69
M = ∑F N
M = 1017 = 59,8 17
Tabel 4. 26 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus I
No Skor X
F F X
1 53
1 53
2 60
1 60
3 66
7 462
4 73
7 511
5 80
1 80
N = 17 ∑F X = 1166
Berdasarkan tabel distribusi di atas, selanjutnya penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
M = ∑F N
M = 1166 = 68,6 17
Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus II
No Skor X
F F X
1 66
1 65
2 73
6 67
3 80
7 70
4 86
2 365
5 93
1 75
N = 17 ∑F X = 1329
Berdasarkan tabel distribusi di atas, selanjutnya penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
70
M = ∑F N
M = 1329 = 78,2 17
Tahap selanjutnya penulis mencari selisih nilai rata-rata dari pretest, siklus I, dan siklus II. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam
keterampilan berbicara siswa kelas III di MI Ziyadatul Huda. Untuk mencari selisih nilai rata-rata tiap siklusnya menggunakan rumus :
Selisih nilai = X1 ─ Xpretest
= 68,6 ─ 59,8
= 8,8 Selisih nilai
= X2 ─ Xpretest = 78,2
─ 59,8 = 18,4
Tahap berikutnya penulis mencari persentase peningkatan dengan rumus : Persentase peningkatan nilai = selisih nilai X1 x 100
∑N = 8,8 x 100
17 = 51,7
Persentase peningkatan nilai = selisih nilai X2 x 100 ∑N
= 18,4 x 100 17
= 108 Berdasarkan hasil analisis data nilai di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai
yang diperoleh siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan peningkatan persentase dari pretest ke siklus I sebesar 51,7 dan dari pretest ke
siklus II sebesar 108.
71
Berdasarkan data-data di atas dapat diketahui perbandingan nilai dari pretest, siklus I dan siklus II pada grafik berikut:
Grafik 4.4.Grafik Perbandingan
Pada grafik 4.4 terlihat perbandingan tingkat kemampuan berbicara siswa pada setiap tindakan. Siswa yang mendapat nilai antara 40
– 48 pada saat pretest berjumlah 2 orang, pada siklus I tidak ada , dan pada siklus II juga tidak ada siswa
yang mendapat nilai tersebut. Siswa yang mendapat nilai antara 49 – 57 pada saat
pretest berjumlah 2 orang, siklus I berjumlah 1 orang, dan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai tersebut. Kemudian siswa yang mendapat
nilai antara 58 – 66 pada saat pretest berjumlah 11 orang, siklus I berjumlah 8
orang dan siklus II berjumlah 1 orang. Siswa yang mendapat nilai antara 67 – 75
pada saat pretest berjumlah 2 orang, siklus I berjumlah 7 orang dan siklus II berjumlah 6 orang. Kemudian siswa yang mendapat nilai antara 76
– 84 pada saat pretest tidak ada kemampuan berbicaranya masih rendah, siklus I berjumlah 1
orang, dan siklus II berjumlah 7 orang. Terakhir, siswa yang mendapat nilai antara 85
– 93 hanya ada pada siklus II berjumlah 3 orang. Dari grafik 4.4 ini terlihat adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa pada setiap tindakan. Sebelum
dilakukan tindakan masih banyak siswa mendapat nilai di bawah KKM. Setelah dilakukan tindakan, hampir semua siswa sudah mencapai nilai KKM.
2 4
6 8
10 12
40 - 48 49 - 57
58 - 66 67 - 75
76 - 84 85 - 93
FRE K
UE N
S I
INTERVAL PRATINDAKAN
SIKLUS I SIKLUS II
72
2. Analisis Hasil Observasi
Setiap melaksanakan tindakan, lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksikan setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil dari
observasi terhadap guru dan siswa dapat terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.28 Perkembangan Aktivitas Siswa pada Setiap Tindakan
Berdasarkan tabel 4.29 dapat dilihat adanya peningkatan terhadap aktivitas siswa pada tiap siklus. Pada saat pretest skor yang diperoleh adalah 11 36,
lalu dilaksanakan tindakan pada siklus I memperoleh skor sebanyak 20 66, dan dilakukan perbaikkan pada siklus II dengan perolehan skor sebesar 28 93.
