Teknik Bermain Peran Landasan Teori

mengatakan, bahwa “dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal.” 31 Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa dongeng merupakan cerita yang tidak benar- benar terjadi, karena sifatnya hayalan dan imajinasi dari si pembuatnya. Meskipun sifatnya fiktif, tetapi dongeng berisi nasihat-nasihat yang baik bagi pembaca dan pendengarnya. Sebagian dijumpai orang tua yang sering membacakan dongeng sebagai pengantar tidur bagi anak-anaknya. Hal ini mengandung nilai positif bagi perkembangan kosa kata si anak, karena akan terjadi interaksi yang baik antara orang tua dan anak. Ketika ada bagian cerita yang membuatnya tertarik, akan muncul keingintahuannya akan kelanjutan dari dongeng tersebut. Anak pun akan bertanya dengan kata apa, mengapa, dimana, kapan, dan sebagainya. Dengan adanya komunikasi tersebut akan terasah keterampilan berbicara anak, dan kosa kata yang dimiliki anak pun akan bertambah. Dongeng sangat disukai oleh anak-anak, karena masa anak-anak penuh dengan hayalan dan imajinasi. Dengan kondisi seperti ini, maka orang tua atau guru dapat menjadikan dongeng sebagai media untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan bagi anak, misalnya saja dongeng yang cukup terkenal berjudul Malin Kundang. Cerita tersebut mengisahkan tentang anak yang durhaka kepada ibunya. Dongeng ini dapat digunakan jika ingin menyampaikan nasihat agar anak senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Jadi, mendongeng kepada anak merupakan kegiatan yang bernilai positif. Daya khayal dan imajinasi anak akan berkembang, kosa kata yang dimiliki anak akan bertambah, dan anak mendapatkan nilai-nilai yang baik bagi kehidupannya kelak. a. Jenis-Jenis Dongeng Terdapat beberapa jenis dongeng, yaitu fabel, mite mitos, legenda, sage, parabel, dan dongeng jenaka. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis dongeng yang telah disebutkan, yaitu: 1 Fabel adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambing pengajaran moral biasa pula disebut sebagai cerita binatang, contoh: Kancil dengan Buaya, Kancil dan Kura-Kura, dan sebagainya. 31 Retno Purwandari, Qoni’ah, op.cit., h. 137. 2 Mite mitos adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal-hal yang dipercaya mempunyai kekuatan gaib, contoh: Nyai Roro Kidul, Dewi Sri, dan lain-lain. 3 Legenda adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah, contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain. 4 Sage adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang mengusahkan tentang keberanian, kesaktian, kepahlawanan seseorang, contoh: Airlangga, Ken Arok, dan lain-lain. 5 Parabel adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan, contoh: Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain. 6 Dongeng jenaka adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik, dan masing-masing dilukiskan secara humor, jalan ceritanya pun membuat orang tertawa karena lucu contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Abu Nawas, dan lain-lain. 32 Berdasarkan jenis-jenis dongeng yang penulis sebutkan, penulis memilih dongeng jenis fabel dalam penelitian ini. Alasan memilih jenis fabel, karena anak- anak biasanya suka dengan hewan. Cerita-ceritanya pun sangat dekat dengan dunia anak-anak. Dalam pembelajaran, dongeng dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Dongeng menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan moral kehidupan kepada siswa, “termasuk menimbulkan rasa empati dan simpati anak. Nilai-nilai yang bisa dipetik dari dongeng adalah nilai kejujuran, kerendahhatian, kesetiakawanan, kerja keras, dan lain sebagainya. ” 33 b. Ciri-ciri Dongeng Setiap karya sastra memiliki ciri-ciri dalam bentuknya. Adapun ciri-ciri dongeng antara lain adalah: 32 Retno Purwandari, Qoni’ah, op.cit., h. 137138. 33 http:awanadec.wordpress.com. 1 Menggunakan alur sederhana. 2 Cerita singkat dan bergerak cepat. 3 Karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci. 4 Ditulis dengan gaya penceritaan secara lisan. 5 Terkadang pesan atau tema dituliskan dalam cerita. 6 Biasanya, pendahuluan sangat singkat dan langsung. 34

