Deskripsi Data Hasil Pengamatan

45 Kriteria penilaian: 1. Kurang sekali, tidak ada unsur yang benar. 2. Kurang, ada sedikit unsur yang benar. 3. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang. 4. Baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan. 5. Baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan. Penghitungan : total skor : skor maksimal x 100 Skor maksimal : 3x5 = 15 Berdasarkan hasil perolehan nilai pratindakan diketahui nilai tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata dalam pratindakan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini: Tabel 4.8 Tingkat Penguasaan Pratindakan Tingkat Penguasaan Pratindakan Nilai Nilai tertinggi siswa 73 Nilai terendah siswa 40 Nilai rata-rata siswa 59,8 Nilai KKM 65 Dari tabel 4.8 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 73, sedangkan nilai terendah siswa adalah 40. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 59,8. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pratindakan ini nilai rata-rata siswa belum mencapai nilai KKM 65. Dari seluruh siswa kelas III yang berjumlah 17 siswa, hanya 5 siswa atau sebanyak 29,41 siswa yang nilainya mencapai KKM 65. Rendahnya kemampuan berbicara siswa khususnya pada materi dongeng menunjukkan adanya kelemahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek berbicara dengan menceritakan kembali isi dongeng yang hanya dibaca oleh siswa. Berikut adalah hasil tes awal kemampuan menceritakan kembali berbicara siswa kelas III yang ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut ini: 46 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Berbicara Siswa Pratindakan No Interval Frekuensi fi Nilai Tengah Xi fi.Xi Prosentase Keterangan 1 40 - 45 1 42,5 42,5 5,88 di bawah KKM 2 46 - 51 1 48,5 48,5 5,88 di bawah KKM 3 52 - 57 2 54,5 109 11,76 di bawah KKM 4 58 - 63 8 60,5 484 47,05 di bawah KKM 5 64 - 69 3 66,5 199,5 17,64 di atas KKM 6 70 - 75 2 72,5 145 11,76 di atas KKM Jumlah 17 1028,5 100 Nilai Rata-rata = 1028,5 : 17 = 60,5 Ketuntasan Klasikal = 5 : 17x 100 = 29,41 Dari tabel distribusi frekuensi penilaian hasil kemampuan berbicara siswa kelas III MI Ziyadatul Huda pada kondisi awal terlihat hanya 5 siswa yang sudah tuntas dan 12 siswa yang belum tuntas, dengan persentase ketuntasan klasikal 29,41. Berikut penyajian dalam bentuk grafik, yaitu: Grafik 4.1. Kemampuan Berbicara Siswa pada Kondisi Awal Pada grafik 4.1 terlihat siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 1 siswa dengan rentang nilai antara 40 – 63, dan yang sesudah mencapai KKM sebanyak 5 siswa dengan rentang nilai 64 – 75. Nilai terendah adalah 40 dan nilai tertinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 40 - 45 46 - 51 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 FR E KUE N SI INTERVAL PRATINDAKAN 47 adalah 73. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dengan mengadakan penelitian di kelas III MI Ziyadatul Huda dengan menggunakan metode bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia pokok materi menceritakan kembali isi dongeng. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa yang masih memiliki kemampuan berbicara yang rendah, selain itu agar lebih meningkatkan proses pembelajaran sehingga hasil belajarnya lebih menyenangkan dan memuaskan. Berdasarkan pengamatan di kelas III, peneliti menyimpulkan situasi kelas sudah cukup kondusif, tetapi guru harus lebih memperkaya pengetahuannya tentang metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, dan memberikan bimbingan kepada siswa yang belum lancar dalam berbicara. Berikut kendala- kendala yang terjadi pada tahap pratindakan,yaitu: 1 Pada saat pembelajaran berlangsung suasana sudah cukup kondusif, meski terkadang ada siswa yang tidak bisa untuk duduk tenang di tempat duduknya dan ada siswa yang memainkan alat tulis mereka. Secara keseluruhan mereka mengikuti pembelajaran dengan baik dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru. 2 Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menyajikan pembelajaran pada aspek berbicara masih menggunakan metode konvensional yaitu siswa diminta untuk membuka buku teks, lalu membaca secara lisan bersama-sama. 3 Pada saat tes akhir, yakni menceritakan kembali isi dongeng yang dibaca, beberapa siswa terlihat malu dan tidak lancar dalam bercerita, serta penggunaan kata-kata yang belum tepat. 4 Guru tidak melatih keberanian siswa untuk berbicara di depan kelas, karena siswa hanya diminta untuk bercerita dari tempat duduknya saja. Berdasarkan pengamatan di kelas III MI Ziyadatul Huda, peneliti menyimpulkan situasi kelas sudah cukup kondusif, tetapi guru harus lebih memperkaya pengetahuannya tentang metode pembelajaran yang membuat siswa aktif, dan melatih keberanian siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya 48 secara lisan. Dengan kondisi seperti ini maka diperlukan adanya tindakan siklus I untuk perbaikan. 2. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan 1 kali petemuan 2x35 menit pada tanggal 2 November 2013. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah sebagai berikut : a Perencanaan Tindakan Pada tahap perencanaan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di kelas III untuk mengetahui model pembelajaran yang dilakukan guru, serta keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilaksanakan. Di samping itu mencatat hasil belajar siswa berupa nilai formatif mata pelajaran Bahasa Indonesia pada pokok kemampuan berbicara. Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar di MI Ziyadatul Huda pada pratindakan diperoleh informasi sebagai data awal bahwa sebanyak 12 siswa 70,59 yang belum mencapai KKM 65 dan yang mencapai nilai KKM sebanyak 5 siswa 29,41. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata sebagian besar siswa belum mampu mengungkapkan pikiran dan gagasannya secara lebih leluasa serta belum dapat mengungkapkan atau berbicara dengan aturan berbicara yang benar. Siswa belum terampil dalam menyusun kalimat-kalimat dan belum memperhatikan tanda baca dalam teks dongeng yang dibuat guru, sehingga berbicaranya tidak berirama sesuai dengan isi cerita tersebut. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah mengenai alternatif peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan metode bermain peran dalam proses pembelajaran. Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut: 1 Menentukan pokok bahasan atau memilih kompetensi dasar atau indikator yang sesuai dengan keterampilan berbicara di kelas III. Alasan memilih kompetensi dasar atau indikator tersebut adalah: 49 a Kompetensi dasar atau indikator tentang keterampilan berbicara sangat sulit dikuasai oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator tersebut. b Kompetensi dasar atau indikator keterampilan berbicara tersebut nantinya dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara lebih lanjut. c Pemilihan kompetensi dasar atau indikator keterampilan berbicara didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa. 2 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 1 x petemuan. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pertemuan adalah 2 jam pelajaran atau sekitar 70 menit. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 November 2013. Perencanaan RPP mencakup penentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, langkah- langkahskenario pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP terlampir. 3 Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a Ruang belajar Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, sesuai dengan kebutuhan. b Buku pelajaran Buku pelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai buku acuan belajar. Buku yang digunakan yaitu SASEBI terbitan Erlangga. b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahapan ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan. Siklus I dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 2 November 2013 50 pada jam pertama dan kedua yaitu pukul 07.00-08.10 WIB. Materi yang diajarkan adalah dongeng yang berjudul Kelinci yang Sombong dan Kura-Kura yang baik Hati. Indikator Pembelajarannya adalah siswa dapat menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasanya sendiri. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode bermain peran. Media penunjang yang digunakan pembelajaran ini adalah menggunakan media sederhana yang disesuaikan dengan tokoh drama yang diperankan. