17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
makanan atau air yang terkontaminasi dan, kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan. Pada manusia, terdapat dua penyakit utama yang disebabkan oleh
Salmonella, yaitu demam enterik dan penyakit diare Coromina, 2013.
2.6.5 Shigella dysenteriae
Shigella dysenteriae adalah bakteri tidak berflagel, Gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik, tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang
lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas Jawetz et al., 2005. Klasifikasi bakteri ini adalah :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteriae Jawetz et al., 2005
Habitat alamiah Shigella dysenteriae terbatas pada saluran pencernaan
manusia dan dapat menimbulkan infeksi yang disebut disentri basiler. Bakteri
Shigella dysenteriae adalah bakteri yang memiliki morfologi batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora, bersifat fakultatif
anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobik. Bentuk koloni Shigella dysenteriae konveks, bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai
diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Bakteri ini sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan laktosa Jawetz et
al., 2005.
2.7 Pewarnaan bakteri
Sebagian besar mikroorganisme tidak berwarna, maka untuk dapat melakukan pengamatan di bawah mikroskop cahaya diperlukan pewarnaan
mikroorganisme dengan menggunakan pewarna. Sebelum mikroorganisme dapat diwarnai, mikroorganisme tersebut harus terlebih dahulu difiksasi agar terikat
menempel pada kaca objek. Tanpa adanya fiksasi, maka pemberian zat warna
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada mikroorganisme yang dilanjutkan dengan prosedur pencucian zat warna dengan air mengalir dapat menyebabkan mikroorganisme ikut tercuci Pratiwi,
2008.
Ada tiga macam prosedur pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana simple stain, pewarnaan diferensial differential stain, dan pewarnaan khusus special
stain Pratiwi, 2008.
1. Pewarnaan sederhana Pada pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu macam pewarna dan
bertujuan mewarnai seluruh mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat terlihat. Biasanya suatu bahan kimia ditambahkan ke dalam larutan
pewarna untuk mengintensifkan warna dengan cara meningkatkan afinitas pewarna pada spesimen biologi. Bahan kimia ini disebut mordant penajam.
Contoh pewarna sederhana adalah carbol fuchsin dan safranin. 2. Pewarnaan diferensial
Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk setiap bakteri, sehingga digunakan untuk membedakan
bakteri. Pewarnaan diferensial yang sering digunakan adalah pewarnaan Gram. Pewarnaan Gram ini mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, yaitu
Gram positif dan Gram negatif. Pada pewarnaan Gram ini, bakteri yang telah difiksasi dengan panas
sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu crystal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut
pewarna primer. Selanjutnya pewarna dicuci dan pada noda spesimen ditetesi Iodin yang merupakan mordant. Setelah Iodin dicuci, baik Gram positif maupun
Gram negatif bewarna ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan decoloring agent senyawa peluntur warna yang pada spesies
bakteri tertentu dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Preparat dicuci alkohol, kemudian diwarnai kembali dengan safranin yang
merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram positif, sedangkan bakteri yang berwarna merah
digolongkan ke dalam Gram negatif.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Pewarnaan khusus Pewarnaan khusus digunakan untuk mewarnai dan mengisolasi bagian
spesifik dari mikroorganisme, misalnya endospora, kapsul, dan flagela.
2.8 Fase pertumbuhan mikroorganisme