serta pantangan makanan yang diberikan ibu kepada anak-anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar.
a. Porsi dan Komposisi makanan
Makanan yang direkomendasikan untuk anak-anak dengan HIV AIDS sama seperti anak pada umumnya, tetapi mereka memiliki
kebutuhan nutrisi tambahan yang harus diperhitungkan WHO, 2009. Pada umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda
dengan anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga membutuhkan energi lebih banyak, sedangkan
anak perempuan biasanya sudah mulai menstruasi, sehingga memerlukan protein dan zat besi yang lebih banyak. Golongan anak ini disebut juga
golongan anak sekolah, yang biasanya mempunyai banyak perhatian dan aktivitas di luar rumah, sehingga sering melupakan waktu makan RSCM
dan Persagi, 1994. Menurut Damayanti dan Muhilal 2006, untuk sehari mereka
anak laki-laki usia 10-12 tahun seharusnya mengkonsumsi 5 porsi nasi atau setara dengan 500 gram nasi, 3 porsi sayuran atau setara dengan 300
gram sayuran, 4 porsi buah atau setara dengan 400 gram buah, 3 porsi tempe atau setara dengan 150 gram tempe, 2 ½ porsi daging atau setara
dengan 125 gram daging, 1 porsi susu atau setara dengan 200 ml susu, 1 porsi minyak atau setara dengan 25 gram minyak, dan 2 porsi gula atau
setara dengan 20 gram gula.
Sementara itu untuk porsi makan anak perempuan seusia tersebut dibutuhkan porsi nasi dan daging yang lebih sedikit yaitu 4 porsi nasi
atau setara dengan 400 gram nasi dan 2 porsi daging atau setara dengan 100 gram daging, sedangkan untuk jenis makanan yang lainnya
dibutuhkan porsi yang sama dengan anak laki-laki RSCM Persagi, 1994.
Menurut WHO 2009, untuk dapat meningkatkan asupan energi pada anak terinfeksi HIV yang berusia 7-14 tahun dapat diberikan, 1 tiga
sendok teh margarinminyak ke dalam buburmakanan dan dua sendok teh gula ke dalam buburmakanan, 2 dua cangkir tambahan susu full
cream yang difortifikasi, 3 dua cangkir tambahan yoghurt, 4 tiga helai kejuselai kacang sandwich telur [6 iris].
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, anak-anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar biasanya menentukan porsi makannya
sendiri, hanya sesekali saja anak disuapi. Anak dengan insial D laki-laki, 11 tahun dan K perempuan, 9 tahun 10 bulan rata-rata memilki porsi
nasi yang hampir mendekati dengan porsi yang dianjurkan tersebut yaitu 475 gram nasi dikonsumsi oleh D dan 325 gram nasi oleh K.
Akan tetapi tidak begitu halnya pada anak dengan inisial N laki- laki, 12 tahun 10 bulan, berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti
lakukan, informan N mempunyai kebiasaan makan dengan porsi yang sangat sedikit untuk anak diusianya yaitu hanya 225 gram nasi dalam
sehari, biasanya ia makan dengan anak yang masih balita, 1 porsi untuk
berdua, atau 1 porsi hanya 1 piring kecil piring cangkir yang berisi nasi dan lauk pauknya. Padahal porsi nasi dalam sehari yang dianjurkan untuk
anak laki-laki usia 10-12 tahun adalah 5 porsi atau setara dengan 500 gram nasi.
Porsi makanan yang sedikit tersebut pada informan N terpaksa diberikan oleh ibu karena ia malas sekali untuk makan. Ia malas makan
jika stres dengan ujian atau tugas sekolah, terkadang juga karena ada jamur di mulut yang biasa terjadi pada odha.
Bagi anak terinfeksi HIV yang sulit makan, WHO 2009 juga menganjurkan untuk memberikan makanan dalam porsi kecil namun
sering, misalkan dengan memberikan makan apa saja setiap 2-3 jam sekali, memberikannya makan setiap kali ia merasa lapar atau ingin
makan dan tidak perlu menunggu waktu makan. Selanjutnya berdasarkan observasi yang peneliti lakukan
komposisi makanan yang anak-anak makan kurang seimbang, karena mereka hanya memakan banyak nasi dan lauk hewani, akan tetapi mereka
sedikit sekali mengkonsumsi sayur. Walaupun pada pengamatan di waktu yang berbeda, di piring mereka terdapat sayur, akan tetapi sayur tersebut
hanya disingkirkan dan tidak dimakan. Kemudian ketika dikonfirmasi kepada pengasuh, ia mengatakan bahwa anak-anak memang kurang suka
sayur, tapi kadang dipaksa dengan cara dijus atau dicontohkan oleh ibu tersebut.
Sementara itu untuk buah, informan utama atau pengasuh menyatakan bahwa paling tidak 2 hari sekali pasti ia menyediakan buah.
Misalkan buah papaya, jeruk, pisang, wortel, dan buah lainnya yang harganya terjangkau. Begitu juga yang diungkapkan oleh anak-anak.
Akan tetapi berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terkadang anak tidak mau memakan buah tersebut karena buah yang mereka
inginkan biasanya adalah buah yang mahal sehingga pengasuh tidak mampu memberinya.
Selanjutnya untuk konsumsi susu pada anak terinfeksi HIV di Yayasan Tegak Tegar sesuai dengan yang dianjurkan oleh RSCM dan
Persagi 1994, karena anak biasanya selalu minum susu minimal segelas 200 ml dalam sehari.
Akan tetapi jika mengacu pada standar WHO 2009, konsumsi susu anak masih kurang, karena asupan susu yang dianjurkan untuk anak
terinfeksi HIV pada usia 10-14 tahun adalah 2-3 gelas sehari, dan setiap gelasya terdiri dari 240 ml.
Asupan susu yang kurang di Yayasan Tegak Tegar bukan karena ketidaktersediaan susu, sebenarnya saat studi pendahuluan biasanya anak
diberikan 2 gelas susu setiap harinya, yaitu saat pagi dan malam hari, tapi karena terkadang ibu atau pengasuh lupa atau malas memerintahkan anak
untuk membuat susu di waktu malam jadi sekarang hanya segelas susu yang dikonsumsi anak setiap harinya.
b. Frekuensi dan waktu pemberian makan