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam, lalu meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa, kemudian guru melanjutkan dengan kegiatan presensi. Guru mengkondisikan kesiapan siswa untuk menerima pelajaran dengan tepuk tenang. Guru memberikan apersepsi dengan menyampaikan materi yang akan disampaikan, dan tanya jawab dengan siswa tentang pengalaman mereka dalam bercerita. Kegiatan inti pada tahap eksplorasi, guru menjelaskan tentang dongeng, kemudian menceritakan isi dongeng kepada siswa secara singkat. Lalu melakukan tanya jawab terkait dengan isi dongeng, contoh: berapa tokoh yang ada dalam dongeng yang ibu ceritakan tadi?, siapa nama tokoh-tokoh tersebut? Selanjutnya menyampaikan teknik pembelajaran yang akan digunakan. Pada tahap elaborasi, guru memberikan teks cerita kepada siswa. Kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca teks cerita tersebut. Guru meminta 2 orang siswa untuk menceritakan kembali teks cerita yang dibacanya. Setelah siswa membaca teks cerita yang diberikan guru, guru membagi dialog kepada siswa setiap siswa mendapat dialog. Agar berjalan lancar, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami terkait dengan teks cerita dan peran yang akan dimainkan. Guru menjelaskan kepada siswa yang mendapatkan peran dan dialog, sehingga mereka tahu tugasnya, menguasai masalahnya, dan pandai bermimik serta berdialog. Setelah siswa memahami tugas yang diberikan guru, kemudian guru mempersilahkan kepada siswa untuk mulai bermain peran. Guru mengatur jalannya bermain peran untuk meminimalisasi terjadinya kekeliruan, sehingga cerita yang diperankan dapat dipahami siswa. Setelah drama mencapai klimaks, guru menghentikan permainan drama agar kemungkinan- 51 kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan. Siswa menyampaikan pendapatnya dan memberikan penilaian terhadap penampilan temannya. Membuka tanya jawab diskusi dan meminta siswa untuk memberikan penilaian terhadap siswa lainnya yang sudah maju ke depan kelas. Pada tahap konfirmasi, Guru menanyakan kepada siswa tokoh apa yang paling sulit diperankan. Guru memberikan penekanan pada tokoh yang paling sulit diperankan. Kemudian guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran hari ini. Kegiatan akhir pembelajaran atau penutup diisi dengan mengecek apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan memberikan tes kinerja secara individu yaitu menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasanya sendiri di depan kelas. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap hamdalah bersama- sama siswa. c. Observasi Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan, artinya observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat selaku observer. Hasil pengamatan lembar observasi guru dan siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Siklus I No Aspek Yang Dinilai Skor 1 Kedisiplinan siswa 2 2 Kesiapan perlengkapan belajar 2 3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 2 4 Keseriusan dalam belajar 2 5 Sikap tanggap terhadap pertanyaan guru 2 6 Kerjasama sesama siswa 2 7 Kerjasama dengan guru 2 8 Ulah siswa dalam kelas 2 9 Keaktifan dalam belajar 2 10 Minat dalam belajar 2 Total skor 20 52 Skala penilaian tiap aspek : Skala penilaian total skor : 1 = kurang baik 1 —10 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 11 —20 = berprestasi sedang 3 = baik 21 —30 = berprestasi tinggi Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.10 bahwa keaktifan siswa terlihat ada peningkatan yaitu mencapai skor 20 berprestasi sedang. Terlihat dari beberapa aspek yang sudah ada peningkatan, suasana pembelajaran berjalan dengan kondusif dan siswa terlihat cukup aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti peran dan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diharapkan siswa lebih memahami materi dongeng sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan pula karena pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode yang membuat siswa aktif, dimana siswa diikutsertakan dalam pembelajaran. Siswa tidak hanya menjadi obyek pembelajaran, tetapi juga menjadi subyek pembelajaran. Keaktifan atau kegiatan guru mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini yang menjelaskan tentang hasil observasi terhadap kegiatan guru. Tabel 4.11 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus I No Aspek Yang Dinilai Skor 1 Kejelasan dalam suara 2 2 Penggunaan metodeteknik mengajar 2 3 Memberikan dorongan agar siswa aktif 2 4 Pembelajaran berorientasi kepada sasaran 2 5 Pengelolaan kelas 3 6 Penggunaan waktu 3 7 Baik dalam mengatur