermaprodit broadcast spawners
, 11 spesies hermaprodit brooders, 37 spesies gonochoris broadcaster
, dan 7 spesies gonochoris brooders Richmond Hunter 1990, in Rudi 2006. Sifat dan cara reproduksi secara umum adalah konservatif
dalam spesies, genus, dan famili. Sebagian besar spesies karang melakukan reproduksi seksual melalui
pemijahan massal. Dalam selang waktu 24 jam, seluruh karang dari satu spesies atau bahkan satu genus dapat melepaskan telur dan spermanya pada saat
bersamaan. Hal ini umumnya terjadi pada spesies-spesies dari genus Montastrea, Montipora, Platygyra, Favia
, dan Favites Harrison Wallace 1990, in
Rudi 2006.
2.1.7 Rekrutmen dan Penempelan Karang
Rekrutmen juvenile karang coral recruitment dan kematian pasca penempelan settlement adalah proses yang penting dalam dinamika populasi
karang dan ekologi komunitas terumbu Smith 1992. Rekrutmen juga berperan
16 vital dalam distribusi dan kelimpahan spesies Connel et al. 1997, in Soong et al.
2003. Proses menempelnya juvenil karang yang mengakhiri kehidupannya sebagai organisme planktonik pada substrat yang cocok untuk memulai fase
hidup baru sebagai bagian dari komunitas di terumbu karang disebut dengan proses rekrutmen karang. Rekrutmen karang yang didefinisikan sebagai
penempelan larva dan pertumbuhan ukuran yang dapat dilihat dengan mata telanjang, adalah proses penting dari dinamika populasi yang mendasari
keberlanjutan eksistensi terumbu karang Moulding 2005. Laju penempelan karang sering dipercepat oleh kehadiran alga berkapur mengerak calcareous
encrusting algae , sedangkan pasir yang lembut, endapan dan lumpur cenderung
menghalangi penempelan karang batu McManus 2001. Kolonisasi merupakan salah satu proses penting dalam rekrutmen
karang, yaitu proses juvenil karang mulai menempati suatu habitat untuk menjadi organisme bentik. Dua hal penting yang menentukan dalam proses ini adalah
ketersediaan larva dan substrat tempat menempel yang sesuai. Proses identifikasi tempat yang sesuai untuk menempel oleh larva karang sangat
dipengaruhi oleh kemampuan larva dalam pengenalan dan pencarian substrat Richmond 1997, in Rudi 2006. Larva karang juga sensitif terhadap komposisi
substrat, lingkungan sekitar, kondisi cahaya dan orientasi substrat Soong 2003. Kepadatan dan komposisi dari karang rekrut juga berbeda antar musim dan antar
tahun Soong 2003. Pembentukan komunitas karang pada permukaan terumbu buatan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan yang optimal bagi
kehidupan dan pertumbuhan hewan karang secara umum. Efektivitas terumbu buatan sebagai media rekrutmen larva karang sangat
dipengaruhi oleh material dasar penyusunnya, kondisi lingkungan perairan seperti arus, salinitas, sedimentasi, kecerahan, temperatur, DO, pH, BOD, COD
dan adanya terumbu karang alami sebagai induk atau sumber larva karang Reppie 2006. Pengamatan karang rekrut dengan diameter kurang dari 5 cm
juga dilakukan oleh Moulding 2005 pada kedalaman 3-8 meter menggunakan transek kuadrat yang ditempatkan secara acak di upper keys, middle keys dan
lower keys of Florida. Karang rekrut dihitung, diukur dan diidentifikasi sampai
genus. Moulding 2005 menemukan 14 genera karang dari seluruh site dengan kelimpahan berkisar 5-13 genera per site. Kepadatan berkisar 6,29 ±1,92 sampai
39,08 ±4,53 rekrut per m
2
. Mayoritas karang rekrut adalah jenis karang batu non-
17 masif yang berkontribusi relatif kecil terhadap keseluruhan proses pembentukan
terumbu, sedangkan jenis karang masif ditemukan lebih sedikit di upper keys dibandingkan dengan di middle dan lower keys Moulding, 2005. Pola rekrutmen
karang di upper keys berpotensi menghalangi kemampuan mereka untuk pulih dari tekanan dan gangguan Moulding 2005.
Monitoring rekrutmen dan kelangsungan hidup juvenile karang oleh Smith 1992 di Bermuda dan sekitarnya menunjukkan bahwa Porites
astreoides, yang
bereproduksi dengan cara melepaskan brooded planulae, menjadi spesies rekrut dominan di semua lokasi. Hal ini karena planula tersebut dapat menetap settle
pada substrat dengan cepat. Sementara, karang yang dominan di terumbu Bermuda, Diploria spp., hanya sedikit mendapat rekrut baru, diduga karena cara
bereproduksi spesies ini mengeluarkan spermatelur broadcaster Smith 1992. Namun demikian, Diploria spp. memiliki laju kematian juvenile yang lebih rendah
dibandingkan dengan P. astreoides Smith 1992. Karang yang memproduksi planula brooding corals, terutama agaricidae
menjadi karang rekrut yang dominan di terumbu Atlantik dibandingkan dengan laju rekrutmen yang tinggi dari acroporidae spawner di Pasifik. Kelompok yang
disebut terakhir juga mengalami kematian pasca penemeplan yang tinggi dibandingkan dengan brooding corals baik di Atlantik maupun Pasifik Smith
1992. Karang masif di kedua lautan umumnya memiliki laju rekrutmen yang rendah, terkait cara mereka bereproduksi dengan mengeluarkan telur, dan
rendahnya laju kematian pasca settlement Smith 1992. Beberapa kriteria tempat yang cocok bagi penempelan larva karang
adalah tipe substrat, pergerakan air, salinitas, ketersediaan cahaya, tingkat sedimentasi, dan tersedianya lapisan biologis atau spesies mikroalga tertentu.
Langkah pemilihan substrat oleh larva planula yang siap menempel dimulai dengan kecenderungan untuk berenang menuju dasar untuk melakukan kontak
dengan permukaan substrat keras yang sesuai atas dasar signal kimia yang mempengaruhi reseptor yang terletak di permukaan luar larva. Prosedur
pencarian substrat yang cocok dapat dilakukan berulang-ulang sampai mendapatkan substrat yang benar-benar cocok, misalnya pada Pocillopora
damicornis Harrison Wallace 1990, in Rudi 2006. Jika substrat memiliki
tekstur yang baikcocok dan dilingkupi oleh lapisan biologis, planula lalu akan membuat pelekatan dengan menggunakan aboralnya, kemudian mulai
18 melakukan kontak, melepaskan lapisan matriks organik dan diikuti dengan
deposisi rangka karbonat Richmond 1997, in Rudi 2006.
2.2 Terumbu Buatan Artificial Reef