D. Perumusan Masalah
Penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair
square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penerapan model
pembelajaran cooperative teknik think pair square dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
F. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharap bermanfaat bagi ; 1. Bagi guru Fiqih dapat menjadikan model pembelajaran cooperative teknik
think pair square sebagai salah satu alternative untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan efektif.
2. Bagi siswa dapat memberikan motivasi, keaktifan dalam belajar dan meningkatkan interaksi social dengan siswa lain dalam kegiatan
pembelajaran. 3. Bagi penulis agar dapat menambah pengetahuan tentang model kooperatif
thiks pair square dalam meningkatkan hasil belajar dan dapat menerapkan dalam proses belajar mengajar dengan baik.
6
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif
a. Hakikat dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif mengandung pengertian bekerja dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pengertian kooperatif terjadi pencapaian tujuan
secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya. “Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama
mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen”
1
. Keberhasilan dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individu maupun secara
kelompok. Selain itu, menurut Slavin Pakar dan pengembang pembelajaran
kooperatif, sebagaimana dikutip oleh Tukiran,dkk. mengatakan
Kooperatif Learning atau pembelajaran kooperatif yaitu “In cooperative learning methods, student work together in four member team to master
material initially presented by the teacher.”
2
Dari penjelasan tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
1
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013 h. 174
2
Tukiran Taniredja.dkk,Model-Model Pembelajaran Inovatif dan Efektif,Bandung: Alfabeta, 2013, h. 55
pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil, saling bekerja sama, dimana anggotanya terdiri dari 4-6 orang.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstrutur. Dapat dikatakan pembelajaran kooperatif dapat berjalan jika sudah
terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja sama secara terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3
Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa bukan saja mendapat pengetahuan dari
guru saja, akan tetapi siwa juga mendapat pengetahuan dari rekan siwa lainya yang saling mengajar.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan
dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara homogen.
Pembagian kelompok homogen cenderung siswa merasa tidak adil, sehingga menyebabkan suasana belajar yang kurang kondusif.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran
kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang berincikan : memudahkan siswa belajar sesuatu yang
bermanfaat seperti, fakta, keterampilan, nilai,konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, serta pengetahuan, nilai dan keterampilan
diakui oleh mereka yang berkompeten menilai. keaktifan siswa sangat membantu untuk meningkatkan nilai akademis sosial.
4
Pembentukan kelompok pada pembelajaran kooperatif adalah heterogen untuk memaksimalkan keberagaman siswa dalam kelas.
3
Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas,Jakarta: Grasindo, 2014, h. 12
4
Agus Suprijono, Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2013, h. 58
Kelompok heterogen adalah cermin dari kelas, termasuk anak laki- laki maupun perempuan yang pintar, sedang dan lemah dengan
perbedaan etnisitas dan bahasa. Keberagaman tingkat pencapaian memaksimallkan pengajaran sejawat dan berguna sebagai bantuan
untuk pengelolaan kelas.
5
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Made Wena adalah “ Saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,
tanggung jawab individu untuk mencapai keberhasilan kelompok dan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi”
6
. Johnson dan Sutton yang dikutip oleh Trianto mengemukakan
terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu : Pertama, saling ketergantugan yang bersifat positif antar siswa.
Dalam belajar kooperatif setiap siswa merasa sedang berkerja bersama dalam mencapai tujuan belajar. Setiap siswa tidak akan sukses jika semua
anggotanya tidak sukses. Siswa juga akan merasa menjadi anggota kelompok jika ia ikut andil dalam suksesnya kelompok tersebut.
Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, akan terjadi
dalam hal siswa akan membantu siswa lain dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan untuk sukses dalam kelompok. Saling membantu
dalam kelompok terjadi karena kegagalan yang dialami seseorang yang akan memperngaruhi suksesnya kelompok. Interaksi dalam pembelajaran
kooperatif adalah dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
Ketiga, Tanggung jawab individual. tanggung jawab individual terjadi ketika siswa membantu siswa lain dan juga pada pertanggung
jawaban siswa terhadap kelompok tersebut, siswa bukan hanya ikut
5
Shlomo sharan, The Handbook of Cooperative Learning: Inovsi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Mengacu Keberhasilan Siswa di Kelas, Yogyakarta:Istana Media,
h. 171
6
Made Wena, Strategi pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi askar, 2009, h. 191