suasana pembelajaran 2 8 Menanggapi pertanyaanpernyataan siswa 2 9 Adil dalam mendistribusikan pertanyaan 2 10 Menarik dalam menyajikan bahan pembelajaran 2 53 Skala penilaian tiap aspek : Skala penilaian total skor : 1 = kurang baik 1 —10 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 11 —20 = berprestasi sedang 3 = baik 21 —30 = berprestasi tinggi Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan. Skor yang diperoleh mencapai 32 berprestasi tinggi. Pada siklus I ini, guru terlihat sudah dapat membuat siswa cukup aktif dalam pembelajaran. Ada beberapa aspek yang harus lebih ditingkatkan lagi, di antaranya kejelasan suara, kelihaian dalam mengaplikasikan metode yang dipilih, mengkondisikan kelas, menanggapi pertanyaan atau pernyataan siswa, daya tarik dalam penyajian materi, dan teknik bertanya,dll. Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia pada pokok bahasan dongeng yang dilaksanakan dengan menggunakan metode bermain peran pada siklus I dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dan guru sudah ada peningkatan, namun belum maksimal, meskipun sudah ada perubahan. Tetapi hasil yang diharapkan belum dapat dicapai dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa, pastinya mempengaruhi hasil. Hasil belajar siswa pada siklus I ini dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini. 11 Penguasaan materi 3 12 Bervariasi dalam memberikan pertanyaan dan teknik bertanya 2 13 Dapat mengecek pemahaman siswa 2 14 Tepat saat mengakhiri pembelajaran 3 Total skor 32 54 Tabel 4.12 Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa Siklus I No Tingkat Kefasihan Total Skor Nilai Ketepatan Pemahaman Cerita Kelancaran 1 3 4 3 10 66 2 3 4 3 10 66 3 4 4 3 11 73 4 2 3 3 8 53 5 3 4 3 10 66 6 4 4 3 11 73 7 3 4 3 10 66 8 3 4 3 10 66 9 3 4 3 10 66 10 4 4 3 11 73 11 4 4 3 11 73 12 3 4 3 10 66 13 4 4 4 12 80 14 3 4 4 11 73 15 3 3 3 9 60 16 3 4 4 11 73 17 4 4 3 11 73 Total Nilai 1166 Rata-Rata 68,5 Kriteria penilaian: 1. Kurang sekali, tidak ada unsur yang benar. 2. Kurang, ada sedikit unsur yang benar. 3. Sedang, jumlah unsur benar dan salah kurang lebih seimbang. 4. Baik, ketepatan tinggi dengan sedikit kesalahan. 5. Baik sekali, tepat sekali, tanpa atau hampir tanpa kesalahan. Penghitungan : total skor : skor maksimal x 100 Skor maksimal : 3x5 = 15 55 Berdasarkan hasil perolehan nilai siklus I diketahui nilai tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata dalam siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.13 Tingkat Penguasaan Siklus I Tingkat Penguasaan Siklus I Nilai Nilai tertinggi siswa 80 Nilai terendah siswa 53 Nilai rata-rata siswa 68,5 Nilai KKM 65 Dari tabel 4.13 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 80, sedangkan nilai terendah siswa adalah 53. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 68,5. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus I ini nilai rata-rata siswa lebih tinggi dari nilai KKM 65. Di bawah ini merupakan interval nilai dan frekuensi kemampuan membaca siswa pada siklus I, yaitu : Tabel 4.14 Frekuensi Nilai Membaca Permulaan Siswa Pada Siklus I No Interval Frekuensi fi Nilai Tengah Xi fi.Xi Prosentase Keterangan 1 53 - 57 1 55 55 5,8 di bawah KKM 2 58 - 62 1 60 60 11,7 di bawah KKM 3 63 - 67 7 65 455 23,5 tepat dan di atas KKM 4 68 - 72 70 52,9 di atas KKM 5 73 - 77 7 75 525 di atas KKM 6 78 - 82 1 80 80 5,8 di atas KKM Jumlah 17 1175 100 Nilai Rata-rata = 1175 : 17 = 69,11 Ketuntasan Klasikal = 15 : 17x 100 = 88,23 Pada tabel 4.14 terlihat nilai siswa yang sudah tuntas dan yang belum tuntas. Siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 88,23, sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa dengan 56 persentase sebesar 11,76. Berikut ini grafik yang menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa pada siklus I. Grafik 4.2. Grafik Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus I Pada grafik 4.2 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai antara 53 – 57 sebanyak 1 orang 5,8, yang mendapat nilai antara 58 – 62 sebanyak 1 orang 5,8, yang mendapat nilai antara 63 – 67 sebanyak 7 orang 41,17, yang mendapat nilai antara 68 – 72 tidak ada, yang mendapat nilai antara 73 – 77 sebanyak 7 orang 41,17, dan yang mendapat nilai antara 78 – 82 sebanyak 1 orang 5,8. Berarti siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 