arbitrase. Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen adalah final dan bersifat mengikat.
Selanjutnya, pemberitahuan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap perlindungan konsumen dilakukan secara
tertulis dan disampaikan kepada pelaku usaha dengan bukti penerimaan atau bukti pengiriman putusan paling lambat 5 lima hari setelah putusan
ditetapkan. Hal ini secara tegas tertuang dalam pasal 13 Keputusan Menteri Perindustrian
dan Perdagangan
Republik Indonesia
Nomor :
350MPPKep122001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen, yang menyatakan bahwa :
1 Pemberitahuan putusan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf l,
dilakukan secara tertulis dan disampaikan ke alamat pelaku usaha dengan bukti penerimaan atau bunti pengiriman, selambat-lambatnya dalam waktu
5 lima hari kerja terhitung sejak putusan ditetapkan.
2 Pelaku usaha dianggap telah menerima pemberitahuan putusan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 terhitung sejak hari dan tanggal pelaku usaha menandatangani penerimaan surat pemberitahuan putusan.
36
C. Kerangka Konseptual
Berkenaan dengan uraian di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sengketa, dalam penelitian ini diartikan sebagai hal yang menyebabkan
perbedaan pendapat antara dua pihak atau lebih yang berselisih.
36
Ibid., h. 43
b. Konsumen, dalam penelitian ini diartikan sebagai tiap orang pemakai barang
danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain dan tidak di perdagangkan.
c. Pelaku usaha atau penyedia jasa, dalam penelitian ini diartikan sebagai setiap
orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha berbagai bidang
ekonomi. d.
Sengketa konsumen, dalam penelitian ini diartikan sebagai masalah antara pelaku usaha dengan konsumen yang menuntut ganti rugi atau kerusakan,
pencemaran dan atau yang menderita kerugian akibat mengkonsumsi barang atau memanfaatkan jasa.
e. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dalam penelitian ini diartikan
sebagai sebuah badan atau lembaga yang dibentuk di Kabupaten Kota bersifat non struktural yang berfungsi untuk menangani dan menyelesaikan
sengketa konsumen di luar pengadilan. f.
Perlindungan Konsumen, dalam penelitian ini diartikan sebagai upaya – upaya yang menjamin adanya kepastian hokum untuk memberikan
perlindungan atas hak – hak konsumen.
g. Konsiliasi, dalam penelitian ini diartikan sebagai sebuah proses penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantaraan Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen untuk mempertemukan para pihak yang bersengketan dimana penyelesaian sengketa diserahkan kepada para pihak
yang bersengketa secara mufakat. h.
Mediasi, dalam penelitian ini diartikan sebagai sebuah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantaraan Badan
Penyelesaian Sengekata Konsumen sebagai mediasi danatau penasehat dimana penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak yang bersengekata.
i. Arbitrase dalam penelitian ini diartikan sebagai sebuah proses penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen. Berdasarkan konsep
– konsep di atas, maka Peran Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Perlindungan Konsumen, dalam penelitian ini
diartikan sebagai upaya – upaya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam
melindungi hak – hak konsumen sesuai tugas dan wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen di luar pengadilan melalui cara konsiliasi, mediasi, dan arbitrase.
D. Tinjauan Review Kajian Terdahulu