Upaya UIN Fashion Fair dalam Memasyarakatkan Busana Muslim
langsung telah mensyi’arkan busana muslimah yang merupakan pakaian takwa dan perintah Allah SWT. untuk dipakai oleh para muslimah.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana muslimah sebagai media dakwah, di antaranya adalah dengan
menyelenggarakan seminar, pelatihan hijab and beauty class, ajang pencarian bakat sebagai model busana muslimah model hunt, dan pegelaran busana
muslimah Islamic Fahion Show. Talk show yang diselenggarakan oleh UIN Fashion Fair mengangkat tema
“Fashion, World and Religion” yang membahas mengenai hakikat fesyen di dalam Islam dan dunia, mengenai apa itu syar’i, proses pemahaman serta
perkembangan fesyen di Indonesia dan dunia kepada pemuda-pemudi muslim. Salah satu bintang tamunya, seorang desainer busana muslimah ternama,
Dian Pelangi mengatakan bahwa ia ingin merubah pandangan banyak negara yang mengidentikkan busama muslimah dengan abaya dan warna gelap. Karena seperti
yang kita ketahui, mayoritas umat muslim di negara-negara Timur Tengah mengenakan hijab model abaya dengan warna hitam. Dian ingin menghadirkan
warna-warni dan desain yang lebih universal melalui berbagai rancangannya. “Saya ingin busana muslim bisa digunakan juga oleh wanita yang
tidak berkerudung. Namun busana tersebut bisa tetap menutup seluruh bagian tubuh.
”
1
Dian tidak sekedar merancang busana muslim, tetapi juga memadukan fesyen dengan sesuatu yang berbeda. Tak jarang, Dian mencoba menghadirkan
1
Dian Pelangi dalam Talk Show “Fashion, World and Religion”, Gedung NICT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1 Juni 2012.
nuansa tradisional Indonesia, seperti menggabungkan kain jumputan atau tenun dalam busana muslimah rancangannya.
Dian juga meyakini dengan perkembangan fesyen muslim yang melesat seperti saat ini, kelak pada tahun 2020 Indonesia bisa dijadikan sebagai kiblat
fesyen dunia, khususnya untuk fesyen muslim. Menurutnya, sejauh ini busana muslimmuslimah di Indonesia sudah sangat terkenal. Bahkan beberapa negara
tetangga banyak yang datang untuk membeli berbagai busana muslim dari butik- butik muslimah di Indonesia. Dunia fesyen internasional juga sudah mulai
mengakui perkembangan fesyen di Indonesia, khususnya fesyen muslim dengan memberikan apresiasi kepada 13 orang desainer busana muslim Indonesia untuk
hadir dan turut serta dalam ajang International Fashion Fair di Perancis. Selain talk show di atas, salah satu rangkaian acara yang menarik banyak
perhatian publik adalah acara beauty and hijab class. Karena dalam acara ini para muslimah diberikan pelatihan tentang berbagai macam kreasi gaya berkerudung,
serta memperlihatkan sisi kreatifitas dari para muslimah dalam memadu-padankan kerudung dengan busana yang dikenakan. Acara ini diselenggarakan dengan
tujuan agar menarik semakin banyak orang orang mengenakan hijab, terutama para muslimah muda. Pada umumnya, untuk mengikuti acara ini para peserta
dikenakan biaya tertentu. Hal tersebut disebabkan oleh tempat pelaksanaan acara serta bingkisan yang yang akan diberikan kepada masing-masing peserta yang
hadir dalam acara tersebut. “Kita tuh pengen perempuan ngerasa cantik gitu. Jadi waktu itu kan
kita penasaran tuh, ribet enggak sih pake kerudung gini gini gini, gitu. Anak UIN kan kebanyakan kerudungnya cuma ya gitu aja,
kadang pake berego kayak enggak niat gitu lho. Seharusnya sebagai
seorang perempuan muslim, apalagi kita bawa identitas UIN, harusnya kan kita kalo diliat sama yang bukan orang UIN kan
mestinya rapi, bersih, menariklah pokoknya. Enggak usah pake baju yang gimana-gimana, yang penting kamu menarik gitu.
