dalam kelompok berpartisipasi dan mendapatkan tugas masing-masing. Masing- masing kelompok saling berbagi hasil diskusi dan informasi tugas.
Sedangkan seperti yang dikutip dijurnal karangan Mimi Handayani, dkk ada beberapa langkah-langkah dalam metode TSTS, yaitu sebagai berikut:
1 Siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari empat orang.
2 Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok
yang lain. 3
Dua orang siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4 Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.
5 Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
17
Jadi dari penjelasan di atas bahwa langkah-langkah metode pembelajaran Two Stay Two Stray adalah siswa berkelompok kemudian setiap kelompok diberi
permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok, dua dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain untuk
mendapatkan informasi dan dua anggota dari kelompok tetap tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu yang datang. Setelah semua informasi
didapatkan. Mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk berdiskusi mengenai informasi yang diperoleh.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray
Beberapa kelebihan dari metode pembelajaran Two Stay Two Stray antara lain:
1 Penerapannya bisa untuk semua kelastingkatan
2 Proses belajar siswa menjadi lebih bermakna
3 Berorientasi pada keaktifan siswa
17
Mimi Handayani, Mukhni, Mirna
, “
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay Two Stray Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa
,” Jurnal Pendidikan Matematika Part 1, Vol. 3 No. 1, 2014, h. 57.
4 Memunculkan
karakter berani pada siswa dalam mengungkapkan pendapatnya
5 Memupuk kekompakan dan rasa percaya diri siswa
6 Peningkatan kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan
7 Meningkatkan minat dan prestasi belajar
.
18
Melalui penerapan metode pembelajaran ini memberikan banyak hal positif kepada siswa. Hal positif yang dimaksud berupa sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dapat meningkat. Kemudian juga membangun hubungan dan interaksi yang baik antar siswa.
Selain itu artikel karangan Purmiati dkk, menyebutkan kelebihan dari
model Two Stay Two Stray adalah siswa cenderung menjadi aktif karena dapat berperan dalam pembelajaran, pemahaman siswa akan senantiasa bertambah
karena adanya pertukaran informasi dalam satu kelompok ke kelompok lain, dan pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan.
19
Proses pembelajarannya membuat siswa tidak dibeda-bedakan dalam kelompok saat pembelajaran, menyelesaikan tugas, latihan yang diberikan oleh
guru dengan berkelompok. Sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan memberikan efek positif pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Jadi proses
pembelajarnnya akan menjadi lebih bermakna. Sedangkan kekurangan lain dari metode pembelajaran Two Stay Two Stray
yaitu sebagai berikut: 1
Waktu yang dibutuhkan lama 2
Siswa lebih cenderung tidak mau belajar dalam kelompok 3
Membutuhkan banyak persiapan bagi guru 4
Dalam pengelolaan kelas, guru mengalami kendala-kendala.
20
18
Surianto, Muhammad Akhyar, Joko Nurkamto, “Penerapan Model Pembelajaran dengan Metode Two Stay Two Stray TS-TS Pada Mata Diklat Teknik Mesin di SMK Muhammadiyah
Sumowono
,”
Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.2 No.2, 2014, h. 206.
19
Purmiati, R. Wakhid Akhdinirwanto, H. Ashari , “Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two
Stay Two Stray untuk Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Siswa di SMP Negeri 7 Purworejo,”
Jurnal Radiasi, Vol. 1 No. 1, 2011, h. 5. tersedia online di http:www.ejournal. umpwr. ac. idindex.phpradiasiarticledownload230259 artikel ini diakses pada 14 Februari 2013
20
Surianto, Muhammad Akhyar, Joko Nurkamto, loc. cit.
Jadi selain mempunyai keunggulan, metode pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan dalam proses pembelajarannya. Metode pembelajaran ini
membutuhkan persiapan
yang matang
karena proses
pembelajaranya membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal.
3. Metode Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw dikembangkan oleh Aronson, Jigsaw merupakan salah satu model kooperatif yang terdiri dari beberapa orang di dalam kelompok yang memiliki
masing-masing tugas mempelajari materi tertentu dan saling mengajarkan materi tersebut.
21
Pengertian ini menekankan bahwa metode ini menuntut siswa untuk memiliki keterampilan belajar dan sikap sosial. Kegiatan pembelajarannya
membuat siswa sangat berperan untuk mengerjakan tugas sehingga cocok digunakan untuk semua kelas. Siswa memiliki tanggung jawab yang besar dalam
melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran dengan metode jigsaw menurut Arends yang dikutip dari Luh
Sri Sudharmini dkk adalah siswa belajar dalam kelompok yang anggotanya berkemampuan heterogen dan masing-masing siswa bertanggungjawab atas satu
bagian dari materi.
