a Faktor Fisiologis Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan yang lemah dan capek, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan
sebagainya semua akan membantu dalam proses dan hasil belajar. b Faktor Psikologis
Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi yang berbeda-beda. Beberapa faktor psikologis diantaranya
meliputi intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif. Motivasi, kognitif dan daya nalar.
2 Faktor Eksternal a Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam
dan dapat pula berupa lingkungan sosial. b Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Seperti kurikulum, sarana, fasilitas dan guru.
25
4. Pembelajaran Fiqih di MTs a. Hakikat dan Urgensi Pembelajaran Fiqih
Mata pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah dan muamalah,
terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan
taharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji,
25
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta : PT. Gaung Persada Press, 2008, h. 32
serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Adapun menurut bahasa fiqih berarti “faham yang mendalam, mengetahui batinnya sampai kedalam. Secara istilah fiqih adalah ilmu
tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliyah, yang digali dan dikemukan dari dalil-dalil yang tafshili.”
26
. Adapun menurut istilah, kata fiqih adalah ilmu halal dan haram,
ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani yang dikutip oleh Sapiudin.
27
Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali praktis yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash Alquran dan Hadist.
Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas adalah segala perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari syariat yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Adapun kata ‘amali dalam definisi ini dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang menjadi obyek kajian
ilmu ini hanya berkaitan dengan perbuatan ‘amaliyah mukallaf dan tidak termasuk keyakinan atau iktikad ‘aqidah dari mukallaf itu.
Sedangkan dalil-dalil terperinci al-tafshili maksudnya adalah dalil-dalil yang terdapat dan terpapar dalam nash di mana satu persatunya menunjuk
pada satu hukum.
28
Dasar yang mendorong manusia untuk mempelajari ilmu fiqih menurut Nazar Bakry diantaranya sebagai berikut :
1 Untuk mencari kefaham dan pengertian tentang ajaran Islam.
26
Zurinal.Z,Aminudin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah,2008. H.5
27
Sapiudin Shidiq,Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana,2011, h,4
28
Alaidin Koto, Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 2
2 Untuk mempelajari hukum-hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia.
3 Memperdalam pengetahuan dalam hukum-hukum agama dalam bidang ibadat dan mu’amalat.
29
b. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MTs
Ruang lingkup fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi aturan dan ketentuan tentang pengaturan hukum Islam dalam menjaga keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan sesama manusia. Adapun ruang
lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah di kelas meliputi : 1 Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tatacara taharah,
salat fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah, berzikir dan berdoa setelah salat, puasa,
zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
2 Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan dan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam- meminjam, utang piutang, gadai, dan borg
serta upah.
30
c. Metode Pembelajaran dalam Mengajarkan Fiqih di MTs
Selama ini metode yang diterapkan dalam pembelajaran fiqih di MTs diantaranya yaitu :
1 Metode Ceramah Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah penerangan dan
penuturan secara lisan oleh guru terhadap murid di dalam kelas.
29
Nazar Bakry, Fiqih dan Ushul Fiqih,Jakarta:Rajawali Pers, h.5
30
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam
Dan Bahasa Ara Di Madrasah. Hal 53
Peranan murid dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti serta mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh guru.
31
2 Metode Tanya jawab Metode Tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab, atau
siswa bertanya guru menjawab.
32
Dalam metode Tanya jawab guru pada umumnya berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta tertentu yang sudah
diajarkan, atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh siswa. 3 Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau
lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Untuk mendapatkan hal yang disepakati,
tentunya masing-masing menghilangkan perasaan subjektivitas dan emosionalitas yang akan mengurangi bobot pikir dan pertimbangan
akal yang semestinya.