Berikut penyajian dalam bentuk grafik:
No Aspek Yang Dinilai
Skor
Pretest Siklus I
Siklus II
1 Kedisiplinan siswa
1 2
3 2
Kesiapan perlengkapan belajar 1
2 2
3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik
2 2
3 4
Keseriusan dalam belajar 1
2 3
5 Sikap tanggap terhadap pertanyaan guru
1 2
3 6
Kerjasama sesama siswa 1
2 3
7 Kerjasama dengan guru
1 2
3 8
Ulah siswa dalam kelas 1
2 2
9 Keaktifan dalam belajar
1 2
3 10 Minat dalam belajar
1 2
3 Total skor
11 20
28
73
Grafik 4.5 Peningkatan Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran
Untuk mendapatkan hasil yang obyektif, maka kegiatan guru diamati oleh teman sejawat sebagai observer. Berikut adalah tabel yang menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas guru pada setiap siklusnya.
Tabel 4.30 Perkembangan Kegiatan Guru Pada Proses Pembelajaran
5 10
15 20
25 30
Pretest Siklus I
Siklus II
No Aspek Yang Dinilai
Skor
Pretest Siklus I Siklus II
1 Kejelasan dalam suara
2 3
3 2
Penggunaan metodeteknik mengajar 1
2 3
3 Memberikan dorongan agar siswa aktif
1 2
3 4
Pembelajaran berorientasi kepada sasaran 1
2 3
5 Pengelolaan kelas
1 3
3 6
Penggunaan waktu 1
3 3
7 Baik dalam mengatur suasana pembelajaran
1 2
3 8
Menanggapi pertanyaanpernyataan siswa 1
2 2
9 Adil dalam mendistribusikan pertanyaan
1 2
3 10 Menarik
dalam menyajikan
bahan pembelajaran
1 2
3
11 Penguasaan materi 1
3 3
74
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan terhadap kinerja guru selama proses pembelajaran. Pada saat pretest perolehan skor sebesar
15 36, lalu dilakukan tindakan siklus I dengan perolehan skor sebesar 33 78, dan dilakukan perbaikan pada siklus II dengan memperoleh skor sebesar
40 95. Berikut disajikan dalam bentuk grafik, yaitu:
Grafik 4.6. Peningkatan Kegiatan Guru Selama Proses Pembelajaran
Pada grafik 4.6 terlihat adanya peningkatan pada tiap siklusnya. Pada saat pretest aktivitas guru mendapat skor sebesar 15, siklus I sebesar 33, dan siklus II
meningkat menjadi berjumlah 40.
E. Interpretasi Hasil Analisis
Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik bermain peran pada pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek
berbicara dapat meningkatkan kelancaran siswa dalam berbicara. Hal ini terbukti
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Pretest Siklus I
Siklus II
12 Bervariasi dalam memberikan pertanyaan dan teknik bertanya
1 2
2
13 Dapat mengecek pemahaman siswa 1
2 3
14 Tepat saat mengakhiri pembelajaran 1
3 3
Total skor 15
33 40
75
dari hasil analisis data pretest, siklus I, dan siklus II adanya peningkatan dari tahap ke tahap.
Dari hasil analisis lembar observasi terhadap aktivitas guru dan siswa juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada saat pretest skor yang diperoleh terhadap
aktivitas siswa sebesar 11 36. Kemudian pada siklus I tingkat aktivitas siswa mendapatkan skor sebesar 20 66, dan pada siklus II terjadi peningkatan jumlah
skor yaitu menjadi 28 93. Sedangkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung juga terjadi peningkatan. Berdasarkan
hasil analisis data yang dilakukan pada saat pretest skor yang didapat sebesar 15 36, siklus I sebesar 33 78, dan pada siklus II sebesar 40 95.
Kemampuan berbicara siswa juga terjadi peningkatan. Pada saat pretest nilai rata-rata yang didapat belum mencapai KKM yakni adalah 60,47, lalu diberikan
tindakan dan terjadi peningkatan pada siklus I dengan nilai rata-rata 67. Kemudian meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 76,23 melampaui nilai KKM.
Penelitian dapat disimpulkan sudah berhasil, maka penelitian tindakan kelas ini dapat dihentikan.
