55
BAB  IV PEMBAHASAN
A. Peranan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Tebing Tinggi
1. Kewenangan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Penyelesaian  sengketa  konsumen  dalam  perkembangan  kehidupan masyarakat  dapat  diselesaikan  oleh  suatu  badan  atau  lembaga  yang  secara
hukum telah dibentuk oleh pemerintah berdasarkan pasal 49 ayat 1 Undang- Undang  No.  8  Tahun  1999  tentang  Perlindungan  Konsumen.  Pembentukan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen pada Kabupaten  Kota di Indonesia adalah  untuk  menjawab  dan  menyelesaikan  berkembangnya  permasalahan
yang terjadi berkaitan dengan sengketa di bidang perlindungan konsumen. Khusus  Kota  Tebing  Tinggi  telah  dibentuk  Badan  Penyelesaian
Sengketa  Konsumen  berdasarkan  Keputusan  Presiden  RI  Nomor  23  Tahun 2009  Tentang  Pembentukan  Badan  Penyelesaian  Sengketa  Konsumen  Pada
Kota  Tebing  Tinggi,  Kota  Binjai,  dan  Kota  Bogor.  Sebagaimana  layaknya Badan  Penyelesaian  Sengketa  Konsumen  lainnya,  maka  BPSK  Kota  Tebing
Tinggi  merupakan  badan  yang  bertugas  menangani  dan  menyelesaikan sengketa  antara  pelaku  usaha  dan  atau  penyedia  jasa  dengan  konsumen.
Penyelesaian sengketa ini dilakukan di luar pengadilan.
Dalam  melaksanakan  tugasnya  tersebut,  maka  kewenangan  yang paling  mendasar  pada  BPSK  Kota  Tebing  Tinggi  adalah  melaksanakan
penyelesaian  sengketa  melalui  cara  konsiliasi,  mediasi,  dan  arbitrase,  serta memberikan
konsultasi perlindungan
konsumen dan
pengawasan pencantuman klausa baku.
Erdy  Willis,  SH  selaku  Wakil  Ketua  BPSK  Kota  Tebing  Tinggi mengatakan bahwa :
pengadilan  negeri  dalam  memeriksa  dan  mengadili  sengketa  konsumen menggunakan  Hukum  Acara  Perdata  dengan  tetap  memperhatikan
ketentuan  yang  terdapat  dalam  Undang –  Undang  Pokok  Kehakiman,
Undang –  Undang  Perlindungan  Konsumen,  dan  Undang  –  Undang
Mahkamah  Agung.  Sedangkan  Badan  Penyelesaian  Sengketa  Konsumen menggunakan  Undang
–  Undang  Perlindungan  Konsumen,  Undang  – Undang Arbitrase
1
Pada  kesempatan  lain,  Ir.  Iboy  Hutapea  selaku  Ketua  BPSK  Kota Tebing Tinggi mengatakan bahwa:
Jika di Pengadilan Negeri para pihak dapat dikuasakan kepada Pengacara, sedangkan di Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Tanpa Pengacara,
Pada  prinsipnya  penyelesaian  sengketa  konsumen  melalui  Badan Penyelesaian  Sengketa  Konsumen  tanpa  lawyer  pengacara,  hal  ini
mengingat  yang  ditonjolkan  dalam  proses  penyelesaian  sengketa  adalah musyawarah kekeluargaan, bukan masalah aspek hukum yang ketat, kaku
karena  putusan  yang  diharapkan  di  Badan  Penyelesaian  Sengketa Konsumen adalah win-win solution.
2
Pada  kesempatan  yang  sama,  Alfian  Nazri
,  SH  selaku  Anggota  BPSK Kota Tebing Tinggi mengatakan bahwa :
1
Erdy Willis, Wakil Ketua BPSK Kota Tebing Tinggi, wawancara tanggal 12 Pebruari 2015.
2
Iboy Hutapea, Ketua BPSK Kota Tebing Tinggi, wawancara tanggal 10 Pebruari 2015
Sengketa  konsumen  yang  bukan  kewenangan  BPSK  antara  lain tergugatnya  adalah  bukan  lembaga  atau  instansi  pemerintah  baik  sipil
maupun militer, barang atau jasa yang dikonsumsi secara hukum dilarang untuk dikonsumsi atau diperdagangkan, kasus pidana yang dilakukan oleh
pelaku usaha.
3
Dengan memahami pernyataan kedua subjek penelitian di atas, maka
penyelesaian  sengketa  konsumen  dengan  jalur  pengadilan  adalah  suatu penyelesaian  sengketa  secara  konvensional  melalui  litigasi  sistem  peradilan.
Sedangkan  penyelesaian  sengeketa  konsumen  melalui  jalur  Badan Penyelesaian  Sengketa  Konsumen  adalah  penyelesaian  melalui  non-litigasi
akan  tetapi  lebih  mengedepankan  win-win  solution  melalui  jalur  konsiliasi, mediasi  dan  arbitrase,  sepanjang  sengketa  konsumen  tersebut  tidak  termasuk
dalam  kategori  barang  atau  jasa  yang  secara  hukum  dilarang  untuk diperdagangkan.
2. Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen