adalah mieloperoksidase yang juga terganggu fungsinya pada defisiensi besi. Di samping itu dua protein pengikat besi transferin dan laktoferin
mencegah terjadinya infeksi dengan cara memisahkan besi dari mikroorganisme yang membutuhkannya untuk perkembangbiakan
Almatsier, 2004. Sumber zat besi yang baik adalah sayuran berdaun hijau, biji-
bijian, produk gandum, kacang-kacangan, daging merah, ayam, hati, ikan, seafood dan telur Nadhiroh, 2006.
Menurut Almatsier 2004, di samping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi di dalam makanan, yang dinamakan juga
dengan ketersediaan biologik bioavailability. Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi,
besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi di dalam sebagian besar sayur-sayuran, terutama
yang mengandung asam oksalat tinggi, seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah.
E. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Gizi Anak Terinfeksi HIV
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemenuhan adalah “proses,
cara, perbuatan memenuhi”, sedangkan Kebutuhan Gizi menurut Almatsier 2005 adalah banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan seseorang individu
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi adekuat. Jadi, Pemenuhan Kebutuhan Gizi adalah proses cara perbuatan dalam memenuhi banyaknya zat-
zat gizi yang dibutuhkan seseorang individu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang adekuat.
Maslow dalam Notoatmodjo 2007 menekankan bahwa ketika kebutuhan itu muncul pada seseorang, maka berarti hal tersebut merupakan
pendorong dan pengarah untuk terwujudnya perilaku. Sementara itu menurut Soenardi 2004, perilaku pemenuhan kebutuhan
gizi adalah suatu kegiatan atau aktifitas seseorang yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan makan untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh baik
yang dapat diamati langsung maupun tidak langsung. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak yang terinfeksi HIV sangat
penting. Menurut FANTA dan AED 2008 jika kebutuhan gizi anak terinfeksi HIV yang meningkat tidak terpenuhi karena kurangnya ketersediaan makanan,
asupan makanan rendah, pencernaan dan penyerapan utilisasi yang buruk, maka akan mengakibatkan gizi buruk. Akibatnya, perkembangan dari HIV ke
AIDS jadi lebih cepat, sering mengalami infeksi oportunistik dan seperti itu teruslah siklusnya.
Bagan 2.1 Siklus HIV dan Gizi Buruk
Sumber: Diadaptasi dari RCQHC dan FANTA 2003 dalam FANTA 2008
Orang yang hidup dengan HIVAIDS seringkali tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup karena beberapa sebab, antara lain:
1. Penyakit HIVAIDS dan obat-obatan yang dikonsumsi membuat seseorang
mengurangi nafsu makan, karena keduanya mengubah rasa makanan dan mengganggu penyerapan bahan makanan.
2. Adanya lesi pada mulut, rasa mual, dan muntah yang membuatnya sulit
makan.
Status Gizi Rendah
Kehilangan berat badan, otot, kurus, kekurangan zat
gizi makro dan mikro
Terganggunya Sistem Imun Kurang mampu
melawan HIV dan penyakit infeksi lain
Meningkatnya kerentanan terhadap penyakit infeksi
Meningkatnya frekuensi dan durasi infeksi oportunistik dan
kemungkinan progresifitas menjadi AIDS semakin cepat
Meningkatnya Kebutuhan Gizi Malabsorpsi,
Kurangnya asupan makanan, infeksi dan
replikasi virus
HIV
3. Kelelahan, isolasi, dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya,
keinginan untuk berusaha mempersiapkan makanan, serta keinginan untuk makan secara teratur.
4. Tidak cukup uang untuk membeli makanan karena kehilangan sumber
penghasilan akibat kelemahan tubuh atau pemutusan hubungan kerja FAO- WHO, 2002.
F. Perilaku