“  Seorang  muslim  adalah  saudara  bagi  Muslim  lainnya.  Tidak  halal  bagi seorang  muslim  menjual  sesuatu  kepada  saudaranya,  sementara  di  dalamnya
terdapat cacat, kecuali ia menjelaskannya”. HR. Ibnu Majah Hal  ini  menjelaskan  bahwa,  dalam  melakukan  suatu  tindakan  muamalah,
harus atas dasar kerelaan kedua belah pihak dan haram hukumnya bagi seseorang menjual  barang  yang  memiliki  cacat  cacat  produk  tanpa  menjelaskan  kepada
pembeli konsumen.
8
Artinya, pelaku usaha wajib menjelaskan semua informasi tentang barangjasa yang ia tawarkan, agar halal baginya kegiatan jual
– belinya.
B. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
1. Pengertian Sengketa Konsumen
Sengketa  konsumen,  terdiri  dari  dua  kata,  yaitu  Sengketa  dan “Konsumen”.  Menurut  Suharso  dan  Ana  Retnoningsih,  “sengketa  diartikan
sebagai  sesuatu  yang dapat  menyebabkan perbedaan pendapat. ”
9
Sedangkan Sudarsono  mengatakan,
“sengketa  adalah  susuatu  yang  menyebabkan perbedaan pendapat  antara dua pihak  atau lebih  yang berselisih,  dan bisa di
bawa  perkara  ke  pengadilan. ”
10
Dan  konsumen  diartikan  sebagai  pengguna
8
Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 60
9
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi lux,  Semarang : Widya Karya, 2014, Cet. Kesepuluh, h. 477
10
Sudarsono, Kamus Hukum,  Jakarta : Rineka Cipta, 2007, Cet. Kelima h. 433
barang –  barang  hasil  industri.”
11
Selanjutnya  dalam  Keputusan  Menteri Perindustrian  dan  Perdagangan  Nomor    350MPPKep122001  tanggal  :  10
Desember  2001,  yang  dimaksud  dengan “sengketa  konsumen  adalah
sengketa  antara  pelaku  usaha  dengan  konsumen  yang  menuntut  ganti  rugi atau  kerusakan,  pencemaran  dan  atau  yang  menderita  kerugian  akibat
mengkonsumsi barang atau memanfaatkan jasa. ”
12
Asal  mula  sengketa  berawal  pada  situasi  dimana  pihak  yang  merasa dirugikan oleh pihak lain. Biasanya dimulai oleh perasaan tidak puas, bersifat
subjektif  dan  tertutup  yang  dialami  oleh  perorangan  maupun  kelompok. Apabila  perasaan  kecewa  atau  tidak  puas  disampaikan  kepada  pihak  kedua
dan  pihak  kedua  menanggapi  dan  dapat  memuaskan  pihak  pertama  maka selesailah  konflik  tersebut.  Sebaliknya,  apabila  perbedaan  pendapat  tersebut
terus  berkelanjutan  maka  akan  terjadi  apa  yang  disebut  sengketa.  Sengketa dalam  pengertian  sehari
– hari dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana pihak
–  pihak  yang  melakukan  upaya  –  upaya  perniagaan  mempunyai masalah  yaitu  menghendaki  pihak  lain  untuk  berbuat  atau  tidak  berbuat
sesuatu  tetapi  pihak  yang  lainnya  menolak  atau  tidak  berlaku  demikian. “Sengketa  dapat  juga  dimaksudkan  sebagai  adanya  ketidakserasian  antara
pribadi –  pribadi  atau  kelompok  –  kelompok  yang  mengadakan  hubungan
11
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi lux, h. 265
12
Direktorat Pemberdayaan Konsumen Ditjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan, Himpunan Peraturan Perlindungan Konsumen Seri Kelembagaan, t.t, t.p,
t.h,  h.40
karena  hak  salah  satu  pihak  terganggu  atau  dilanggar. ”
13
Menurut  Gulliver, “suatu  sengketa  dispute  hanyalah  terjadi  bila  pihak  yang  mempunyai
keluhan  klaim  semula  atau  seseorang    atas  namanya,  telah  meningkatkan perselisihan  pendapat  yang  semula  dari  perdebatan  diadik  dua  pihak
menjadi hal yang dimasuki bidang publik. ”
14
2. Pengertian Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen