Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

pemerintahan, Presiden memiliki kekuasaan khusus yang bersifat prerogatif atau yang biasa disebut hak prerogatif. Hak prerogatif adalah hak yang dimiliki oleh Presiden tanpa adanya intervensi dari pihak manapun dalam menggunakan hak tersebut. Biasanya hak prerogatif ini digunakan dalam rangka mengisi jabatan sejumlah posisi seperti Menteri, Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, dan pejabat lainnya setingkat menteri. 9 Dalam hal mengangkat Kepala Kepolisian Republik Indonesia Kapolri Presiden memiliki kekuasaan tersendiri yang diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Dimana tercantum dalam Pasal 11 Ayat 1 yang berbunyi “Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat”. Awal Tahun 2015 ini Presiden Joko Widodo menggunakan kewenangannya memberhentikan Jendral Polisi Drs.Sutarman dari jabatannya sebagai Kapolri berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 03POLRITAHUN 2015. Kemudian Joko Widodo mengusulkan Komjen. Pol. Budi Gunawan yang biasa dikenal Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri untuk menggantikan Jendral Sutarman dan meneruskan estafet kepemimpinan Kapolri. Setelah diusulkan oleh Joko Widodo sebagai calon tunggal Kapolri, pada tanggal 13 Januari 2015 Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka korupsi saat ia menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi SDM Polri 2003-2006 oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Namun hal tersebut tidak 9 Budi Nugraha, Hak Prerogatif Presiden terhadap Kementrian Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang kementrian Negara, Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013, h.18 menghentikan proses fit and proper tes pada Budi Gunawan sebagai calon Kapolri oleh Komisi III DPR-RI dan Budi Gunawan pun dinyatakan lulus uji fit and proper tes. Kemudian berdasarkan rapat paripurna DPR-RI menetapkan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri menggantikan Jenderal Sutarman. Hal ini pun menimbulkan reaksi dalam masyarakat yang mana calon Kapolri Indonesia merupakan seorang tersangka. Hal ini diperparah dengan disetujuinya Budi Gunawan oleh DPR menjadi Kapolri yang mana saat itu sudah berstatus tersangka. Kondisi ini membuat posisi Presiden Joko Widodo dilematis, yang mana setelah disetujui oleh DPR Presiden haruslah melantik Budi Gunawan. Dalam kondisi terdesak seperti itu, Presiden menunda pelantikan Budi Gunawan karena yang bersangkutan mengajukan pra-peradilan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas penetapan statusnya sebagai tersangka oleh KPK. Pengajuan gugatan dilakukan oleh Budi Gunawan karena dirinya merasa tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan menganggap prosedur penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK tidak sesuai. Hasilnya Pengadilan Negeri Jaksel memutuskan bahwa penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK salah. Tentunya ini adalah kabar baik bagi Budi Gunawan yang sudah dianggap buruk oleh kebanyakan masyarakat akibat penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK untuk dilantik sebagai Kapolri oleh Joko Widodo yang sebelumnya ditunda. Langkah yang dilakukan oleh Presiden tersebut dinilai kurang tepat, seharusnya Presiden tidak perlu menunggu proses pra-peradilan tersebut karena Presiden memiliki hak prerogatif dalam mengangkat pejabat negara. Namun di satu sisi, Presiden tersandera oleh status Budi Gunawan sebagai tersangka yang ditetapkan KPK, sehingga apabila dia tetap melantik, maka akan mengurangi kepercayaan publik terhadapnya. Akan tetapi setelah Pengadilan Negeri Jaksel memenangkan gugatan pra- peradilan Budi Gunawan, Joko Widodo tidak juga melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri. Presiden Joko Widodo justru membatalkan pelantikan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri dan mengajukan Komjen Badrodin Haiti sebagai calon Kapolri menggantikan Budi Gunawan. Hal pengangkatan dan pemberhentian memang diatur dalam Pasal 11 Undang-undang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Namun ternyata tidak ditemukan mekanisme yang jelas melalui peraturan perundang-undangan mengenai pembatalan pelantikan pejabat tinggi negara yang diduga melakukan pelanggaran hukum khususnya dalam hal Kapolri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah ini dengan judul “Kewenangan Presiden Dalam Pembatalan Pengangkatan Budi Gunawan Sebagai Kepala Kepolisian Republik In donesia”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan penelitian ini, maka Penulis akan membatasi permasalahan yang akan diteliti hanya pada kewenangan Presiden dalam pembatalan pengangkatan Kapolri, dan faktor yang mempengaruhi Presiden dalam pembatalan pengangkatan Budi Gunawan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang penulis jabarkan dan permasalahan yang penulis batasi, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana kewenangan Presiden dalam pembatalan pengangkatan Kapolri? b. Faktor apa saja yang mempengaruhi Presiden dalam pembatalan pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Untuk mengetahui kewenangan Presiden dalam pembatalan pengangkatan Kapolri. b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Presiden dalam mengangkat Budi Gunawan sebagai Kapolri. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Akademis Sebagai sumbangsih pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang hukum khususnya dalam hal kewenangan Presiden dalam pembatalan mengangkat Kapolri, dan faktor yang mempengaruhi Presiden dalam pembatalan pengangkatan. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perkembangan hukum di Indonesia khususnya dalam hal kewenangan Presiden dalam pembatalan mengangkat Kapolri, dan faktor yang mempengaruhi Presiden dalam pembatalan pengangkatan. c. Masyarakat Umum Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberi penjelasan bagi masyarakat umum agar senantiasa memiliki perhatian terhadap perkembangan hukum di Indonesia khususnya dalam pembatalan pengangkatan Kapolri.

D. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : 1. Jenis dan Sifat Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu suatu penelitian yang ditinjau melalui aspek hukum, peraturan-peraturan yang kemudian dihubungkan dengan kenyataan atau praktek yang terjadi di lapangan. Penulis juga mencari fakta-fakta yang akurat tentang peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan bahan-bahan lain, serta menelaah peraturan perundangan- undangan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Sedangkan mengenai sifat penelitian ini yaitu bersifat deskriptif, yaitu menjelaskan suatu hal atau fenomena dengan rinci agar dapat memperkuat teori yang sudah ada, atau mencoba membuat suatu rumusan teori yang baru.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan kasus. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan kasus. a. Pendekatan Perundang-Undangan Statute Approach Suatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan perundang-undangan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekligus menjadi tema sentral suatu penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Hasil Amandemen dan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Pendekatan Kasus Case Aproach

Dokumen yang terkait

KONSTRUKSI SURAT KABAR TENTANG PEMBERITAAN PROSES PRAPERADILAN PENCALONAN KOMISARIS JENDERAL (KOMJEN) BUDI GUNAWAN SEBAGAI KEPALA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (KAPOLRI)

0 5 23

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

0 4 93

KEWENANGAN YANG DIMILIKI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PELAKSANAAN TEMBAK DI TEMPAT

3 26 65

KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

1 3 14

SKRIPSI KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

0 3 14

PENDAHULUAN KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

0 3 14

PENUTUP KEWENANGAN DISKRESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM MENENTUKAN REHABILITASI PENGGUNA NARKOTIKA.

0 5 7

SENGKETA KEWENANGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DALAM KASUS KORUPSI.

0 3 51

PEMBERITAAN KEBIJAKAN PRESIDEN DALAM MENETAPKAN BUDI GUNAWAN SEBAGAI CALON KAPOLRI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Analisis Isi Kuantitatif Tentang Pemberitaan Kebijakan Presiden Dalam Menetapkan Budi Gunawan Sebagai Calon Kapolri Pada Surat Kabar Harian K

0 1 20

HAK PREROGATIF PRESIDEN DALAM PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN UUD 1945 | Kaharudin | Jurnal Media Hukum 1995 7248 1 PB

0 0 13