“Kebetulan dulu waktu anak saya dengan gizi buruk memang dikasih penjelasan tentang gizi, dulu susunya menggunakan
susu khusus, dianjurkan banyak makan buah, sayur.Pernah, pernah dapet di Rumah Sakit Carolus. Kalo sekarang ga pernah lagi, paling
baca- baca aja… pokoknya yang jelas makanan seimbang deh”
Pengasuh Sementara itu untuk saat ini biasanya informasi tentang gizi ia
dapatkan melalui internet.
2. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi
a. Ketersediaan Makanan
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama didapatkan informasi bahwa ketersediaan beras untuk saat ini selalu ada dan selalu
tercukupi bahkan terkadang ibu masih bisa membagikannya kepada tetangga yang kurang mampu, karena biasanya yayasan mendapat
bantuan berupa beras sebanyak 50 kg per bulan dari gereja. Begitu pula dengan ketersediaan susu, biasanya ketersediaan susu
di Yayasan Tegak Tegar didapatkan dari donatur tetap. Selain untuk anak terinfeksi HIV yang tinggal di Yayasan, susu juga didistribusikan bagi
anak-anak terinfeksi HIV yang tidak tinggal di Yayasan akan tetapi masih berada dalam kelompok binaan dari Yayasan Tegak Tegar. Biasanya
setiap anak mendapatkan 4 dus susu bubuk 800 gram setiap bulannya. Sementara untuk lauk pauk, biasanya pengasuh membelinya
seminggu sekali di pasar tradisional yang letaknya tidak jauh dari yayasan, dengan menghabiskan anggaran kurang lebih 250 ribu rupiah
setiap kali belanja. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“biasanya kita belanja seminggu, misalnya kaya sayur, lauk, pauk bisa habis sekitar 250 ribu, kadang dapet buah kadang
buahnya lain, itu di luar beras, di luar kebutuhan gas”
Pengasuh Kemudian berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
beberapa kali, ibu atau pengasuh mengolah dan memasak sendiri makanan untuk anak-anaknya, dengan dibantu oleh seorang temannya
yang tinggal di yayasan tersebut. Saat mengolah dan memasak makanan untuk anaknya tersebut terkadang ia mengajak serta anak-anaknya karena
kebetulan anak-anak tersebut sekolah siang.
b. Pemberian Makanan
1 Porsi dan Komposisi makanan
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, biasanya anak- anak yang menentukan porsi makan mereka sendiri, kecuali untuk
anak dengan inisial N, karena ia harus diberikan perhatian yang lebih untuk urusan makan. N sangat sulit sekali untuk makan, agar tepenuhi
kebutuhan gizinya, biasanya ibu menyuapinya sedikit demi sedikit. Berdasarkan hasil observasi porsi makan informan N ternyata sangat
sedikit untuk anak seusianya, biasanya ia makan dengan anak yang masih balita, seporsi makanan untuk berdua, atau 1 porsi tapi hanya 1
piring kecil piring cangkir yang berisi sedikit nasi dan lauk pauknya. Berbeda dengan anak berinsial K dan D, mereka mempunyai
porsi makan yang cukup baik, bahkan terkadang mereka nambah jika
kebetulan lauk pauk yang disediakan merupakan lauk yang mereka
suka.
Kemudian, berdasarkan observasi yang peneliti lakukan komposisi makanan yang anak-anak makan kurang baik, karena
komposisi makanan mereka tidak seimbang. Mereka hanya memakan banyak nasi dan lauk hewani, akan tetapi mereka sama sekali tidak
memakan sayur. Selanjutnya pada pengamatan di waktu yang berbeda, di piring
mereka memang disertakan sayur, akan tetapi sayur tersebut hanya disingkirkan dan tidak dimakan.