15 orang 88,23. Kondisi seperti ini dapat penulis jelaskan, bahwa suasana pembelajaran sudah cukup membuat siswa senang dan aktif, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Hanya sedikit siswa yang masih agak lambat, karena keterbatasan yang ada pada diri siswa tersebut. Tetapi hal ini tidak menjadikan peneliti tinggal diam, justru menjadi pemacu untuk meningkatkan kemampuan siswa yang agak lambat dalam belajar. Berdasarkan nilai yang ada pada siklus I ini, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus I dinilai cukup berhasil. d. Refleksi Setelah melihat data yang sudah didapat pada siklus I, meliputi lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan nilai tes kemampuan berbicara, 1 2 3 4 5 6 7 8 53 - 57 58 - 62 63 - 67 68 - 72 73 - 77 78 - 82 FRE K UE N S I INTERVAL SIKLUS I 57 terlihat adanya peningkatan. Dengan penerapan metode bermain peran, telah berhasil membuat siswa bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia pada aspek berbicara. Namun, penulis belum merasa puas. Hal ini didasarkan pada hasil nilai tes kemampuan berbicara siswa. Masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai nilai KKM. Penulis berharap semua siswa dapat lancar berbicara sehingga tidak ada lagi yang belum mampu berbicara. Berikut catatan lapangan penulis dan teman sejawat selaku observer: Tabel 4.15 Catatan Lapangan Siklus I No KendalaKesulitan SolusiSaran Perbaikan 1 Masih terdapat siswa yang kurang disiplin selama pembelajaran berlangsung. Guru bersikap lebih tegas lagi agar siswa disiplin. 2 Masih terdapat beberapa siswa yang kemampuan berbicaranya rendah dan belum mencapai nilai KKM. Diperlukan bimbingan khusus bagi siswa yang lambat setelah jam pelajaran usai. 3 Guru masih terlihat melirik-lirik ke RPP, sehingga terlihat kurang luwes. Sebaiknya tidak usah terlalu kaku, yang terpenting secara garis besar isi dari RPP terlaksana dengan baik dan sistematis. 4 Bermain perannya kurang maksimal, karena siswa masih malu-malu. Perlu sedikit modifikasi dalam bermain peran. Sebaiknya pembagian dialog disesuaikan dengan kemampuan setiap siswa. 5 Ketika dilakukan tes berbicara, siswa yang belum mendapat giliran sedikit gaduh karena tidak diberikan kesibukan. Guru memberikan tugas bagi siswa yang belum mendapat giliran untuk meminimalisir kegaduhan dalam kelas 58 3. Tindakan Siklus II a. Perencanaan Tindakan Tindakan siklus II dilaksanakan 1kali pertemuan, yaitu tanggal 9 Nopember 2013 . Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 35 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan kemampuan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, tetapi belum berhasil dengan maksimal. Hal ini ditunjukkan masih ada 8 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran berbicara. Dari hasil tindakan siklus I, diadakan diskusi sekaligus konsultasi dengan guru kelas III untuk mencari alternatif pemecahan agar dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada pokok materi dongeng pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda. Dari diskusi tersebut diperoleh kesepakatan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam 1 pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 35 menit yaitu pada hari Sabtu tanggal 9 Nopember 2013. Hal yang perlu diperbaiki guru dalam pembelajaran berbicara, dengan metode bermain peran sebagai upaya untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasannya. Selanjutnya peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia yang difokuskan pada aspek berbicara dengan menerapkan teknik bermain peran, sebagai berikut: 1 Memilih indikator yang sesuai dengan pokok materi berbicara. 2 Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Rencana Pembelajaran disusun 1 kali pertemuan dengan alokasi pertemuan 2 jam pelajaran atau 2 x 35 menit yang dilaksanakan pada tanggal 9 November 2013. Perencanaan Pembelajaran mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, media, teknik, sumber pembelajaran, langkah- langkahskenario pembelajaran, dan sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir. 59 3 Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah ruang belajar. Ruang belajar yang digunakan diatur sesuai kebutuhan, yakni kursi diatur dengan model U atau per individu. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke siklus II . Siklus II ini merupakan perbaikkan dari siklus I. RPP yang dipersiapkan oleh peneliti atau guru sama dengan RPP yang digunakan pada siklus I, hanya ada perbedaan yaitu pada materi dongengnya saja. Pada siklus I, dongeng yang digunakan berjudul Kelinci yang Sombong dan Kura-Kura, maka pada siklus II penulis memilih dongeng yang cukup menarik yaitu berjudul Si Keledai Ingin Berguna. b. Tahap Pelaksanaan Seperti yang telah direncanakan sebelumnya, pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 9 November 2013, sebanyak 1 kali pertemuan. Di awal pembelajaran, seperti biasanya guru mengucapkan salam, menanyakan kabar serta mengecek kehadiran siswa. Tidak lupa menyampaikan tujuan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran pada tahap ini masih sama dengan siklus I. Hanya berbeda pada materi dongengnya saja dan pembagian kelompok. Materi dongeng berjudul Si Keledai Ingin Berguna. Di sini guru membuat beberapa kelompok. Diharapkan dengan bermain secara berkelompok, siswa lebih serius dan bertanggung jawab lagi dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Sebelum siswa bermain peran secara berkelompok, guru memberikan waktu kepada siswa untuk berlatih bersama kelompoknya masing-masing selama 10 menit. Pembagian peran ditentukan oleh guru yang disesuaikan dengan kemampuan siswa. Setelah berlatih, guru memanggil setiap kelompok secara acak. 17 siswa dibagi menjadi 3 kelompok, berarti setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 orang. Secara berkelompok, siswa maju ke depan kelas untuk memainkan peran sesuai dengan materi dongeng yang diberikan guru. Terlihat siswa sangat menikmati pembelajaran pada siklus II ini. Siswa sudah mulai percaya diri dan tidak gugup lagi ketika memainkan peran di depan kelas. 60 Di akhir pembelajaran, guru melakukan tes secara lisan. Siswa ditugaskan untuk menceritakan kembali isi dongeng yang telah diperankannya secara individu. Agar tidak gaduh seperti yang terjadi pada siklus I, maka guru memberikan tugas kepada siswa yang belum mendapat giliran untuk menuliskan isi dongeng dengan bahasanya sendiri yang nantinya akan diceritakan secara lisan di hadapan guru. setelah selesai semuanya, guru bersama siswa mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan hamdalah bersama-sama. c. Observasi Tahap observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh peneliti. Setiap aktivitas siswa diamati dengan cermat. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.16 Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Siswa Siklus II Skala penilaian tiap aspek : Skala penilaian total skor : 1 = kurang baik 1 —10 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 11 —20 = berprestasi sedang No Aspek Yang Dinilai Skor 1 Kedisiplinan siswa 3 2 Kesiapan perlengkapan belajar 2 3 Siswa mengerjakan tugas dengan baik 3 4 Keseriusan dalam belajar 3 5 Sikap tanggap terhadap pertanyaan guru 3 6 Kerjasama sesama siswa 3 7 Kerjasama dengan guru 3 8 Ulah siswa dalam kelas 2 9 Keaktifan dalam belajar 3 10 Minat dalam belajar 3 Total skor 28 61 3 = baik 21 —30 = berprestasi tinggi Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.16 bahwa keaktifan siswa terlihat adanya peningkatan yaitu mencapai skor 28 berprestasi tinggi. Terlihat dari beberapa aspek yang sudah ada peningkatan, suasana pembelajaran berjalan dengan kondusif dan siswa terlihat aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Aktivitas guru juga menunjukkan adanya peningkatan. Guru sudah terlihat luwes dalam menjalankan tugasnya. Hal ini terlihat pada data yang didapat selama penelitian, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru Siklus II No Aspek Yang Dinilai Skor 1 Kejelasan dalam suara 3 2 Penggunaan metodeteknik mengajar 3 3 Memberikan dorongan agar siswa aktif 3 4 Pembelajaran berorientasi kepada sasaran 3 5 Pengelolaan kelas 3 6 Penggunaan waktu 3 7 Baik dalam mengatur suasana pembelajaran 3 8 Menanggapi pertanyaanpernyataan siswa 2 9 Adil dalam mendistribusikan pertanyaan 3 10 Menarik dalam menyajikan bahan pembelajaran 3 11 Penguasaan materi 3 12 Bervariasi dalam memberikan pertanyaan dan teknik bertanya 2 13 Dapat mengecek pemahaman siswa 3 14 Tepat saat mengakhiri pembelajaran 3 Total skor 40 62 Skala penilaian tiap aspek : Skala penilaian total skor : 1 = kurang baik 1 – 14 = berprestasi rendah 