”
2
Dengan mengusung tema “Festive Hijab and Beauty”, acara tutorial hijab ini diharapkan dapat meluruskan kesalahan dalam cara pemakaian kerudung yang
masih sering terjadi. Yang banyak terlihat, para muslimah menggunakan kerudung dengan cepolan ikatan atau gelungan rambut yang tinggi seperti punuk
unta. Padahal itu tidak dibenarkan oleh Rasulullah. Tidak apa menggelung rambut, tapi tidak boleh terlalu tinggi sehingga menjadi terlihat bentuk gelungan
rambutnya saat memakai kerudung. Berikutnya adalah ajang pencarian model untuk busana muslimah model
hunt. Kompetisi ini merupakan salah satu upaya UIN Fashion Fair dalam menjadikan busana muslimah sebagai media dakwah. Karena pada umumnya
orang akan lebih tertarik kepada suatu busana apabila diperagakan oleh seorang model. Dalam kompetisi ini, UIN Fashion Fair bekerjasama dengan salah satu
majalah remaja muslimah yang fokus terhadap perkembangan busana muslimah, yakni Hijabella Magazine.
Acara pagelaran busana fashion show juga menarik banyak perhatian publik. Karena dalam acara ini UIN Fashion Fair mengundang desainer-desainer
busana muslimmuslimah ternama seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, Lulu El- Hasbu, Barli Asmara, dan lain sebagainya. Penyelenggaraan pagelaran busana ini
menawarkan busana Islami dengan penampilan modern dan tidak ketinggalan
2
Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.
zaman dalam berbagai suasana, baik berupa suasana kerja, sekolah, kampus, acara pesta, atau pun acara yang tidak resmi seperti pakaian sehari-hari. Pagelaran
busana ini diselenggarakan dalam upaya untuk menimbulkan kesan dan pesan bahwa busana muslimah adalah busana yang indah dan ramah, busana yang
anggun dan santun, busana yang trendi dan bergengsi, serta busana sepanjang zaman.
Islamic Fashion Show: Breakthrough menjadi tempat sosialisasi para desainer-desainer busana muslim Indonesia kepada para pemuda-pemudi
mengenai busana muslimah yang sesuai dengan sya’riat Islam. Seperti yang telah diketahui, hijab merupakan simbol dari nilai-nilai dan tradisi agama Islam. Saat
ini banyak dijumpai muslimah yang memaknai dan merepresentasikan pemakaian hijab lebih dari sebuah kewajiban nilai ke-Islaman dan mengarah pada
modernisasi terkait dengan munculnya fenomena muslimah yang berpenampilan trendi.
Melalui kerudung dan busana yang dikenakannya tersimpan kesan dari pemakainya, seperti kerapihan, kesopanan dan simbol ketaqwaannya sebagai
seorang muslimah. Hijab diperlihatkan sebagai bagian dari praktik dakwah yang menunjukkan ketaatan terhadap nilai-nilai ke-Islaman namun dalam wujud yang
modern. Dalam hal ini, Qonitah Al-Jundiah dan teman-temannya menjadi aktor
atau penggerak yang dengan sengaja bertindak untuk menyelenggarakan UIN Fashion Fair. Mereka menyusun serangkaian acara dan mengundang banyak pihak
untuk berkolaborasi dengan mereka dengan tujuan untuk mensyi’arkan fesyen
muslim kepada muslimmuslimah yang ada di lingkungan sekitarnya, khususnya di dalam lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Fashion Fair
melakukan dakwah melalui sarana busana muslimah, karena mereka ingin menyebarluaskan bahwa busana muslimah bukanlah busana yang kuno dan
monoton, tetapi busana muslimah adalah busana yang bisa dikenakan dalam kegiatan sehari-hari bila dipadu-padankan dengan benar. Banyak cara yang telah
mereka lakukan dalam melaksanakan dakwah bil hal ini, seperti talkshow, charity pengumpulan dana amal, hijab and beauty class, design styling competition,
model hunt ajang pencarian bakat sebagai model, fashion bazaar dan fashion show pagelaran busana.
Tingkah laku anggota anggota masyarakat pada umumnya diarahkan dan diatur oleh norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Nilai-nilai dan
norma-norma tersebut diterapkan oleh UIN Fashion Fair dalam kesehariannya. Hijab sebagai sebuah simbol agama mengarahkan UIN Fashion Fair untuk
menjaga citra keislaman dari hijab itu sendiri. Hal tersebut disadari oleh Qonitah Al-Jundiah, bahwa sebagai kelompok berhijab seharusnya mereka mengenakan
kerudung dan berbusana sesuai syari’at-syari’at Islam: “Aku selalu sounding sih ke temen-temen, ‘eh kita kan diliat sama
temen-temen yang lain. Supaya temen-temen yang lain mau gabung, makanya kita pake bajunya yang proper’. Jadi kita semua sepakat,
dan Alhamdulillah temen-temen pake bajunya tuh rapi, pake rok, gamis, kalo pake jins ada mini skirt-nya lagi. Kita sadar sih, jadi
kita harus ikutin peraturannya. Kalo misalnya ada yang pake baju
ketat, ‘kok pake baju ketat sih? Jangan, jangan. Nanti kan diliat orang’. Jadi kita saling ngingetin.”