Sementara itu berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama yaitu ibu atau pengasuh, ia mengatakan bahwa anak-anak
memang kurang suka sayur, tapi kadang dipaksa dengan cara dijus atau dicontohkan oleh ibu tersebut. Berikut kutipannya tentang
makanan apasaja yang biasanya diberikan untuk anak terinfeksi HIV di
Yayasan Tegak Tegar:
“makan biasa sih, kaya sawi, kangkung, bayam, sop, buncis…. pasti ada sayur walaupun dia ga mau tapi dipaksa,
kita suapin karena kalo terbiasa makan sayur lama-lama jadi suka, kan kebanyakan anak-anak ga suka sayur. Tapi
ya … itu kalo kita pergi semua, ya… sampe sore sayur ya ga ada yang
sentuh. Tapi kalo saya ada pagi ya… dikasih sayur, disuapin… kalo ga disuapin ya disingkir-singkirin, tapi belakangan
akhirnya dimakan. Karena saya ajarin ke mereka kalo makanan dibuang itu ga boleh, kan belinya pake uang,
uangnya dari mana..kita kerja, akhirnya mereka makan dikit-
dikit, mereka meleng ya saya tambahin” Pengasuh
Sementara itu berdasarkan hasil wawancara dengan informan pendukung anak terinfeksi HIV mereka menyatakan bahwa setiap
hari pengasuh menyediakan sayur dan lauk pauk lainnya untuk mereka, seperti kutipan hasil wawancara tentang makanan yang
diberikan oleh pengasuh kepadanya di bawah ini: “Makan soup… soupnya isinya… wortel, trus… habis
wortel… apalagi ya, kol, terus..buncis” Informan K. “Nasi, sayur, udah” Informan N
“Sayur, nasi, jajanan, lauknya kadang-kadang ayam, terus tempe tahu, udah” Informan D
Sementara itu untuk buah, informan utama atau pengasuh menyatakan bahwa paling tidak 2 hari sekali pasti ia menyediakan
buah. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan informan utama tentang penyediaan buah di Yayasan Tegak Tegar
“jarang sih ya.. buahnya paling ada tomat sama wortel, yang sering papaya, kemaren kita baru makan papaya,
harusnya sekarang ada…. Tapi udah habis, 2 hari sekali pasti ada buah, kadang di 2 hari kalo kita ngerasa ga beli jus,
buat… gitu, seharusnya sih harus selalu tersedia, tapi ya kadang-
kadang ga ngontrol… gitu, tantenya juga kalo ga disuruh ngejus, ga dijus….kdang sampe busuk ga dimakan,
kalo ga dijus ga dimakan, tapi kalo dijus juga kalo ga disaring mereka ga mau, tapi kita paksa harus dirayu, harus disaring
juga jusnya, jadi harus ada waktu untuk perhatiin mereka
makan, kalo didiemin aja ya… anak-anak semaunya dia… makan kalo udah l
aper, dulu waktu ada mbaknya rajin …. selalu dibuatin jus…. Tantenya juga sama mamanya sekarang
kadang suka males-males, ntar- ntar aja deh… eh akhirnya
lupa..”Pengasuh
Sementara itu
berdasarkan hasil
wawancara tentang
ketersediaan buah, anak-anak menjawab seperti di bawah ini: “Ada…, buah jeruk sama buah semangka, kemarin aku
makan semangka ”informan D
“Iya, kemarin
makan semangka,
terus papaya
”informan D “Setiap hari kadang beli kadang ga, mama kemarin
beli semangka sama jeruk ” informan N
2 Frekuensi dan waktu pemberian makan
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa biasanya anak 3 kali memakan makanan utama dan 2 kali makan makanan selingan
dalam sehari. Untuk makanan selingan yang diberikan biasanya anak- anak jajan sore, atau kadang dibuatkan jus setiap jam 10 pagi dan
dibuatkan snack sendiri seperti kroket kentang jam 4 sore. Berikut
kutipan hasil wawancaranya
“Makanan utama 3 kali ya, pagi, siang, dan sore menjelang malam, diiringi dengan snack setiap jam 10 sama
jam 4 biasanya kalo jam 10 jam 4 untuk balita dikasih bubur sama susu, tapi ya itu kalo makanan utama 3 kali itu”
Pengasuh
“Biasanya kalo snack… Jajan paling juga, suka ada tukang syomay, mpek-mpek atau bakso kadang sore mereka
minta… kadang kita buatin juga mie, singkong atau kentang yang dibuat kroket, yang sering sih buah menjelang makan
siang tuh mereka laper..paling dibuatin jus atau dimakanin
buah papaya” Pengasuh
3 Pantangan makanan
Pantangan makanan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kebersihan dan kualitas makanan serta
pengaruhnya terhadap nafsu makan dan zat gizi lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama
pengasuh diketahui bahwa tidak ada pantangan makanan secara mutlak bagi anak-anak, seperti mie instan dan ciki yang tidak
diperbolehkan, akan tetapi terkadang tetap dikonsumsi bersama. Pantangan makanan secara spesifik juga dilakukan karena makanan
tersebut menimbulkan penyakit bagi salah satu anak sehingga hanya pada anak tersebutlah makanan itu tidak boleh dikonsumsi. Berikut
kutipan hasil wawancaranya:
“buat anak-anak sih ga boleh makan ciki, mie instan boleh tapi ga sering-sering juga kita kasih, ya.. paling seminggu
sekali, ciki ga boleh sama sekali, paling untuk seru-seruan makan bareng-bareng tapi jarang, kita juga ga jualan ciki di
warung. Si K….. dan si D… biasanya ga boleh makan es, klo makan es pasti ketahuan, pasti habis makan es udah pasti sakit,
biasanya K….. suka sesek nafas karena kan dia punya asma gitu, jadi kalo makan es udah pasti sakit, walaupun ga ngaku tapi
akhirnya teman-temannya yang bilang, baru deh dia ngaku. Klo ciki ga tau deh, klo dirumah sih ga boleh, soalnya pengalaman
anakku suka makan ciki, minat makannya jadi ga ada juga, itu jadi gampang sakit juga. Pengasuh
c. Permasalahan Pemenuhan Kebutuhan Gizi