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1 Supariyah, skripsi berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Gunung Jaya Tahun Pelajaran 20092010. ” Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Sebelas Maret, 2010. Dari penelitian ini dapat diketahui pada pelaksanaan siklus I angka ketuntasan siswa ada 16 siswa 53,33 dan siklus II angka ketuntasan siswa ada 25 siswa 83,33. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri 03 Gunung jaya Tahun Pelajaran 20092010 . 2 Indah Ratna Dewi, judul skripsi “ Pengembangan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada SDN Lagoa 09 Pagi Siswa Kelas III Koja Jakarta Utara ”. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, 2009. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa metode bermain peran dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas III SDN Lagoa 09 Koja Jakarta Utara tahun pelajaran 20082009. Peningkatan keterampilan berbicara dibuktikan dengan adanya peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata mencapai 65 dengan ketuntasan klasikal 53,33. Setelah tindakan pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 87 dengan ketuntasan klasikal 73,33. 34 Ibid. 3 Sebuah Skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan Teknik Bermain Peran Bagi Siswa Kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo Kabupaten BimaTahun 2010-2011. Sebuah penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Jenep Hanapiah dan Suwadi. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa teknik bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN 2 Ngali Kecamatan Belo. Dengan teknik ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajarannya, dan kualitas hasil belajar mereka dapat ditingkatkan sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

C. Kerangka Berpikir

Pada penelitian ini, peneliti akan mencoba menggunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas III di MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur. Teknik ini digunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada, yaitu masih terdapat siswa yang belum lancar dalam mengungkapkan gagasan, malu berbicara di depan kelas, dan penggunaan kosa kata yang kurang tepat di kelas III MI Ziyadatul Huda, Jakarta Timur. Sebagian besar siswa pasif dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan proses berbicara terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa kurang tertarik dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata kondisi ini diakibatkan karena siswa belum terbiasa dalam berbicara. Masih ada siswa yang berbicaranya tidak lancar ketika menceritakan kembali, dan masih ada siswa yang kurang percaya diri untuk berbicara di depan kelas. Inilah yang menyebabkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran berbicara. Kondisi di atas berefek pada hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada aspek berbicara. Nilai-nilai siswa tidak mencapai KKM 65,00 yang telah ditetapkan oleh guru. Jika hal ini tidak segera diatasi, maka siswa tidak akan bisa mengikuti pembelajaran ke tingkat selanjutnya. Ketidakmampuan siswa dalam berbicara pun menyebabkannya menjadi malas untuk aktif ketika pembelajaran berbicara dilaksanakan, karena

Dokumen yang terkait

Peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai pada siswa kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 14 172

Penerapan metode snowball throwing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas III MI Pembangunan UIN Jakarta

2 10 164

Upaya meningkatkan keterampilan menyimak metode bermain peran pada siswa kelas III MI Muhammadiyah 02 Depok

1 6 93

Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar PKN pada siswa kelas III di MI Dakwah Islamiyah Cawang Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 8 103

Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Bahasa Indonesia dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture pada MI Ziyadatul Huda Jakarta Timur

1 6 128

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran pada siswa Kelas V MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat Tahun pelajaran 2013/2014

0 4 170

Peningkatan keterampilan menulis paragraph deskripsi dengan media gambar pada siswa kelas V MI Al-Khoeriyah, Leuwisadeng, Bogor Tahun Pelajaran 2013/2014

0 7 91

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Peningkatan kemampuan berbicara melalui penerapan teknik bermain peran. penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V MI. Ath-Thoyyibiyyah Kalideres Jakarta Barat

0 10 170