6. Teknik Pengolahan Data
Dalam Teknik pengolahan data dalam penelitian ini digunakan teknik tabulasi data, dimana seluruh jawaban subjek penelitian dikumpulkan dalam
suatu tabel. Masing – masing jawaban subjek penelitian tersebut
dikelompokkan dengan menampilkan tabel dan prosentase. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto 1985, yang
menjelaskan : “… sebaliknya data kualitatif yang seringkali dikuantitatifkan, diangkakan
sekedar untuk mempermudah penggabungan dua atau lebih data variabel, kemudian sesudah didapat hasil akhir lalu dikualifikasikan… Terhadap data
yang bersifat kualitatif yaitu yang digambarkan dengan kata – kata atau
kalimat, dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Selanjutnya data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka
– angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses melalui beberapa cara anatara
lain : a.
dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh prosentase…teknik ini sering disebut dengan deskriptif kualitatif…”
18
Dengan demikian analisa data ini terbatas pada penggambaran, penjelasan dan penguraian secara mendalam dan sistematis tentang keadaan
yang sebenarnya dengan berpedoman pada teori sebelumnya.
7. Metode Analisis Data
Analisis data adalah “proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan .”
19
Oleh karena itu, setelah
18
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rinneka Cipta, 2000, h. 98
19
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1989, h. 103.
data diperoleh dari instrumen penelitian berupa kajian kepustakaan, dan wawancara, maka data - data tersebut terlebih dahulu akan dikelompokkan,
diklasifikasikan, diolah dan dianalisis secara kualitatif. Selanjutnya data yang telah dianalisis secara kualitatif tersebut akan dituangkan dalam bentuk
deskriptif melalui prosedur penalaran deduktif. Dalam hal prosedur penalaran deduktif ini, Bambang Sunggono menyebutkan bahwa :
Pada prosedur deduktif, bertolak dari suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui diyakini dan berakhir pada suatu
kesimpulan pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Pada prosedur ini, kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal yang bersifat
aksiomatik self evident yang esensi kebenarannya sudah tidak perlu dipermasalahkan lagi. Hal ini berarti bahwa pada deduksi setiap proposisi
itu hanya akan dapat dinyatakan sebagai proposisi yang benar kalau ia dapat dirunutkan kembali secara logis atau ditemukan sebagai hasil
penyimpulan dari suatu proposisi asas yang mengandung kebenaran pangkal tersebut. Jadi, tidak akan ada satu proposisi apa pun yang boleh
dianggap benar karena esensinya sendiri kecuali hasil runutan kebenaran pangkal yang sudah harus dianggap self evident dan didudukkan sebagai
asumsi aksiomatik itu.
20
F. Sistematika Penulisan