yang ia sukai saja, dan biasanya makannya pun harus disuapi berbarengan dengan anak yang diasuh lainnya yang masih balita. Pengasuh
mengatakan bahwa anaknya maunya makannya yang enak-enak saja seperti ayam goreng, akan tetapi ia tidak bisa menyanggupi karena ia
harus adil dengan anak yang lainnya.
3. Asupan Gizi Anak Terinfeksi HIV
a. Asupan Energi
Untuk menghitung kebutuhan energi anak terinfeksi HIV, peneliti menggunakan penentuan kebutuhan energi dengan menghitung Angka
Metabolisme Basal AMB berdasarkan rumus Harris Benedict sebagai berikut:
1 Laki-laki
= 66 + 13,7 x BB + 5 x TB- 6,8 x U 2
Perempuan = 65,5 + 9,6 x BB + 1,8 x TB – 4,7 x U Sehingga Kebutuhan energi bagi anak terinfeksi HIV yang tinggal
di Yayasan Tegak Tegar Tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1
Informan K: 65,5 + 9,6 x 26,4 + 1,8 x 125,2
– 4,7 x 10 = 497 kkal 2
Informan D: 66 + 13,7 x 29,9 + 5 x 140,2
– 6,8 x 11 = 1102 kkal 3
Informan N: 66 + 13,7 x 26,25 + 5 x 132,2
– 6,8 x 13 = 998 kkal
Berdasarkan pedoman Almatsier 2005, kebutuhan gizi dalam keadaan sakit, selain tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam keadaan sehat juga dipengaruhi oleh jenis dan berat ringannya penyakit. Oleh karena itu bagi anak terinfeksi HIV yang tinggal di
Yayasan Tegak Tegar yang tidak terikat di tempat tidur dan tidak ada stres serta dalam keadaan gizi baik maka Angka Metabolisme Basal
AMB selanjutnya dikalikan dengan 1,3 faktor aktivitas dan 1,3 faktor traumastress. Sehingga kebutuhan energinya menjadi:
1 Informan K : 497 x 1,3 x 1,3 = 840 kkal
2 Informan D : 1102 x 1,3 x 1,3 = 1862 kkal
3 Informan N : 998 x 1,3 x 1,3 = 1687 kkal
Lain halnya jika menggunakan acuan dari WHO 2003 yang menyatakan bahwa kebutuhan energi bagi anak terinfeksi HIV pada
periode tanpa gejala mengalami kenaikan sebesar 10 untuk menunjang pertumbuhan. Jika mengacu pada WHO tersebut maka kebutuhan energi
bagi informan K adalah sebesar 546 kkal, informan D sebesar 1212 kkal, dan informan N sebesar 1098 kkal.
Sementara itu berdasarkan hasil food recall 24 jam selama 3 hari diketahui bahwa asupan energi informan K pada hari pertama sebesar
909,5 kkal, hari ke-2 835,2 kkal dan hari ke-3 1134,3 kkal. Jika kebutuhan energi mengacu pada WHO 2003 yaitu sebesar 546 kkal
maupun Almatsier 2005 yaitu 840 kkal, dapat dikatakan bahwa kebutuhan energi informan K sudah terpenuhi.
Lain halnya dengan informan D, asupan energi yang ia dapatkan sebesar 840,5 kkal pada hari pertama penelitian, 1184,9 kkal pada hari ke-
2, dan 1254,9 kkal pada hari ke-3. Jika dibandingkan dengan kebutuhan energinya berdasarkan WHO 2003 yaitu sebesar 1212 kkal maka dapat
dikatakan bahwa kebutuhan energi informan D belum terpenuhi saat penilaian konsumsi makanan hari pertama, di hari pertama tersebut porsi
makan informan D memang lebih sedikit dibanding hari-hari lainya yaitu hanya dengan 1 centong nasi putih dan 1 potong tempe yang kecil dan
tipis. Sementara itu jika kebutuhan energi mengacu pada Almatsier
2005 yaitu sebesar 1862 kkal dapat dikatakan bahwa kebutuhan energinya belum mencukupi. Walaupun asupan makanan informan D
lebih banyak dari informan-informan lainnya, akan tetapi kebutuhan energinya belum tercukupi. Hal ini dikarenakan kebutuhannya yang lebih
tinggi juga dibanding informan-informan lainya. Sementara itu asupan energi yang didapat pada informan N
diketahui sebesar 452,9 kkal pada hari pertama penelitian, 326,3 kkal di hari ke-2 dan 584,5 kkal di hari ke-3. Jika mengacu pada angka
kebutuhan energinya baik berdasarkan Almatsier 2005 yaitu sebesar 1687 kkal maupun WHO 2003 yaitu sebesar 1098 kkal, maka dapat
dikatakan bahwa kebutuhan energi informan N sangat jauh dari kata tercukupi.
b. Pemenuhan Kebutuhan Protein