6 Prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi: petunjuk-petunjuk singkat yang
memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan perubahannya.
7 Lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, maupun ancaman-ancaman.
4. Metode Dakwah
Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang merupakan gabungan dari kata meta dan hodos. Meta berarti melalui, mengikuti, atau
sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, arah, atau cara. Jadi, metode bisa diartikan sebagai suatu cara atau jalan yang bisa ditempuh.
28
Tujuan diadakannya metode dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa dakwah itu sendiri maupun bagi
penerimanya. Berikut ini adalah metode-metode dakwah yang dapat digunakan oleh para da’i dalam mensyi’arkan agama Islam:
29
1 Da’wah bil Hikmah
Hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Seoang da’i yang baik harus mampu menyesuaikan dirinya dengan segala lapisan masyarakat yang
dihadapi, dari rakyat elata, orang berpangkat, kaum cerdik-cendekiawan, atau berbagai lapisan sosial lainnya yang kesemuanya menuntut suatu pendekatan yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
28
Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah: Bekal Perjuangan Para Da’i, Jakarta:
AMZAH, 2008, h. 238
29
Ibid., h. 240-254
2 Da’wah bil Mau’izhatil Hasanah
Mau’izhatil Hasanah ialah kalimat atau ucapan yang diucapkan oleh seorang da’i, disampaikan dengan cara yang baik, berisikan petunjuk-petunjuk ke arah
kebajikan, diterangkan dengan gaya bahasa yang sederhana, supaya yang disampaikan itu dapat ditangkap, dicerna, dihayati, dan pada tahapan selanjutnya
dapat diamalkan. 3
Da’wah bil Mujadalah Secara umum, metode dakwah ini ditujukan bagi orang-orang yang taraf
berpikirnya telah maju dan kritis seperti halnya Ahlul Kitab yang memang telah memiliki bekal keagamaan dari para utusan Allah SWT sebelumnya. Metode
dakwah ini menuntut adanya profesionalisme dari para da’i. Dengan kata lain, seorang da’i bukan anya dituntut untuk sekedar mampu berbicara dan beretorika,
ber-uswah dan ber-qudwah hasanah, tetapi juga dituntut untuk memperbanyak perbendaharaan ilmu pengetahuan yang sifatnya ilmiah.
4 Da’wah bil Hal
Da’wah bil Hal adalah dakwah yang diberikan oleh seseorang melalui amal perbuatan yang nyata. Contoh nyata dari metode dakwah ini adalah apa yang
dilakukan oleh Rasulullah saw. saat mempersatukan kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Beliau menjadikan ikatan persaudaraan ini sebagai ikatan yang benar-
benar harus dilaksanakan. 5
Da’wah bil Qalb Metode dakwah ini menjadi sangat diperlukan men
gingat banyak para da’i yang berdakwah dengan lebih mengedepankan logika saja. Seseorang dapat
memberikan ceramah yang mengagumkan karena ia diawali dari hati, diucapkan dengan niat yang baik dan tulus. Walaupun lisannya tidak mengucapkan apa-apa,
tangannya tidak menggoreskan tulisan, dan tubuhnya tidak melakukan suatu amal perbuatan, namun cukup dengan hati saja itu sudah terhitung dakwah serta
mendapatkan pahala.
5. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin medium yang memiliki arti alat atau perantara. Sedangkan menurut istilah, media ialah segala sesuatu yang dapat
dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
30
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, media berarti perantara; penghubung; yang
terletak di antara dua pihak orang, golongan, dsb..
31
Sedangkan menurut Kamus Istilah Komunikasi, “... Media berarti sarana yang digunakan sebagai alat bantu
dalam berkomunikasi disebut media komunikasi, adapun bentuk-bentuk dan jenisnya beraneka ragam ...
”
32
Arifin membagi media menjadi tiga bentuk. Pertama, media yang menyalurkan ucapan spoken words, termasuk juga yang berbentuk bunyi, yang
sejak dahuu sudah dikenal dan dimanfaatkan sebagai medium yang utama. Media yang termasuk dalam kategori ini antara lain gendang, kentongan alarm block,
telepon dan radio. Kedua, media yang menyalurkan tulisan printed writing, dan karena hanya dapat ditangkap oleh mata maka disebut juga visual media media
30
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 163
31
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h. 931
32
Ghazali BC. TT. Kamus Istilah Komunikasi, Bandung: Djambatan, 1992, h. 227