22
Siswa di dalam kelompok belajar dengan latar belakang yang berbeda baik kemampuan belajar yang rendah, sedang dan tinggi. Dalam metode ini, setiap
siswa dalam suatu kelompok diberikan hanya pada suatu bagian materi. Selanjutnya, masing-masing siswa akan menjelaskan kepada kelompoknya materi
yang diperoleh sehingga dalam metode ini setiap siswa akan berusaha memahami bagian materi yang didapatkan.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga merupakan strategi pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Pada metode pembelajaran berkelompok ini siswa
bertanggung jawab untuk mempelajari dan mengajarkan topik tersebut kepada
21
Faad Maonde, dkk, “The Discrepancy of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning Model, and the ability in mastering Languages and Science
,” International Journal of Education and Research, Vol. 3 No. 1 January 2015, h. 145.
22
Luh Sri Sudharmini, I Wayan Lasmawan, I Nyoman Natajaya, loc. cit.
anggota kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling membantu.
23
Metode pembelajaran ini juga memiliki variasi metode berkelompok lain, dimana terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Pada proses
pembelajarannya siswa saling membantu di dalam kelompok untuk menguasai dan memahami suatu materi pelajaran. Metode ini membuat siswa bertanggung
jawab terhadap dirinya dan juga orang lain dan dapat meningkatkan kerja sama kelompok.
Menurut Sengul dan Katranci, dalam model pembelajaran Jigsaw semua siswa dalam kelompok Jigsaw mempelajari subjek tertentu bersama-sama dan
setelah itu, siswa kembali ke kelompok asal dan membagi pengetahuannya.
24
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah metode berkelompok yang membuat semua siswa terlibat secara
aktif dan beranggung jawab, dimana masing-masing anggota kelompok siswa bertukar pengetahuan atau mensharing materi tertentu kepada anggota kelompok
siswa lain di dalam kelompok ahli dan hasil dari sharing tersebut akan di sampaikan kepada kelompok asal.
b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:
1 Guru mengenalkan topik atau materi yang akan dipelajari
2 Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, kelompok ini
disebut kelompok asal 3
Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada setiap kelompok. Setiap orang dalam kelompok menerima materi yang
berbeda.
23
M. A. Hertiavi, H. Langlang, dan S. Khanafiyah, op. cit., h. 54
24
Kiki Riska Ayu Kurniawati, Budiyono, dan Dewi Retno Sari Saputro, “Eksperimentasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Numbered Heads Together Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP
Negeri di Kota Madiun,” Jurnal JMEE, Volume IV Nomor 2, 2014, h. 36.
4 Membentuk expert teams kelompok ahli. Kelompok ahli ini terdiri dari
kelompok asal yang anggotanya mempelajari materi yang sama. 5
Setelah terbentuk kelompok ahli, guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi
6 Setelah diskusi kelompok selesai, mereka kembali ke kelompok asal.
Kemudian mereka saling mengajarkan dan menyampaikan hasil diskusi kelompok ahli.
7 Guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik
atau materi yang telah dielajari.
25
Pada proses pembelajaran Jigsaw peserta didik dituntut aktif dalam proses belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Metode ini menarik
untuk digunakan karena setiap siswa harus memahami suatu materi dan siswa dapat berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya. Dengan ini siswa akan aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan menambah prestasi belajarnya. Selain itu siswa bisa mengembangkan kemampuannya dengan cara diskusi-diskusi dan latihan
soal. Dalam artikel karangan Ary Widi Kristiani, terdapat beberapa tahapan yang
dilakukan dalam menggunakan metode Jigsaw adalah sebagai berikut: 1
Siswa dikelompokkan ke dalam 6 anggota tim. 2
Setiap siswa dalam tim diberikan bagian materi yang berbeda. 3
Setiap anggota dalam tim diberikan bagian materi yang ditugaskan 4
Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagiansub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru kelompok ahli untuk
mendiskusikan sub bab mereka. 5
Setelah selesai diskusi, setiap anggota dalam tim ahli kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan
dengan sungguh-sungguh. 6
Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7
Guru memberikan evaluasi.
25
Agus Suprijono, op.cit., h. 89 – 91.
8 Penutup.
26
Jadi dari langkah-langkah diatas dapat diketahui tahapan metode pembelajaran Jigsaw yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tahapan Kegiatan Metode Pembelajaran Jigsaw