4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menceritakan kembali isi dongeng
yang dibacanya dengan kata-kata sendiri. 5.
Pembelajaran yang disajikan guru membuat siswa lekas jenuh 6.
Rendahnya pengetahuan guru terhadap metode-metode pembelajaran
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Agar pembahasan penelitian lebih terfokus kepada permasalahan utama, maka penelitian dibatasi hanya pada:
1. Penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan keterampilan
berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur, semester ganjil, tahun pelajaran 20132014.
2. Hasil penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan keterampilan
berbicara pada materi dongeng.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur Tahun Pelajaran 20132014?
2. Bagaimana hasil penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada materi dongeng?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur, Tahun Pelajaran 20132014.
2. Mengetahui hasil penerapan teknik bermain peran dalam meningkatkan
keterampilan berbicara pada materi dongeng siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur, Tahun Pelajaran 20132014.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai pengalaman dan pengetahuan untuk mengetahui secara langsung bagaimana upaya peningkatan
keterampilan berbicara siswa kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur dengan teknik bermain peran. Manfaat ini terinci sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Untuk mengembangkan teori pembelajaran keterampilan berbicara di kelas
rendah dengan menerapkan teknik bermain peran. b.
Sebagai bahan acuan dalam proses belajar-mengajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek keterampilan berbicara.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa
dan guru dalam pembelajaran keterampilan berbicara. b.
Bagi siswa, membantu mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
c. Bagi sekolah, dapat memberikan kontribusi dalam usaha untuk
memperbaiki dan
meningkatkan kualitas
praktik pembelajaran
keterampilan berbicara siswa di sekolah. d.
Bagi peneliti, melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran keterampilan berbicara dengan teknik bermain
peran yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah. e.
Bagi peneliti lain, sebagai sumber informasi pengetahuan dalam bidang keterampilan berbicara.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Berbicara
a. Pengertian Berbicara
Kemampuan berbicara seorang anak tidak akan berkembang dengan sendirinya, tetapi memerlukan suatu cara yang tepat agar anak mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan adanya interaksi tersebut, maka kemampuan berbicaranya akan bertambah baik. Kemampuan berbicara seseorang
sangat berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang mereka peroleh. Semakin banyak kosa kata yang mereka peroleh, semakin pintar mereka dalam
berbicara. Beberapa ahli berpendapat tentang arti berbicara. Menurut Henry Guntur
Tarigan , berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.”
1
Menurut Powers, berbicara merupakan “ekspresi dari
gagasan-gagasan pribadi seseorang, dan menekankan hubungan-hubungan yang bersifat dua arah, memberi
dan menerima.”
2
Menurut Djago Tarigan dalam Kundaru Saddhono dan St. Slamet
, “berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.”
3
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kemampuan seseorang dalam
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, dan menekankan hubungan yang bersifat dua arah. Dalam kegiatan berbicara, pastinya ada pihak yang berbicara
dan ada pihak yang mendengarkan pembicaraan. Hendaknya isi pembicaraan dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Di sinilah keterampilan berbicara sesorang
terlihat. Semakin orang mudah memahami isi pembicaraannya dan dapat menarik
1
Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008, edisi revisi, h. 16.
2
Ibid., h. 9.
3
Kundharu Saddhono, St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, cet. 1, h. 34.
7
perhatian bagi yang mendengarnya, menandakan keterampilan berbicaranya cukup baik.
Dari penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus mendapat perhatian dari berbagai pihak.
Kemampuan berbicara anak harus dilatih sejak kecil. Hal ini dilakukan terkait dengan kecerdasan seorang anak. Semakin bagus berbicaranya, maka semakin
meningkat daya pikirnya. Anakpun akan mampu mengungkapkan perasaannya kepada orang dewasa di sekitarnya, sehingga terjalin komunikasi yang baik antar
keduanya. b.
Prinsip-Prinsip Dalam Berbicara Perlu diketahui bahwa dalam berbicara terdapat beberapa prinsip-prinsip
umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain: 1
Membutuhkan paling sedikit dua orang. Tidak menutup kemungkinan ada yang berbicara sendirian, tapi yang paling sering ditemukan dalam kegiatan
berbicara adalah pembicaraan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. 2
Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama. 3
Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum. 4
Merupakan suatu pertukaran antara partisipan. 5
Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera.
6 Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini.
7 Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan
suarabunyi bahasa dan pendengaran vocal and auditory apparatus. 8
Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil.
4
Dari prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, prinsip yang terkait dengan penelitian ini adalah prinsip no. 1, 4, 5, dan 7. Alasannya adalah karena dalam
penelitian ini penulis akan mengajak siswa untuk memerankan tokoh-tokoh sebuah dongeng. Dalam bermain peran ini akan terjadi interaksi antar siswa yang
4
Ibid., h. 17-18.