keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-
orang yang beriman supaya kamu beruntung.” QS. An-Nur : 31 Salah satu kaum muslimah yang dapat diteladani karena ketaatan untuk
menutup kepalanya dengan kerudung ialah wanita Anshar, seperti dijelaskan dalam hadits berikut:
”Dari Shafiyah binti Syuaibah, ia bercerita, “Ketika kami bersama Aisyah Ra., mereka menyebut-sebut kelebihan wanita Quraisy. Lalu
Aisyah Ra. berkata, “Memang wanita Quraisy itu memiliki kelebihan, tetapi demi Allah, sesungguhnya aku tidak pernah melihat yang lebih
mulia daripada wanita Anshar, mereka sangat membenarkan Kitabullah dan sangat kuat imannya kepada wahyu yang diturunkan. Ketika turun
surat al-Nur ayat 31, ayat yang menyuruh berkerudung, lalu suami mereka pulang dan membacakan kepada mereka apa yang telah Allah
turunkan. Dengan segera setiap wanita Anshar itu menarik kain yang ada, lalu menjadikannya kerudung karena membenarkan dan iman
kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya.
” HR. Muslim
16
Jadi, dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa busana muslimah adalah pakaian takwa yang merupakan simbol ketaatan seorang wanita muslimah.
Selain itu, busana muslimah juga dapat digunakan untuk menyampaikan identitasnya, yaitu sebagai seorang wanita muslim. Dengan mengenakan hijab,
seorang wanita sudah melindungi diri dari perbuatan fitnah dan zina, serta menaikkan kedudukannya di dunia dan di akhirat.
16
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, Bidadari Dunia, Jakarta: QultumMedia, 2005, h.
Gambar 2.1 Kerudung yang memenuhi persyaratan QS. An-Nur : 31
17
B. Pengertian dan Media Dakwah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dakwah memiliki arti penyiaran agama di kalangan masyarakat dan pengembangannya; seruan untuk memeluk,
mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.
18
Dakwah harus berjalan terus menerus tanpa henti, yang sesungguhnya merupakan tugas setiap manusia. Oleh
karena itu, dakwah harus dilaksanakan sehingga tidak ada seorangpun yang dapat menghindarinya. Firman Allah SWT berbunyi:
17
Husein Shahab, Hijab Menurut Al- Qur’an dan As-Sunnah: Pandangan Muthahhari dan Al-
Maududi, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2013, h. 111
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, h. 309
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung .” QS. Ali’ Imran : 104
Toha Jahya Omar menyatakan, “... Dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai
peringatan Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat ...”
19
Sedangkan M. Quraish Shihab menulis: “Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha
mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna terhadap individu dan masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekedar usaha peningkatan
pemahaman keagamaan dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.
”
20
Menurut Muhammad Natsir dalam bukunya Dakwah dalam Rangka Perjuangan mendefinisikan dakwah sebagai berikut:
21
“Usaha-usaha untuk menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat manusia tentang pandangan dan tujuan hidup mereka di
dunia ini. Yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing
pengalamannya dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan
bermasyarakat, peri kehidupan bernegara.” Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang telah
didefinisikan oleh para ali tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan Allah SWT. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan untuk memengaruhi
manusia agar masuk jalan Allah SWT. Keempat, sasaran bisa secara fardiyah
19
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Studi Sebuah Komunikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, h. 36
20
Ibid., h. 36
21
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, cet. ke-2, h. 8
perorangan atau jama’ah berkelompok. Berbicara mengenai dakwah, tidak
terlepas dari unsur-unsurnya, yaitu:
1. Da’i
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah
22
. Seseorang dapat disebut Da’i atau Ulama apabila secara keilmuan ia telah mengetahui tentang ajaran-
ajaran agama Islam. Begitu juga dari segi wawasan intelektual, pengalaman spiritual, sikap mental, dan kewibawaannya. Seorang yang disebut Da’i biasanya
akan ter lihat lebih matang dibandingkan mad’u khalayak.
Pada dasarnya, semua umat muslim berperan secara otomatis sebagai juru dakwah. Da’i dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
23
1 Secara umum adalah setiap muslim atau muslimah yang mukallaf dewasa di
mana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah:
“Sampaikan walau satu ayat”. 2
Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus mutakhasis dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama.
Da’i adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan
dakwah. Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah khususny a da’i
profesional yang mengkhususkan diri di bidang dakwah sebaiknya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan dakwah.
22
Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ikhtiar Ouve, 1992, h. 137
23
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, h. 19