2 = cukup baik 15 – 28 = berprestasi sedang 3 = baik 29 – 42 = berprestasi tinggi Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas guru di atas, dapat disimpulkan bahwa guru sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal itu telihat dari jumlah skor yang diperoleh, yaitu 40 berprestasi tinggi. Pada siklus II ini sudah sangat baik dalam melaksanakan tugasnya dalam menyajikan pembelajaran kepada siswa. Pada akhir siklus II ini, peneliti yang sekaligus sebagai guru melakukan tes kemampuan berbicara siswa dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam berbicara. Berikut hasil nilai tes berbicara siswa pada siklus II. Tabel 4.18 Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Siswa Siklus II No Tingkat Kefasihan Total Skor Nilai Ketepatan Pemahaman Cerita Kelancaran 1 4 4 4 12 80 2 3 4 4 11 73 3 4 4 4 12 80 4 3 4 3 10 66 5 4 4 3 11 73 6 4 4 4 12 80 7 4 4 3 11 73 8 4 4 3 11 73 9 4 4 4 12 80 10 4 4 5 13 86 11 4 4 4 12 80 12 3 4 4 11 73 13 5 5 4 14 93 63 14 4 4 5 13 86 15 4 4 3 11 73 16 4 4 4 12 80 17 4 4 4 12 80 Total Nilai 1329 Rata-Rata 78,17 Berdasarkan hasil perolehan nilai siklus II diketahui nilai tertinggi, terendah, dan nilai rata-rata dalam siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.19 Tingkat Penguasaan Siklus II Tingkat Penguasaan Siklus II Nilai Nilai tertinggi siswa 93 Nilai terendah siswa 66 Nilai rata-rata siswa 78,17 Nilai KKM 65 Dari tabel 4.19 dapat dilihat nilai tertinggi siswa yaitu 93, sedangkan nilai terendah siswa adalah 66. Adapun nilai rata-ratanya sebesar 78,17. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan siklus II berhasil dengan nilai rata-rata siswa lebih tinggi 78,17 dari nilai KKM 65. Di bawah ini merupakan interval nilai dan frekuensi kemampuan membaca siswa pada siklus II, yaitu : Tabel 4.20 Frekuensi Nilai Membaca Permulaan Siswa Pada Siklus II No Interval Frekuensi fi Nilai Tengah Xi fi.Xi Prosentase Keterangan 1 66 - 70 1 68 68 11,7 tepat dan di atas KKM 2 71 - 75 6 73 438 5,8 di atas KKM 3 76 - 80 7 78 546 35,2 di atas KKM 4 81 - 85 83 29,4 di atas KKM 5 86 - 90 2 88 176 5,8 di atas KKM 6 91 - 95 1 93 93 11,7 di atas KKM 64 Jumlah 17 1321 100 Nilai Rata-rata = 1321 : 17 = 77,70 Ketuntasan Klasikal = 17 : 17x 100 = 100 Pada tabel 4.20 terlihat nilai siswa sudah tuntas semua. Siswa yang tuntas sebanyak 17 orang dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 100. Berikut ini grafik yang menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa pada siklus II. Grafik 4.3 Grafik Kemampuan Berbicara Siswa pada Siklus II Pada grafik 4.3 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai antara 66 – 70 sebanyak 1 orang, yang mendapat nilai antara 71 – 75 sebanyak 6 orang, yang mendapat nilai antara 76 – 80 sebanyak 7 orang, yang mendapat nilai antara 81 – 85 tidak ada, yang mendapat nilai antara 86 – 90 sebanyak 2 orang, dan yang mendapat nilai antara 91 – 95 sebanyak 1 orang. Berarti siswa yang sudah mencapai nilai KKM sebanyak 17 orang dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 100. Kondisi seperti ini dapat penulis jelaskan, bahwa suasana pembelajaran sudah cukup membuat siswa senang dan aktif, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, serta siswa sangat terkesan dengan pembelajaran yang menggunakan teknik bermain peran ini. dengan teknik bermain peran ini membuat siswa aktif, dan materi yang disampaikan pun dapat 1 2 3 4 5 6 7 8 66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 91 - 95 FRE K UE N S I INTERVAL SIKLUS II 65 terserap dengan baik oleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai yang diperoleh pada siklus II ini. d. Refleksi Setelah melihat nilai siklus II, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan catatan lapangan banyak peningkatan yang sudah dicapai. Dalam proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik bermain peran telah berhasil membuat siswa lancar dalam berbicara. Skenario pembelajaran yang dipersiapkan pada siklus II ini dapat meningkatkan semangat siswa dalam proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Nilai tertinggi siswa pada siklus II adalah 93 di atas KKM, sedangkan terendahnya adalah 66, artinya semua siswa sudah mencapai nilai KKM. Dengan demikian pembelajaran yang telah dilaksanakan menunjukkan adanya peningkatan dan mencapai hasil yang diharapkan.

C. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian ini, ada beberapa instrumen yang digunakan, antara lain yaitu lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, lembar penilaian tes kemampuan berbicara siswa, dan catatan lapangan. Instrumen-instrumen ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan pengamatan selama penelitian berlangsung, sehingga mendapatkan data yang dibutuhkan sebagai laporan hasil penelitian. Sebelum melakukan tindakan, peneliti melakukan penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran awal situasi dan kondisi subjek yang akan dikenai tindakan. Saat melakukan pretest, siklus I, dan siklus II peneliti memberikan soal tes berbicara kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan kemampuan siswa dalam aspek berbicara. Dari tes berbicara ini dapat diketahui nilai siswa dalam pretest, siklus I, dan siklus II. Selain soal tes berbicara siswa, peneliti juga menggunakan lembar observasi aktivitas guru dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi aktivitas siswa digunakan dengan tujuan 66 untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dan catatan lapangan digunakan peneliti untuk mencatat hal-hal yang terjadi saat pembelajaran berlangsung yang tidak tampak pada lembar observasi guru maupun siswa, dan dapat digunakan juga sebagai refleksi.

D. Analisis Data

1. Analisis Nilai Siswa a. Nilai Pretest Setelah melakukan pratindakan atau pretest, peneliti mendapatkan nilai kemampuan berbicara siswa pada kondisi awal sebelum dikenai tindakan. Kemudian nilai-nilai tersebut diurutkan dari yang terendah hingga nilai tertinggi. Adapun urutannya sebagai berikut: Tabel 4. 21 Urutan Nilai Pretest Terendah Hingga Tertinggi 40 47 53 53 60 60 60 60 60 60 60 60 66 66 66 73 73 - Dari tabel 4.21 di atas dapat dilihat nilai terendah pada kondisi awal yaitu 40 dan tertinggi yaitu 73. Siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM berjumlah 12 orang, dan yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah 5 orang. Jumlah nilai yang didapat pada pretest ini yaitu 1017, dengan nilai rata-rata yaitu 59,8. Nilai rata-rata yang didapat menunjukkan belum mencapai nilai KKM. b. Nilai Siklus I Setelah melakukan tindakan pada siklus I dengan menggunakan teknik bermain peran pada siswa kelas III, nilai yang didapat oleh siswa kemudian diurutkan mulai dari nilai terendah hingga nilai tertinggi. Adapun urutannya sebagai berikut: Tabel 4.22 Urutan Nilai Terendah Hingga Tertinggi Siklus I 53 60 66 66 66 66 66 66 66 73 73 73 73 73 73 73 80 - 67 Dari tabel 4.22 di atas dapat dilihat nilai terendah yaitu 53 dan nilai tertinggi yaitu 80. Siswa yang belum mencapai nilai KKM berjumlah 2 orang, dan yang sudah mencapai nilai KKM berjumlah 15 orang. Jumlah nilai yang diperoleh yaitu sebesar 1166, dengan nilai rata-rata yaitu 68,5. Terdapat peningkatan jumlah nilai pada siklus I ini dari 1017 menjadi 1166, meningkat 149 poin. c. Nilai Siklus II Setelah melakukan tindakan pada siklus II, peneliti memperoleh nilai kemampuan berbicara siswa. Kemudian nilai tersebut diurutkan mulai nilai terendah hingga nilai tertinggi. Adapun urutan nilai-nilai tersebut sebagai berikut: Tabel 4.23 Urutan Nilai Terendah Hingga Tertinggi Siklus II 66 73 73 73 73 73 73 80 80 80 80 80 80 80 86 86 93 - Dari tabel 4.23 di atas, dapat dilihat perolehan nilai terendah adalah 66, dan nilai tertinggi adalah 93. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sudah tidak ada, dan yang mendapat nilai di atas KKM berjumlah 17 orang. Jumlah nilai yang diperoleh sebesar 1329, dengan perolehan nilai rata-rata yaitu 78,17. Berdasarkan data tersebut, maka pelaksanaan siklus II ini dinilai berhasil karena melampaui nilai yang didapat pada siklus I yang berjumlah 1166, dengan nilai rata-rata yaitu 68,5. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 163 poin. d. Data Hasil Tes Siklus Perolehan nilai tes berbicara siswa pada setiap siklusnya digabungkan, kemudian dibandingkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada setiap tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Tabel 4.24 Data Perolehan Nilai Kemampuan Berbicara Siswa pada Akhir Siklus No Keterampilan Berbicara Pratindakan Siklus I Siklus II 1 60 66 80 68 2 60 66 73 3 60 73 80 4 40 53 66 5 60 66 73 6 66 73 80 7 60 66 73 8 47 66 73 9 53 66 80 10 60 73 86 11 60 73 80 12 60 66 73 13 73 80 93 14 73 73 86 15 53 60 73 16 66 73 80 17 66 73 80 Jumlah 1017 1166 1329 Rata-Rata 59,8 68,5 78,17 Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Nilai Pratindakan Siswa No Skor X F F X 1 40 1 40 2 47 1 47 3 53 2 106 4 60 8 480 5 66 3 198 6 73 2 146 N = 17 ∑F X = 1017 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, selanjutnya penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus : 69 M = ∑F N M = 1017 = 59,8 17 Tabel 4. 26 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus I No Skor X F F X 1 53 1 53 2 60 1 60 3 66 7 462 4 73 7 511 5 80 1 80 N = 17 ∑F X = 1166 Berdasarkan tabel distribusi di atas, selanjutnya penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut: M = ∑F N M = 1166 = 68,6 17 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa Siklus II No Skor X F F X 1 66 1 65 2 73 6 67 3 80 7 70 4 86 2 365 5 93 1 75 N = 17 ∑F X = 1329 Berdasarkan tabel distribusi di atas, selanjutnya penulis mencari nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:

Dokumen yang terkait

Peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 14 172

Penerapan metode snowball throwing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta

2 10 164

Upaya meningkatkan keterampilan menyimak metode bermain peran pada siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 Depok

1 6 93

Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar PKN pada siswa kelas III di MI Dakwah Islamiyah Cawang Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 8 103

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Bahasa Indonesia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture pada MI Ziyadatul Huda Jakarta Timur

1 6 128

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa Kelas V MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 170

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran. penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 10 170