Tugas dan Wewenang Kepolisian Republik Indonesia

Pada masa Konstitusi RIS tahun 1949 dan UUD Sementara tahun 1950 Presiden hanyalah sebagai kepala negara yang tidak bisa dimintai pertanggung jawabannya dalam pemerintahan karena roda pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Namun setelah adanya dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang berarti kembali berlakunya UUD 1945. Pada masa berlakunya konstitusi ini kekuasaan Presiden kembali menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. 14 Sebagai kepala pemerintahan Presiden memimpin dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dalam bidang eksekutif. Sedangkan dalam posisi sebagai kepala negara seorang Presiden melaksanakan segala kewenangan yang terkait dengan urusan dalam maupun luar negeri sebagaimana telah ditentukan dalam UUD 1945. Berbicara mengenai kekuasaan tidak lepas dari bahasan mengenai kewenangan. Karena diantaranya memiliki keterkaitan satu sama lain. Kekuasaan dan kewenangan sendiri memiliki pengertian yang berbeda namun sulit untuk dipisahkan. Kewenangan pada hakekatnya merupakan kekuasaan. Akan tetapi kekuasaan tidak selalu berupa kewenangan. Diantara keduanya, dibedakan dalam keabsahannya. 15 Terkait dengan kewenangan Presiden dalam pengangkatan Kapolri, dimulai sejak era pemerintahan Presiden Soekarno yang mengangkat seorang Kapolri yang dulu disebut Kepala Djawatan Kepolisian Nasional melalui Maklumat Pemerintah tanggal 29 September 1945. Namun kala 14 Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia …, h.75-76 15 Haryanto, Kekuasaan Elit Suatu Bahasan Pengantar, PLOD: Yogyakarta, 2005, h.13 itu, setelah Indonesia merdeka, pengaturan tentang tata cara pengangkatan dan pemberhentian seorang Kepala Djawatan Kepolisian Nasional belumlah dirumuskan. Pada tahun 1950, saat Konsitusi RIS 1949 berlaku sebagai konstitusi sementara di Indonesia, melalui Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Serikat Nomor 25 Tahun 1950 Tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-Pegawai Republik Indonesia Serikat. Dalam undang-undang ini, diatur tentang perihal pengangkatan dan pemberhentian Kepala Djawatan Kepolisian Nasional yaitu pada Pasal 2 Ayat 1 sub a yang berbunyi “Kecuali jika telah atau akan ditentukan dengan Undang-undang dan dengan tidak mengurangi kecualian-kecualian yang ditentukan dalam Undang-undang Darurat ini, maka pegawai- pegawai sipil Republik Indonesia Serikat, dengan mengindahkan peraturan-peraturan yang berlaku tentang hal itu, dipekerjakan untuk sementara, diangkat dalam jabatan tetap Republik Indonesia Serikat, diangkat untuk sementara atau tetap dalam jabatan-jabatannya, diperhentikan dari pekerjaannya sementara, diperhentikan dari jabatannya dan diperhentikan dari jabatan negeri oleh Presiden yang mengenai pegawai-pegawai yang menjabat pangkat-pangkat: Presiden-Direktur Bank Sirkulasi, Jaksa Agung, Direktur Kabinet Presiden R.I.S., Sekretaris Jenderal, Thesaurier-Jenderal, Direktur-Jenderal, Kepala Jawatan Kepolisian Negara, Kepala Jawatan Urusan Umum Pegawai dan pangkatpangkat lain yang gaji tertingginya sedikit-dikitnya sama dengan gaji tertinggi pangkat- pangkat yang tersebut di atas”. 16 Penjelasan mengenai Pasal 2 Ayat 1 sub a dijabarkan bahwa “Dalam pasal ini kekuasaan mengangkat dan memberhentikan pegawai pertama-tama diletakkan dalam tangan Presiden semata-mata mengenai pangkat-pangkat yang tersebut dalam ayat 1 sub a pasal ini. Melalui penjelasan yang telah ditentukan oleh undang-undang darurat ini, maka pengangkatan dan pemberhentian Kepala Djawatan Kepolisian Nasional saat itu mutlak menjadi hak prerogatif Presiden. Dalam perjalanan waktu, pada tanggal 13 Juli 1959 dengan Keppres No. 1541959 Kepala Djawatan Polisi Nasional juga merangkap jabatan sebagai Menteri Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus 1959 dengan Surat Edaran Menteri Pertama 126 Yuridika: Volume 30 No 1, Januari – April 2015 No. 1MPRI1959, ditetapkan sebutan Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang memimpin Departemen Kepolisian sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian Negara. 17 Dua tahun kemudian, pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1961 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepolisian Negara selanjutnya UU 131961 sebagai perwujudan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor IMPRS1960 dan 16 Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Serikat tentang Hak Pengangkatan dan Pemberhentian Pegawai-Pegawai Reublik Indonesia Serikat. 17 http:id.wikipedia.orgwikiKepolisian_Negara_Republik_Indonesia, diakses tanggal 26 September 2015, pukul 15.30 WIB.

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI SURAT KABAR TENTANG PEMBERITAAN PROSES PRAPERADILAN PENCALONAN KOMISARIS JENDERAL (KOMJEN) BUDI GUNAWAN SEBAGAI KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (KAPOLRI)

0 5 23

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

0 4 93

KEWENANGAN YANG DIMILIKI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PELAKSANAAN TEMBAK DI TEMPAT

3 26 65

KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

1 3 14

SKRIPSI KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

0 3 14

PENDAHULUAN KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

0 3 14

PENUTUP KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

0 5 7

SENGKETA KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS KORUPSI.

0 3 51

PEMBERITAAN KEBIJAKAN PRESIDEN DALAM MENETAPKAN BUDI GUNAWAN SEBAGAI CALON KAPOLRI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Pemberitaan Kebijakan Presiden Dalam Menetapkan Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri Pada Surat Kabar Harian K

0 1 20

HAK PREROGATIF PRESIDEN DALAM PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN UUD 1945 | Kaharudin | Jurnal Media Hukum 1995 7248 1 PB

0 0 13