Sementara itu, perilaku pemenuhan kebutuhan gizi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya-upaya yang dilakukan ibu atau pengasuh
untuk memenuhi kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV yang tinggal di yayasan Tegak Tegar, yang terdiri dari upaya ketersediaan makanan dan upaya
pemberian makanan.
1. Ketersediaan Makanan
Ketersediaan makanan bagi anak terinfeksi HIV sangat penting karena jika kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV yang meningkat tidak
terpenuhi karena kurangnya ketersediaan makanan, asupan makanan rendah, pencernaan dan penyerapan utilisasi yang buruk, maka akan
mengakibatkan gizi buruk. Akibatnya, perkembangan penyakit HIV menjadi AIDS jadi lebih cepat, sering mengalami infeksi oportunistik dan
seperti itu teruslah siklusnya FANTA AED, 2008 Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa ketersediaan
bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar sudah baik. Hal ini terjadi karena yayasan
mempunyai akses yang lebih mudah untuk mendapatkan bantuan sosial dibandingkan dengan odha pada umumnya yang tidak tinggal di Yayasan.
Yayasan mempunyai persediaan susu dan beras yang cukup untuk setiap bulannya yang diberikan oleh beberapa lembaga sosial. Yayasan juga
mempunyai dana rutin dari donatur tetap untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari seperti pembelian bahan makanan rutin setiap seminggu sekali yang terdiri dari sayur, buah serta lauk pauk nabati maupun hewani.
Menurut teori Snehandu B. Kar dalam Notoatmodjo 2007, dukungan sosial dari masyarakat social support juga berpengaruh terhadap
perilaku seseorang. Seperti halnya pada penelitian ini, dukungan sosial dari suatu lembaga untuk memberikan beras dan susu setiap bulannya sangat
membantu yayasan dalam menyediakan kebutuhan gizi bagi anak-anak terinfeksi HIV yang tinggal di sana. Informan utama mengatakan bahwa
sebelum adanya bantuan, sangat berat sekali ketika ia harus menyediakan sendiri sekarung beras setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan makan
anak-anak yang tinggal di Yayasan Tegak Tegar. Teori WHO dalam Notoatmodjo 2007 juga menyatakan bahwa
sumber daya dapat berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Sumber daya di sini mencakup fasilitas, uang, waktu tenaga,
dan sebagainya. Seperti yang terjadi pada anak terinfeksi HIV yang tidak tinggal di Yayasan, biasanya mereka tinggal bersama neneknya, ada yang
neneknya bekerja dengan penghasilan yang seadanya, ada juga yang hanya berharap belas kasian dari saudara lainnya yang juga penghasilannya pas-
pasan. Walaupun mereka juga mendapatkan bantuan dari yayasan sebulan sekali, tetapi terkadang akses untuk mendapatkannya sulit, misalkan akses
dari rumah ke yayasan yang cukup jauh yang membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup untuk mengambil bantuan sosial membuat nenek
terkadang malas untuk mengambilnya.
Kemudian ketersediaan ibu untuk mengolah dan memasak makanan sendiri juga berpengaruh terhadap asupan gizi anak. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Swanson 2011, bahwa ibu yang jarang menyediakan sarapan, memasakmengolah masakan sendiri, dan menyediakan waktu
untuk makan bersama cenderung mempunyai anak-anak yang kualitas makananya kurang baik.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan beberapa kali, ibu atau pengasuh biasanya mengolah dan memasak sendiri makanan untuk
anak-anaknya, dengan dibantu oleh seorang temannya yang tinggal di yayasan tersebut. Saat mengolah dan memasak makanan untuk anaknya
tersebut terkadang ia mengajak serta anak-anaknya karena kebetulan anak- anak tersebut sekolah siang. Hal ini sangat baik karena dapat
memperkenalkan anak dengan makanan yang sehat dan menjadikan anak bersemangat untuk makan karena ia merasa sudah bersusah payah
memasaknya jadi tidak akan melewatkan waktu makan. Selain itu anak juga akan lebih senang makan bersama keluarga ketimbang jajan di luar.
2. Pemberian Makanan