3
3
Wawancara Pribadi dengan Qonitah Al-Jundiah, Tangerang Selatan, 2 Juni 2014.
Dari nilai kelompok yang ada, maka berdampak pada norma yang diterapkan terhadap seluruh anggota kelompok. Berdasarkan penjelasan dari
seluruh narasumber, tidak terdapat tertulis di dalam kelompok namun ada beberapa hal yang sangat ditekankan mengenai busana muslimah yang
dikenakannya, seperti pelarangan untuk menggunakan legging celana ketat panjang sebagai pakaian luar.
Untuk menjaga agar norma kelompok tetap dipatuhi, maka antar anggota saling mengingatkan bila ada yang mengenakan pakaian yang agak terbuka, ketat
atau menerawang. Oleh karena itu, diperlukan adanya kontrol sosial dari sesama anggota:
“Kita kalau di UFF itu dibilangin kalau ‘kalian boleh fesyen, bla bla bla, mau eksplor, tapi kalian tetep harus inget kalau pake jilbab itu
narus nutup dada’, gitu-gitu. Jadi kita tuh di UFF dibilangin. Kan banyak yang pakai turban, model turban itu kan enggak nutup dada
tuh kak, kalo kita sama senior-senior tuh dibilangin enggak boleh kayak gitu. Jadi kalau di UFF itu rata-rata paling kalau pake turban
buat foto doang, atau enggak akai turban tapi dadanya ditutupin lagi pakai syal.
”
Gambar 4.3 Gaya berhijab anggota UIN Fashion Fair
Sumber: Dokumentasi pribadi UIN Fashion Fair
Tindakan yang dilakukan oleh Qonitah Al-Jundiah dan teman-temannya telah menimbulkan perubahan yang cukup signifikan mengenai cara berhijab di
masyarakat, tidak terkecuali para anggotanya. Banyak dari mereka yang sebelumnya hanya mengenakan busana muslimah “seadanya” dengan pola
berpakaian yang cenderung satu warna dari kepala hingga kaki kerudung hingga pakaian. Namun setelah bergabung dengan UIN Fashion Fair, mereka kini lebih
berani dalam mengeksplor warna dalam berbusana dan lebih percaya diri untuk melakukan mix and match padu-padan pada busana yang mereka kenakan.
“Sebelum gabung... aku itu dulu berarti taun 2012 yah bareng mba Tata. Sebelum gabung itu aku mungkin lebih ke yang belum terlalu
berani nge-mix and match baju, masih yang terlalu monoton gitu, enggak berani mainin warna. Tapi setelah di UFF tuh aku baru
berani mengeksplor warna, baru berani nge-mix and match baju, gitu...
”
4
Dengan diselenggarakannya UIN Fashion Fair, maka mereka telah ikut berperan dalam meluruskan perihal fenomena jilboobs yang sekarang banyak
terjadi di masyarakat. Mereka menunjukkan bahwa dalam mengenakan pakaian takwa banyak hal-hal yang harus diperhatikan oleh si pemakai, seperti model
pakaiannya longgar yang tidak boleh membentuk lekuk tubuh, bahan pakaiannya yang tebal dan tidak transparan, kerudung yang dijulurkan hingga menutupi
bagian dada, pakaian yang dikenakan tidak berlebihan, tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan pakaian tersebut tidak dipakai untuk dipamerkan kepada orang lain
ataupun untuk bermewah-mewahan.
4
Wawancara Pribadi dengan Rahmania Fauzia, Tangerang Selatan, 13 Juni 2014
Kegiatan dakwah bil hal yang dilakukan dengan cara menyelenggarakan UIN Fashion Fair dapat dikatakan berhasil. Karena telah membawa pengaruh
dalam hal perubahan pandangan dan pendapat mengenai hijab sehingga membuat semakin banyak orang yang tertarik untuk mengenakan pakaian takwa tersebut.
Namun, yang harus tetap menjadi perhatian masyarakat adalah bagaimana pakaian tersebut dikenakan. Meskipun mengusung fesyen muslim, tapi aturan-
aturan berpakaian dalam syari’at tetap tidak boleh dilupakan. Karena apabila hal tersebut tidak diperhatikan, maka busana tersebut tidak lagi menjadi pakaian
takwa. Seperti masih memperlihatkan lekuk tubuh, bahan pakaiannya tidak tebal, menggunakan wewangian yang menyengat, menyerupai pakaian laki-laki serta
digunakan untuk bermewah-mewahan.