Peralihan Kewenangan Teori Kewenangan
pimpinan Gajah Mada di Majapahit.
2
Bhayangkara dibentuk untuk menjadi pasukan pengaman yang bertugas melindungi raja dan kerajaan.
Maka dari itu hingga kini sosok Gajah Mada merupakan symbol Kepolisian RI dan sebagai penghormatan Polri membangun patung Gajah
Mada di depan Kantor Mabes Polri dan nama Bhayangkara dijadikan sebagai nama pasukan Kepolisian.
Kepolisian pada Zaman Hindia Belanda, secara administrasi Lembaga Kepolisian diurus oleh Binnenlandsch Bestuur. Rechts Politie
berada dibawah Procureur Politie, tetapi operasional kepolisian sepenuhnya berada ditangan Resident. Pada zaman itu, peran polisi
semata-mata adalah sebagai alat kolonial.
3
Pada masa pendudukan Jepang,
Jepang membagi Indonesia kedalam tiga pemerintahan militer yaitu :
a. Jawa dan Madura dibawah kekuasaan Tentara Keenam Belas yang
berpusat di Jakarta. b.
Sumatera di bawah kekuasaan tentara Kedua Puluh Lima yang berpusat di Bukittinggi.
c. Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya
dibawah kekuasaan Armada Selatan Kedua yang berpusat di Makassar.
4
2
Awalloedin Djamin, dkk, Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia dari Zaman Kuno sampai Sekarang Jakarta : Yayasan Brata Bhakti, 2013, h. 2.
3
Reformasi Menuju POLRI. yang Profesional, h. 12.
4
Awalloedin Djamin, dkk, Sejarah Perkembangan Kepolisian …, h. 79.
Kepolisian pada Zaman Revolusi Fisik dimulai setelah Jepang menyerah dan Indonesia Merdeka, Kepolisian Negara segera dibentuk dan
diberlakukan perundang-undangan Hindia Belanda. Berdasarkan ketetapan pemerintah Nomor 11SD1946 tanggal 1 Juli 1946 dibentuk Jawatan
Kepolisian Negara yang bertanggungjawab langsung kepada Perdana Menteri, yang kemudian diperingati
sebagai “Hari Bhayangkara”. Pada saat itu Polri disamping melaksanakan tugasnya sebagai Penegak Hukum
juga ikut bertempur di seluruh Wilayah RI dan menyatakan diri sebagai “Combattan”, kedudukan Polri berubah dibawah PresidenWakilPresiden
melalui ketetapan Pemerintah Nomor 11948 tanggal 4 February 1948.
5
Selanjutnya masuk pada Zaman Demokrasi Parlementer dimana Kepolisian
bertanggung jawab
kepada Perdana
Menteri, Polri
melaksanakan tugas sebagai alat Negara Penegak Hukum, Pelindung, dan Pengayom Masyarakat dan ikut serta secara aktif dalam penumpasan
pemberontakan dan operasi-operasi militer.
6
Kepolisian pada Zaman Demokrasi Terpimpin sampai dengan Zaman Orde Baru, berdasarkan
Keppres Nomor 153 Tahun 1959 tanggal 10 Juli 1959 Kepala Kepolisian Negara diberi kedudukan sebagai Menteri Negara ex-officio dan
selanjutnya menjadi Menteri Muda Kepolisian sejajar dengan Menteri Muda Pertahanan, Menteri Muda Kehakiman dan Menteri Muda Veteran.
Melalui Tap MPR Nomor II Tahun 1960, Kepolisian dinyatakan masuk
5
Reformasi Menuju POLRI. yang Profesional, h. 12.
6
Reformasi MenujuPOLRI. yang Profesional, h. 13.
dalam jajaran ABRI dan melalui Keppres Nomor 21 Tahun 60 sebutan Menteri Muda Kepolisian diganti dengan Menteri. Kedudukan Polri
sebagai salah satu unsur ABRI lebih ditegaskan dalam UU Nomor 13 Tahun 1961 yang kemudian dikuatkan dengan UU Nomor 20 Tahun 1982
dan UU Nomor 28 Tahun 1997.
7
Periode Reformasi adalah masa ketika Polri dipisahkan secara struktural dengan angkatan bersenjata. Melalui semangat Reformasi, ABRI
mengalami reposisi yang fundamental. Polri mendefinisikan kembali fungsi vitalnya sebagai bhayangkara Negara dan abdi masyarakat, dan
mulai memperoleh kembali bentuk-bentuk apresiasi simpatik dari masyarakat sipil.
8
Pada reformasi ini Polri mendapatkan legitimasi hukum yang lebih besar. Tangan yuridisnya menjadi lebih luas. Muara dari semua
itu adalah terwujudnya Grand Strategy Polri 2005-2025 yang mencakup tiga tahap dalam kebutuhan publik terhadap pelayanan Polri, yaitu
membangun Kepercayaan, Kemitraan, dan Kesempurnaan.
9