F. Pembahasan Temuan Penelitian
Pembahasan temuan penelitian pada dasarnya adalah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada perumusan masalah. Jawaban dapat
ditemukan dari hasil penelitian yang dilakukan. Penerapan teknik bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia aspek
berbicara siswa kelas III dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas III MI Ziyadatul Huda. Hal ini sesuai dengan teori Iskandarwassid yang
menjelaskan bahwa teknik bermain peran ini dilakukan apabila guru “ingin menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak,
sehingga lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan karena akan lebih jelas, guru ingin melatih siswa agar mereka dapat bergaul dan memberi pemahaman
terhadap orang lain beserta masalahnya.”
1
1
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, cet. 3, h. 65.
76
Penerapan teknik bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek berbicara dapat membantu siswa dalam menyampaikan ide dan gagasannya
yang pada akhirnya mereka dapat berbicara atau menceritakan kembali isi dongeng dengan lancar dan baik, dan siswa menjadi lebih mudah bergaul dan
percaya diri. Kemampuan siswa dalam berbicara pun menjadi meningkat. Siswa yang pada kondisi awal sudah cukup rendah kemampuan berbicaranya, meningkat
menjadi lebih lancar dalam berbicara. Hasil penelitian ini mendukungmenguatkan penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Indah Ratna Dewi yang berjudul Pengembangan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Pada SDN Lagoa 09 Pagi Siswa Kelas III Koja Jakarta Utara. Keterkaitan antara penelitian Indah Ratna Dewi dan penulis adalah menggunakan
metode atau teknik yang sama, yaitu teknik bermain peran. Yang berbeda hanya pada materinya saja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Indah Ratna Dewi
adalah naskah drama, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis adalah naskah dongeng.
Pada proses pembelajaran yang diamati pada kedua penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan teknik bermain peran sangat menarik perhatian siswa,
sehingga menimbulkan kegairahan belajar dan interaksi yang lebih nyata antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam lingkungan sekolah. Melalui
bermain peran dapat melatih jiwa sosial siswa agar mampu berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses
pembelajaran yang menggunakan teknik bermain peran ini.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus sebanyak 2 kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik bermain peran dapat meningkatkan:
1. Kualitas proses pembelajaran berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul
Huda. Peningkatan kualitas proses pembelajaran pada aspek berbicara tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya skor terhadap aktivitas guru
dan siswa dalam proses pembelajaran pada aspek berbicara dengan teknik bermain peran, yaitu: skor aktivitas guru pada pratindakan berjumlah 13
dengan kriteria berprestasi sedang dan meningkat pada siklus I skornya sebesar 23 dengan kriteria berprestasi tinggi dan pada siklus II skornya
sebesar 30 dengan criteria berprestasi tinggi. Sementara itu skor kegiatan siswa pada saat pretest sebesar 13 berprestasi sedang, siklus I skornya 22
berprestasi tinggi dan meningkat pada siklus II skornya menjadi 30 berprestasi tinggi. Dengan demikian, penggunaan teknik bermain peran
dalam pembelajaran berbicara dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda tahun
pelajaran 20132014 semester I. 2.
Kemampuan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda terjadi peningkatan. Peningkatan kemampuan berbicara tersebut dapat dibuktikan
dengan meningkatnya nilai kemampuan menceritakan kembali isi dongeng yang diperankan pada setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan nilai rata-rata
kemampuan berbicara siswa 60,5, siklus I nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa 66,35 dan siklus II nilai rata-rata kemampuan berbicara siswa
76,38. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 5 siswa atau 29,41, pada siklus I yaitu 14 siswa atau 82,35, dan pada siklus II
77
sebanyak 17 siswa atau 100 . Dengan demikian, penggunaan teknik bermain peran dalam pembelajaran menceritakan kembali isi dongeng dapat
meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda TP 20132014 semester I.
B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai
berikut: 1.
Bagi Sekolah, sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran
khususnya pembelajaran
bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan menggunakan teknik bermain
peran. 2.
Bagi Guru, guru dalam mengajar hendaknya menggunakan teknik bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek
berbicara. Penggunaan teknik bermain peran dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam
meningkatkan kemampuan berbicaranya 3.
Bagi Siswa: a.
Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. b.
Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.