33
4 Metode Demonstrasi dan Eksperimen Demonstrasi adalah salah satu tehnik mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tetntang
suatu proses atau cara melakukan sesuatu. 5 Metode Pemberian tugas
31
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: C.V. JEMMARShal 76
32
R. Ibrahim,dkk, Perencanaan Pengajaran, Jakarta:PT rineka cipta, hal. 106
33
Abdul Majid,Perencanaan Pembalajaran, Bandung: PT remaja Rosdakarya,2012, hal. 141
Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa melakukan tugas kegiatan yang berhubungan dengan
pelajaran,seperti mengerjakan soal-soal, mengumpulkan kliping, dan sebagainya. Metode ini dapat dilakukan dalam bentuk tugaskegiatan
individual ataupun kerja kelompok dan dapat merupakan unsur penting dalam pendekatan pemecahan masalah atau problemsolving
34
6 Metode sosiodrama dan bermain peran Metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua metode yang
dapat dikatakan bersamaan dan dalam pemakaianya sering disilih- gantikan. Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara tingkah laku di
dalam hubungan sosial. Sedangkan bermain peran menekankan kenyataan di mana siswa diturut sertakan dalam memainkan peran di
dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial.
35
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Peningkatan Hasil Belajar siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think Pair Square pada mata pelajaran IPS, oleh Damroh
809018300459, Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah jurusan kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Jakarta, Tahun 2013. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar IPS
siswa MI Idzotun Nasyiien Pulo Gebang, Jakarta Timur sebesar 18 . Hasil siklus 1 sebesar 49, meningkat pada siklus ke II sebesar 67.
Dalam penelitian ini menekankan pada hasil belajar IPS kelas III dengan mengggunakan model pembelajaran Cooperative Learning teknik Think
Pair Square.
34
R. Ibrahim,dkk,op.cit,hal106
35
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Bandung: C.V. JEMMARS, hal 101
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square Berpikir-berpasangan-berempat dalam pembelajaran matematika siswa
kelas VII SMPN 1 Bayang tahun pelajaran 20112012. oleh Mardaweni,Nilawesti,dan
zulfaneti, Progam
Studi Pendidikan
Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, tahun 20112012. Penelitian tersebut menunjukan hasil matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square sebesar 77,33. Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa menggunakan metode konvensional sebesar
64,33. Dengan hasil ini menunjukan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square lebih baik dari pada penggunaan
metode konvensional pada matapelajaran matematika. Dalam penelitian ini menekankan pada bagaimana penerapan model Cooperative Learning
teknik Think Pair Square dalam pembelajaran kelas VII dan
perbedaannya dengan hasil belajar yang menggunakan metode konvensional.
3.
Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square Tpsq disertai dengan lembar kerja kartun terhadap
pemahaman konsep sistematis siswa kelas VIII SMPN 34 Padang. Oleh Vebri Minta, Sefna Rismen dan Lita Lovia, Progam Studi
Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat,
B
erdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair
Square TPSq disertai lembaran kerja lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional. Dalam
penelitian ini menekankan pada pemahanan konsep sistematis siswa kelas VIII dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning teknik Think Pair Square disertai dengan lembar kerja kartun.
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran fiqih di Mts bertujuan untuk mengetahui dan memahami pokok-pokok ajaran Islam dan mengatur ketentuan dan tata cara
menjalankan hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesama manusia. Pelajaran Fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, ataupun lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran di kelas sangat menentukan hasil yang akan diperoleh. Upaya meningkatkan keaktifan belajar pada pembelajaran
fiqih perlu diperhatikan sehingga proses pembelajaran yang dilakukan harus diupayakan dan mampu menuntun siswa untuk dapat berpikir kreatif,
membentuk sikap positif, memecahkan masalah dan memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan belajarnya sendiri, sehingga akhirnya siswa dapat
memahami koonsep Fiqih secara benar dan utuh serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu juga siswa tidak hanya di diberi
materi dari buku saja melainkan siswa dapat bertukar pendapat dengan siswa lain terhadap masalah yang sedang dibahas. Menurut Penulis, strategi yang
mampu menjadikan siswa menjadi kritis, kreatif dan mampu memahami permasalahan serta terjadi interaksi dan tukar pendapat dalam suatu masalah
pembelajaran yaitu dengan menggunakan salah satu Model kooperatif yaitu dengan teknik think pair square.
D. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif teknik think pair square
pada mata pelajaran Fiqih kelas VIII H di MTs Pembangunan Jakarta.